unescoworldheritagesites.com

Bisnis Udang, Makmurnya Rame-rame, Ini Tipsnya - News

Ketua Umum PP PPAD Letjen Pur DR HC Doni Monardo (pakaian putih) saat ikut panen di tambak udang  merasakan sensasi yang eksotik. (Ist)

Catatan Roso Daras dan Egy Massadiah

: Pulang dari Desa Sejoli, Kecamatan Moutong, Kabupatan Parigi Moutong, Sulawesi Tengah, seketika ramai berita seorang jenderal melepas jas dan nyemplung ke tambak udang.

Begitulah, ketika Letjen Pur DR HC Doni Monardo berhasrat. Saat ikut panen di tambak udang ia merasakan sensasi yang eksotik.

Ketika Doni dan para pekerja memegang jala lalu mengangkat pelan-pelan memutari tambak, udang-udang vaname melompat sigap. Saling silang, beterbangan. Sebagian besar tak bisa menembus jaring. Satu dua beruntung, lolos dari jala. Bagian wajah petambak yang apes, kadang-kadang ketabrak udang yang meloncat dengan ngawurnya. Oleh karenanya mereka yang ikut panen sebaiknya menggunakan kacamata.

Percayalah, yang menyenangkan bukan saja saat panen, tetapi juga aroma dollarnya. Sebelumnya, Doni baru saja menandai kerjasama antara Persatuan Purnawirawan TNI Angkatan Darat, organisasi yang dipimpinnya, dengan PT Parigi Aquakultura Prima (PAP) dalam mengembangkan budidaya tambak udang vaname di Sulawesi Tengah dan di sejumlah lokasi lain.

Makin mendalami seluk-beluk usaha udang vaname, makin yakin dia, bahwa dengan budidaya udang vaname, kita bisa mencetak kampung-kampung shrimp dollar di Tanah Air. Inilah salah satu jalan tol kesejahteraan yang konkret untuk rakyat.

Istilah petro dollar biasanya sebutan untuk negara yang banyak menerima devisa karena menjual minyak. Nah, shrimp dollar adalah istilah Doni Monardo untuk negara yang banyak menghasilkan devisa dari hasil udang.

Dengan ekosistem yang baik, pengelolaan manajemen air, water treatment serta IPAL yang baik pula, satu hektar bisa menghasilkan 45 – 65 ton. Beberapa panen terakhir bahkan menyentuh angka 73 ton. Sebuah capaian yang luar biasa, mengingat para petambak udang tradisional, hasil per hektare hanya di kisaran 20 ton.

Doni menghitung, 1 hektare menghasilkan rata-rata 60 ton udang, atau setara 60.000 kg. Harga udang, diandaikan Rp 100 rb per kg, artinya Rp 6 miliar. “Katakanlah dikurangi biaya produksi 50 persennya, maka bisa mendapatkan penghasilan tiga miliar per hektare. Kalau satu kampung bisa membuka lahan tambak udang vaname 100 hektare, maka sekali panen bisa mendapatkan tiga-ratus-miliar rupiah. Setahun panen tiga kali, maka hampir satu triliun per tahun. Bisa dipastikan, kampung-kampung di pesisir bisa menjadi kampung shrimp dollar,” ujar Doni.

Kabar tentang Doni Monardo melepas jas dan nyemplung berbasah basah di tambak udang membuat sejumlah kolega yang sudah lebih dulu terjun ke bisnis tambak udang, menghubunginya. Awalnya sempat tidak percaya, ada tambak udang yang satu hektare-nya bisa menghasilkan rata-rata 60 ton, bahkan bisa lebih.

Doni menyikapi respons teman-temannya sebagai sebuah jalan berkolaborasi. Doni ingin agar success story PT PAP pun bisa ditularkan ke petambak udang lain di seluruh Indonesia.

Karena itu pula, Doni langsung meminta Egy Massadiah, pengurus Bidang Komunikasi (Bidkom) PP PPAD mengatur zoom meeting. Pesertanya, dari PPAD, PT PAP dan para pengusaha udang.

Beberapa pengurus PT PAP lainnya seperti Steve Suprapto, Bara Mustika, Saenphon Chandaeng, ikut bergabung. Hadir juga Hendrikus, pengusaha tambak udang di Bengkulu, serta Sukardi Soegiarto, petambak udang di Lampung.

Rapat virtual sore hari itu, Minggu (15/5/2022) lebih kepada brainstorming. Semacam penjajagan kemungkinan kerjasama. Tukar pengalaman kisah gagal, kenapa gagal, bagaimana sukses di bisnis tambak udang. Pengalaman gagal menjadi pelajaran, lalu bahu membahu mencari tau faktor menuju kesuksesan tambak itu.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat