: Tepat pukul 9.15 pagi itu Jumat (28/10/2022) rombongan wartawan meninggalkan Pelabuhan Perikanan kota Sorong.
Tim jurnalis atau wartawan termasuk penulis berangkat menuju Kampung Klayas kabupaten Sorong di Papua Barat. Atas undangan PT KPI RU VII Kasim.
Sebuah kampung di Ring I PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) RU VII Kasim kabupaten Sorong Papua Barat.
Rombongan wartawan ditemani perwira dan pejabat PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) RU VII Kasim.
Baca Juga: Hubungan Seksual Suami Istri Menurut Ahli Tak Terbatas Namun Perlu Diatur
Ikut juga sejumlah pejabat kantor pusat perusahaan kilang minyak milik negara ini satu kapal bersama wartawan
Kapal yang mengantar kami ke tujuan melaju pada kecepatan tinggi. Hanya dalam tempo 90 menit kapal sandar di dermaga kayu Kampung Klayas distrik (kecamatan) Seget kabupaten Sorong.
Begitu tiba wartawan seperti biasanya terpencar sana sini mengambil gambar sembari mewawancarai warga yang ikut menyambut kedatangan kami.
Kunjungan dilakukan tim pertama kali hari itu di TK Klayas.
Di TK ini ternyata ada juga murid anak orang pendatang.
Baca Juga: WhatsApp Bisa Atur Pesan Masuk dan Prioritaskan Chat Penting
Kepala Sekolah TK Klayas Ny.Yacoba Kafiar memberikan kesempatan kepada murid-muridnya untuk menyanyi dan melakukan kegiatan belajar tingkat TK.
![Murid TK Klayas Menerima Kunjungan Manager PT KPI RU VII Kasim dan Rombongan](https://assets.promediateknologi.id/crop/0x0:0x0/750x0/webp/photo/2022/11/02/1505366850.jpg)
Manager PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) Refinery Unit (RU) VII Kasim, Yusuf Mansyur menyaksikan anak-anak TK itu dengan penuh antusias. Dan rombongan menerima beberapa usulan Ny. Yacoba untuk pengadaan gedung Sekolah TK Klayas. Karena yang mereka gunakan saat bukan milik TK mereka.
Kemudian rombongan bergeser ke SD YPK Klayas. Tim disambut dengan gembira dan penuh harapan.
Hari itu murid - murid SD mendapat pelajaran berharga dari Tim PT KPI RU VII dan rombongan.
Anak-anak SD ini menerima Buku berjudul "Monster Air Selalu Marah".
Buku ini memberikan sebuah pelajaran tentang pentingnya air bagi kehidupan manusia.
Baca Juga: Lirik Lagu Ninu Ninu Ninu - Kalia Siska
Karena itu kran air dijaga. Agar air tak terbuang percuma. Anak-anak wajib melaporkan kepada Dewan Air jika menemukan kran air terbuka di jalan.
Rombongan selanjutnya menuju Pasar Klayas yang tengah beraktifitas. Pasar ini dibangun oleh PT KPI RU VII Kasim.
Pusat bisnis atau Pasar ini kelak menghidupkan perekonomian kampung Klayas di Ring I perusahaan Kilang Minyak itu.
Terakhir Rombongan mengunjungi Rumah Pengolahan Sagu. Di sini terlihat warga perempuan dan para pria mengolah sagu. Dari proses hingga hasil yang didapat.
Terletak di depan rumah pengolahan sagu ada kolam ikan. Di kolam ini dipelihara berbagai jenis ikan. Seperti ikan lila, bandeng gabus dan lainnya.
Kepala kampung Klayas Wempy Katumlas secara terpisah kepada wartawan mengaku kehadiran PT KPI RU VII Kasim di wilyah ini ibarat dewa penyelamat.
Baca Juga: Mengabdi 34 Tahun 8 Bulan di BRI Tanpa Cacat Terima Penghargaan
"Sebelum pembinaan secara masif oleh PT KPI RU VII Kasim di kampung ini anak mudanya hidup tanpa arah," kata Wempy Katumlas.
Lebih banyak pemuda di sini mabuk miras lalu bikin masalah dengan keluarga sendiri. Terlebih dengan orang lain.
![Anak SD dan Masyarakat Klayas Diimbau Menajaga Air Agar Tetap Lancar Untuk Kepentingan Bersama](https://assets.promediateknologi.id/crop/0x0:0x0/750x0/webp/photo/2022/11/02/4147856764.jpg)
Hengky Katumlas, warga asli Klayas lainnya juga mengaku penyebab keterpurukan ekonomi di kampung Klayas. Yang terdiri dari 86 kepala keluarga (KK) itu adalah ibarat "Monster". Yang tak habis-habisnya menyerang warga.
Karakter warga menurut Hengky mengikuti konstruksi kebiasaan. Seperti mabuk miras yang secara turun temurun tertanam di generasi Klayas.
Kebiasaan merugikan tersebut yang dimaksud Hengky ibarat sebagai "monster" yang menghambat pertumbuhan ekonomi warga Klayas.
' Monster '
Kehadiran PT KPI RU VII untuk membina warga Kampung Klayas Ring I perusahaan ini. Ibarat menjinakkan kekejaman "monster" yang selama ini beraksi menghambat pembangunan.
Monster itu diumpamakan dengan karakter orang malas bekerja. Senang mabuk miras. Dan tak ingin hidup bergandengan dengan warga lain.
Satu lagi. Anak-anak Klayas dilarang makan ikan telur dan sayur setiap hari.
Karena takut makanan itu sebagai sumber cacing. Yang akan membawa penyakit pada anak-anak mereka.
Pengalaman lain. Masyarakat Klayas terutama anak mudanya ketika awal pembinaan PT KPI terlihat tak mendukung kegiatan yang dilakukan perusahaan.
Belajar dari sejarah pendahulunya. Pihak perusahaan tak mau kalah dengan mental penggagas kemiskinan (monster) di kampung Klayas.
Baca Juga: Lirik Lagu I've Been Away Too Long Berikut Terjemahan -Johannes Bouwens
Beberapa pejabat di PT KPI RU VII adalah Orang Asli Papua (OAP) bermental terpuji.
![Manager PT KPI RU VII - Yusuf Mansyur - Memberi Keterangan Pers Terkait Bantuan Terus Diberikan kepada Warga Kampung Klayas](https://assets.promediateknologi.id/crop/0x0:0x0/750x0/webp/photo/2022/11/02/2051817756.jpg)
Tak ingin saudara sesukunya itu terpuruk ekonominya. Warga Klayas melalui tua adat diajak bekerjasama membangun kampung ini.
Pejabat OAP di PT KPI, Dodi Yapsenang
Area Manager Communication, Relation, CSR & Complain RU Kasim
Subholding Refining & Petrochemical
PT Kilang Pertamina Internasional (KPI)
Kilang Kasim.
Dodi Yapsenang Perwira di Kilang Kasim ini Orang Asli Papua (OAP). Ia mulai melakukan pendekatan.
Dodi datang dan berkomunikasi dari hati ke hati bersama warga Klayas.