unescoworldheritagesites.com

Pasca Mundurnya Bamsoet, Golkar Butuh Pemimpin Pengayom - News

Suasana Munas X Partai Golkar di Hotel Marlynn Megakuningan, Jakarta Selatan.

JAKARTA: Kondisi Partai Golkar di bawah kepemimpinan Airlangga Hartarto, nampaknya semakin mengalami kemunduran, pasalnya bukan hanya perolehan suara di pileg 2019 yang mengalami penurunan drastis, melainkan juga situasi mekanisme organisasional internal partai tidak berjalan dengan semestinya.

Suasana inilah, kemudian mendorong munculnya keprihatinan dari Bambang Soesatyo seorang kader tulen Partai Golkar, untuk mengkritisi situasi tersebut, dan bahkan sikap kritis konstruktif terhadap kepemimpinan Airlangga Hartarto, merebak mendapat dukungan, bukan hanya dari kader elit partai.

Melainkan juga mendapat dukungan dari akar rumput di daerah yang merasakan adanya praktek pengelolaan partai yang memicu terjadinya konflik internal di daerah, misalnya kasus ribut rebutan kekuasaan di Bali, Sulsel dan daerah lainnya.

DPP yang seharusnya menjadi pengayom serta memiliki kewenangan menyelesaikan masalah tersebut, namun justru membiarkan konflik tersebut tak kunjung selesai. Dukungan akar rumput, sesepuh Partai Golkar, juga dukungan dari organisasi sayap yakni SOKSI serta organisasi yang anggotanya berkiprah di Partai Golkar yakni Pemuda Pancasila maupun FKPPI, terhadap gagasan kritis Bambang Soesatyo.

Bermuara pada dorongan digelarnya Munas Partai Golkar, serta mendorong Bamsoet maju sebagai Calon Ketua Umum Partai Golkar, bukan bertujuan untuk merebut kekuasaan. Melainkan membawa missi penyelamatan Partai Golkar, serta melakukan perubahan (re-branding) untuk tercapainya kembali nya kejayaan Partai Golkar di pemilu 2024 dan di arena pilkada di tahun 2020.

"Tidak pernah terpikir pendukung Bamsoet untuk tumbangkan pohon beringin yg sudah di bangun, melainkan justru ingin menyelamatkan Partai Golkar" tutur kader Partai Golkar pendukung Bamsoet Alpendukung Bamsoet,Ali Simanjuntak.

"Karena menurutnya, nilai-nilai di Golkar oleh akar rumput dipandang sedang di grogoti maka kami ingin selamat Golkar," ucapnya kader dari wilayah Indonesia bagian Timur lainnya yang enggan disebutkan jatidirinya.

Derasnya desakan dari akar rumput, sesepuh partai Golkar seperti Marzuki Darusman dan kawan -kawan maupun dari organisasi sayap untuk segera di gelarnya Munas, pun terlaksana.

Hal ini seiring dengan demikian luar biasanya dukungan akar rumput ke BS untuk maju dan selamatkan Golkar, akan tetapi kondisi ini justru menjadi ancaman serius bagi posisi kekuasaan Airlangga Hartarto beserta pendukungnya.

Mereka ingin mencengkeram Partai Golkar dalam genggaman otoriternya, sehingga dengan berbagai cara, mereka berusaha meredam dan bahkan menghentikan militansi kader-kader Partai Golkar yang ingin selamat kan Partai Golkar tersebut.

Tak mampu menghadapi arus besar yang semakin kuat terhadap Penyelamatan Partai Golkar di bawah komando Bamsoet, maka Pihak Airlangga Hartarto di duga membuat skenario seakan akan Partai Golkar terancam pecah.

Bahkan mereka membuat framing opini bahwa kubu Bamsoet akan membuat Munas tandingan, padahal itu tidak pernah terjadi, justru kubu Airlangga Hartarto yang sering melakukan pelanggaran AD/ART.

Upaya menyudutkan kubu Bamsoet, tidak berhasil bahkan membuat semakin solid dukungan terhadap Bamsoet untuk tetap maju sebagai caketum partai Golkar hingga di detik- detik akhir jelang arena pemilihan Caketum Partai Golkar, ada indikasi pihak AH meminta pihak istana untuk memaksa BS mundur dari bursa caketum partai Golkar.

Hingga akhirnya Bamsoet pun mengundurkan diri dari bursa caketum Partai Golkar di Munas, keputusan ini, sangat mengejutkan, namun sikap legowo Bamsoet, justru menunjukkan sikap kenegarawanan sejati, sikap kader yang mengutamakan kepentingan partai di atas kepentingan pribadi.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat