JAKARTA: Bulan Desember 2019 ini hanya ada 2 pergelaran wayang yang disuguhkan di Museum Wayang di Kota Tua Jakarta. Setelah Wayang Beber Metropolitan oleh dalang Ki Samuel pada Minggu (1/12/2019) yang baru lalu, akan disusul pergelaran wayang golek Sunda oleh dalang Ki Jajad Sudrajat dari Kranggan Bekasi Minggu (8/12/2019) mendatang.
Kepala Satuan Pelayanan Museum Wayang UP Museum Seni, Sumardi S.Sos mengungkapkan hal itu Rabu (4/12/2019) usai pertemuan puluhan pensiunan pejabat dan karyawan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta di auditorium museum itu. Hadir antara lain para arkeolog Dirman Surachmat, Rukhy Nellyta, Candrian, Ika Prikasih, Taufik Ahmad dan Darmawan Syah.
Esti Utami selaku Kepala Unit Pengelola Museum Seni yang membawahi Museum Wayang juga bersama mereka.
Menurut Sumardi dari serangkaian pergelaran wayang, yang paling banyak dihadiri pejabat waktu lakon Nakula Sadewa Muksa pada 9 November. Tercatat Sekretaris Disparbud DKI Jakarta Asiantoro, Ketua AMI DKI Yiyok T Herlambang mantan Menteri Dikbud Wardiman Djoyonegoro, mantan Kepala Dinas Museum dan Sejarah DKI Jakarta Dirman Surachmat, dan Ketua Yayasan Mitra Museum Indonesia Caterine Wijaya tampak duduk paling depan menyaksikan pergelaran wayang kulit tersebut.
Sementara pada 1 Desember 2019 digelar Wayang Beber Metropolitan oleh dalang Ki Samuel Santoso Adi Prasetyo dengan cerita The X Virus.
"Pergelaran wayang beber itu cukup menarik karena kreatifitas selalu muncul dari ide Samuel. Ditambah melibatkan crew dan pemain dari Hongaria," ujar Sumardi yang juga menjabat Ketua II PEPADI DKI Jakarta.
Pujian senada dilontarkan Rusdi Bahawan staf Museum Wayang yang sering bertugas merekam video maupun still foto adegan demi adegan pergelaran terdebut. "Bagus," komentarnya singkat.
Wayang beber ini kata Sumardi maupun Samuel merupakan jenis kesenian wayang tertua di Nusantara sejak abad ke-8 dalam bentuk relief pada dinding candi Borobudur di Jawa Tengah. Pada awal kerajaan Majapahit dengan rajanya Kertarajasa ( Raden Wijaya) wayang beber dikembangkan melalui lukisan lukisan di daun lontar.
Wayang beber ini hampir saja punah sampai berhasil diangkat kembali oleh pecinta seni tradisional seperti Samuel Santoso Adi Prasetyo dan para pendahulunya dari Solo.
Dua orang wanita antropolog dari Kroasia masing masing Tea Skrinjaric dan Maria Pretkovic pada tahun 2016 sampai 2018 sering ke Indonesia untuk meneliti Wayang Beber di Yogyakarta sampai Solo dan Pacitan.
Mereka mengenal wayang beber yang aslinya membawakan cerita Panji Asmoro Bangun dan Dewi Sekar Taji zaman kerajaan Jenggala dan Daha. Kedua anthropolog itulah yang membawa Wayang Beber Indonesia ke Pameran Budaya di Berlin tahun 2018 silam.
Mas Samuel sendiri mengaku ide cerita yang diangkat memang dari dia sendiri namun digabung dengan ide cerita temannya Peter dari Hongaria.
Pengunjung Museum Wayang saat pertunjukan watang beber metropolitan 819 orang. Jumlah itu termssuk 48 orang wisatawan mananegara yang terbanyak dari Malaysia 26 orang. Sisanya berasal dari Cina 6, Korea 5, Taiwan 4, Jepang dan Belanda masing masing 3 dan Hongaria, Inggeris dan Italia masing masing 2 orang.
Pada 24 November 2019 disuguhkan wayang kulit Banyumasan dengan cerita Sekar Tanjung Seto oleh dalang Ki Sugondo Siswo Carito. "Uniknya pergelaran wayang Banyumas selalu diselingi kesenian ronggeng," kata Sumardi.