unescoworldheritagesites.com

Jenderal Hendardji "Manggung" Di Festival Trowulan Majapahit - News

Hendardji Soepandji beraksi dalam tari Sewu Ratu Negoro di Festival Trowulan Majapahit dalam rangka memperingati HUT Majapahit ke 725 di Trowulan, Kabupaten Mojokerto

TROWULAN: Pemerhati budaya Mayjen (Purn) TNI Hendardji Soepandji didapuk masyarakat Trowulan dan sekitarnya untuk ikut berpartisipasi membawakan tari Sewu Ratu Negoro dalam rangka memperingati HUT Majapahit ke 725 di Trowulan, Kabupaten Mojokerto.

Hendardji selaku pembina Sanggar Tari Panji Wiratama yang menjadi bagian ekosistem budaya nasional tersebut berpartisipasi dalam pentas tari yang menjadi salah satu agenda Festival Trowulan Majapahit yang digelar di Trowulan, Jumat (9/11/2018).

Festival Trowulan Majapahit kali ini mengusung tema, Bangkitnya Nilai-Nilai Majapahit untuk Kejayaan Nusantara. Digelar untuk memeriahkan Hari Jadi Majapahit ke 725 tahun, berlangsung dari tanggal 1-25 November di komplek bekas Kerajaan Majapahit dan beberapa candi yang berada di wilayah tersebut.

Hendardji Soepandji mengatakan maksud digelarnya Festival Trowulan ini menjadi sarana untuk mengingatkan kebesaran emperium dan pengaruh Majapahit yang perjalanan sejarahnya telah ditulis di buku Negara Kertagama karya Mpu Prpanca yang telah diakui oleh Unesco pada 1977.

-
Selain itu, kata mantan Danpuspom TNI ini, festival Trowulan menjadi etalase budaya untuk menggali inspirasi nasionalisme kebangsaan. Kelahiran Bung Karno di tanah Majapahit sejak dulu sudah dikenal sebagai Bumi Laya Ika Tantra Adi Raja dan Bumi Proklamator RI.

Ketum Paguyuban Wong Semarang (Pawon Semar) ini menyebut spirit dan nilai adiluhung Majapahit, sejatinya banyak diambil oleh Bung Karno ketika menggali nilai-nilai Pancasila yang menjadi Dasar Negara Republik Indonesia.

Selain itu, kata mantan Danjen POM TNI ini, festival Trowulan menjadi etalase budaya untuk menggali inspirasi nasionalisme kebangsaan. Apalagi, Bung Karno lahir di bumi Majapahit yang sejak dulu sudah dikenal sebagai Bumi Laya Ika Tantra Adi Raja dan Bumi Proklamator RI.

Majapahit sebagai kerajaan maritim terbesar di Asia Tenggara pada 700 tahun lalu telah membawahi 1000 kerajaan kecil di seluruh Nusantara sehingga pengaruhnya sampai ke seluruh dunia. Namun pasca runtuhnya Majapahit 500 tahun lalu mengakibatkan kerajaan-kerajaan di sejumlah kepualuan yang menyebar dan tersebar akhirnya harus menjadi kerajaan kecil-kecil di Nusantara yang akhirnya mudah diperdaya, dijajah dan dikuasai penjajah.

"Ini menjadi refleksi kita sebagai bangsa besar yang pernah berjaya dan memiliki emperium hingga Asia Tenggara memerlukan kekuatan persatuan dan kesatuan," ungkapnya. *** 

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat