unescoworldheritagesites.com

Ketua Umum APHA, Laksanto Mengenang Seorang Sahabat Rosa Widyawan - News

Ketua Umum APHA Laksanto Utomo (kiri) dan seorang sahabat Rosa Widyawan (kanan).

 
 
: Ketua Umum Asosiasi Pengajar Hukum Adat (APHA) Indonesia, Laksanto Utomo selalu mengingat, pernyataan Hidup itu itu absurd.  Banyak harapan yang ingin dicapai tetap saja tidak mampu untuk sampai dari puncak harapan. 
 
Dikemukakan Ketua Umum APHA Laksanto Utomo, kini Rosa Widyawan sudah mampu mencapai puncak kehidupan dan cita-cita sesungguhnya. Karena, dia telah menemui Sang Khaliq Penciptanya dengan tenang dan senyum. 
 
Demikian Ketua Umum APHA Indonesia Laksanto Utomo, saat mengenang seorang sahabat yang juga peneliti Lembaga Studi Hukum Indonesia, Rosa Widyawan yang akrab disapa Mas Rosa.
 
 
'Mudah-mudahan Tuhan, Gusti Allah menerima arwah dan amal kebaikanya. Sehingga, dia ditempatkan di sisi Nya," doa Laksanto, yang disampaikan, di Jakarta, Sabtu (7/1/2022). 
 
Laksanto, yang juga Pengamat Sosial dan Budaya, menyatakan Mas Rosa, akrab dengan teman-teman Press. Dia  mengaku kenal cukup lama sejak saat Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Universitas Diponegoro Semarang, tahun 1980-an.
 
KKN di Kabupaten Batang. Tepatnya di Kecamatan Wonotunggal. Gabungan dari beberapa fakultas: Sastra, Hukum, Sospol, Ekonomi, Teknik Sipil, serta Kimia. 
 
 
'Mas Rosa selalu membawa kegembiraan dengan tiap malam ke pesta dari desa ke desa dengan menanggap Sintren," cerita Laksanto.
 
Laksanto mengungkapkan, pulang dari KKN kembali ke kampus menyelesaikan tugas kuliahnya. Setelah lulus masing-masing mengadu nasib. Bergulat dengan kesulitan hidup dan perjuangan masing-masing. 
 
Ternyata nasib Mas Rosa lebih beruntung, karena masuk dalam jajaran ASN (pegawai negeri) yang banyak menjadi dambaan para alumni UNDIP. Dia masuk di LIPI yang kini berubah menjadi lembaga BRINs, dia pekerja tekun sehingga mendapat beasiswa ke Monash University Melbourne, Australia. 
 
 
Sepulangnya dari menimba ilmu di Melbourne, Mas Rosa nyambi sana dan nyambi sini. Karena, gaji  ASN saat itu tak dapat mencukupi kebutuhan hidupnya. 
 
"Dia dan saya bergulat di berbagai media massa dan selalu menulis. Pernah bergabung dengan Mas Bambang Sadono, aktivis Golkar, dan pernah sebagai calon Gubernur Jateng. Namun, akhirnya tetap setia di LIPI sebagai Pustakawan," paparnya.
 
Usai pensiun dari LIPI Mas Rosa, Laksanto,  Mas Wurti Woedarto, serta Theo Yusuf bergabung menerbitkan Majalah Media Kampus. Sempat jatuh bangun selama 3 tahun tiarap, sebab tak tahan gempuran dengan media yang punya akses ke pemerintah. Media Kampus mati sebelum bertarung. 
 
 
"Tetapi, saya punya pengalaman pernah memiliki dan mengelola media, meskipun cuma tiga tahun berjalan," tambahnya.
 
Selain mengelola media Kampus, Mas.Rosa juga tak meninggalkan tugas sebagai Dosen UIN Jakarta, mengajar Mata Kuliah Adab. Jika mampir ke kantor di Komplek Mandiri Nawi 23, selalu berbaju koko yang rapih, dengan gaya cengengesan khasnya. 
 
“Saya abis mengajar tangan saya jadi tipis, banyak dicium anak-anak… hehehe," ujar Laksanto, mengenang perkataan Mas Rosa. 
 
Sekitar tahun 2012-an kantor utama Media Kampus, yang tadinya nebeng di Lembaga Studi Hukum pindah ke Jalan Haji Nawi. 
 
 
Media Kampus di Komplek Mandiri 23, terbit tiap minggu. Karena itu, setiap jelang deadline, harus siap tidak pulang kerumah, alias tidur di kantor. Lembur malam-malam sebagai Pemred Media Kampus, sudah hal yang rutin.
 
Seiring perkembangan media massa, maka Media Kampus bermetamorfosa menjadi Legal Era Indonesia masih dimotori oleh Mas Rosa dan Wartawan senior ANTARA  Theo Yusuf. Menjadi agak lumayan karena bergantung dari beberapa perusahaan lembaga keuangan, namun hal itu tak lama karena darah produk pers ternyata iklan dan iklan plus relasi dari Departemen Pemerintahan. 
 
"Jika keduanya lemah jangan harap pers akan stabil," ucap Laksanto. 
 
Laksanto mengatakan, Mas Rosa juga sering terlibat penelitian, baik mandiri di LSHI (Lembaga Studi Hukum Indonesia) antara lain ke Sydney dan Melbourne. Acara resminya di Sydney untuk seminar di Gedung Kebudayaan Sydney, terbang dengan pesawat low cost carrier dari Jakarta-Kuala Lumpur-Sydney. 
 
 
"Sampai di Sydney kami menginap di hotel Budget. Usai jadi pembicara, esoknya kami lanjut menuju ke Melbourne," kenangnya lagi.
 
Mas Rosa pamer kolega-koleganya di Melbourne, dari pejuang asasi hingga penyiar radio, sampai tempat-tempat tongkrongannya, menggelandang di hotel low budget di Melbourne. 
 
Saat itu bertepatan dengan musim tanding bola tangan tahap final, semua hotel low budget penuh. Sempat ditawari untuk menginap di kediaman sobat Mas Rosa namun ditolak. Sampai pukul 23.00, Laks dan Mas  Rosa terselamatkan mendapat kamar kosong. 
 
 
Mereka tidak tahu apakah itu bisa tidur dengan kaki selonjor. Yang jelas Wine harus ada. Karena, Melbourne pada waktu itu cuacanya minus, sangat dingin.
 
Berkelana dan melakukan penelitian dengan Mas Rosa ada satu spirit, keceriaan dan satu kesederhanaan yang tak hilang.
Beberapa tempat kita bersama-sama melakukan penelitian, salah satunya ke Kalimantan, penelitian masyarakat adat Dayak.
 
"Beberapa hari melakukan penelitian di pedalaman, hampir tujuh jam dari kota Banjarmasin ditempuh dengan kendaraan darat. Mas Rosa, Mas Irwan dan Lukas anak saya yang paling kecil bergabung di pedalaman beberapa hari tanpa koneksi dan komunikasi ke dunia luar," ungkap Laksanto. 
 
 
Mas Rosa dengan candaannya yang khas selalu memberikan semangat bagi kita semua. Terakhir, Laksanto mengajak melihat sunrise di Bromo dan melihat Tengger Semeru. Sebelum Covid melanda, tahun 2019 - 2020 mereka sempat berkunjung ke Cibolegeur, tepatnya di Desa Badui Luar. 
 
Ditempuh dengan berjalan beberapa jam, Mas Rosa tidak kuat sampai harus ditandu. Meski begitu dirinya masih bisa cengengesan, khas Mas Rosa. 
 
Masa Covid-19, Mas Rosa sudah jarang bertandang ke kantor Nawi lagi, beberapa kali kami berkunjung ke rumahnya dengan membawa potluck. Laks dan lainnya tetap memberi semangat Mas Rosa, agar semangat dan tidak padam.
 
 
Ketika Laksanto berkunjung ke Paris dan Berlin, Jumat lalu ada pesan Whatsapp dari istri Mas Rosa. Beliau memberi kabar Mas Wawan masuk HCU. 
 
"Saya berdoa dan berharap Mas Rosa diberikan kesehatan dan dipulihkan. Pada Rabu, pukul 03.00 WIB atau sekitar pukul 22.00 waktu Berlin, Whatsapp dari istri Mas Wawan mengabarkan bahwa beliau sudah menghadap ke Penciptanya. Semoga diterima arwahnya sesuai amal baiknya. 'Ududnya teteup pak. Cari-cari tempat yang bisa udud', kata Mbak Tuti sambil tersenyum," tutur Laksanto, mengenant sahabatnya.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat