unescoworldheritagesites.com

Kades Kertojayan Tri Rapi Pangestuti (II): Welcome untuk Semua Partai, Rakyat Sudah Pandai Menilai dan Memilih - News

Tri Rapi Pangestuti, Kepala desa Kertojayan, Grabag, Purworejo, Jawa Tengah,  saat mempin rapat kerja PKK (Gungde Ariwangsa/Ist)

: Berbagai upaya dilakukan Kepala Desa Tri Rapi Pangestuti untuk mempercepat dengan signifikan pembagunan desa Kertojayan, Grabag, Purworejo, Jawa Tengah yang dipimpinnya.

Meskipun ada bantuan dana desa dari pemerintah namun Tri Rapi Pangestuti aktif menggalang bantuan lain.

Dalam mencari dukungan untuk pembangunan desanya itu Tri Rapi Pangestuti tidak hanya melakukan pendekatan di instansi pemerintah dan swasta namun juga menembus lintas partai.

Kekuatan pergaulan, pendekatan dan lobi Tri Rapi Pengestuti menjadi kunci dari langkahnya itu dengan didukung penerapan pepatah, “Malu bertanya sesat di jalan.”

Baca Juga: Kades Kertojayan Tri Rapi Pangestuti (I): Memangun Desa dengan Semangat Gotong Royong dan Kekuatan Lobi

“Begini sebenarnya, di mana saya berada maka yang saya cari itu persaudaraan. Di mana saya tidak malu-malu untuk bertanya. Karena ada pribahasa, malu bertanya sesat dijalan. Karena itu untuk menyerap ilmu di mana pun saya tidak malu-malu bertanya. Bagaimana caranya untuk minta dana ke provinsi dan kementerian misalnya. Di sana pasti ada jalan. Misalnya diarahkan oleh Dinas, Bu Lurah bisa bersurat ke sana,” kata Tri Rapi Pangestuti.

Dia menjelaskan, di kabupaten aspirasi itu banyak. Di sana ada anggota dewan, dan juga anggota partai-partai politik. Semua peluang itu ditangkap dan dilobi oleh Tri – demikian sapaan istri dari Sujono dan ibu dari Ego Sanjaya – tanpa membeda-bedakan status dari pihak yang didekatinya.

“Semua saya anggap mitra. Untuk orang partai  saya tidak mebedakan merah hijau kuning.Yang penting bermanfaat untuk desa kita welcome di sini. Di sini kan DPRDnya bukan bicara politiknya. Alhamdulilah saya bersurat ke Bupati dan lainnya direspon dengan baik,” ujarnya.

Tri membenarkan, dalam melakukan pendekatan itu dia tidak hanya memanfaatkan lintas departemen tapi juga lintas partai. “Betul sekali. Tentu saja karena tidak bisa dipungkiri tanpa campur tangan dari sebuah partai dan tanpa dana aspirasi desa itu kembang kempis untuk mebangun desanya,” tuturnya.

Baca Juga: Khawatir Calon Pemimpin dengan Reputasi Buruk Terpilih, Mahfud MD Berpesan Pilihlah Berdasarkan Hati Nurani bukan Karena Uang

Dalam menerima aspirasi dari partai, Tri merasa tidak terbebani dalam hal menyalurkan aspirasi. Selain itu selama ini orang partai yang didekati juga tidak menekankan kewajiban tertentu. Yang penting aspirasi itu dipergunakan untuk kemajuan desa.

“Sekarang ini warga itu sudah pandai menilai dan memilih. Di mana misalkan Si A memiliki kepedulian terhadap desa maka masyarakat merasa mempunyai tanggung jawab untuk hal itu. Saya tidak pernah mengarahkan. Apalagi saya sebagai pemerintah saya tidak boleh bergerak di hal seperti itu. Masyarakat sudah pintar,” katanya.

Karena itu Tri tidak pernah mengarahkan warganya harus memilih figur ini atau partai itu. Semuanya diserahkan kepada keinginan warga desanya karena masyarakat sudah pandai melakukan penilaian. “Saya hanya mengikuti keinginan masayakat. Mau kemana masyarakat saya ikuti,” ujar Tri yang pertama kali masuk Kertojayan tahun 2019.

Menjelang pemilihan umum (Pemilu) tahun 2024 yang memiki agenda pemilihan presiden (Pilpres), pemilihan legislatif (Pileg) dan pemilihan kepala daerah (Pilkada), Tri tidak menggalang suara untuk partai atau calon tertentu. Selain memang posisinya dilarang untuk melakukan itu sebagai Kades namun juga dia menyerahkan kepada warganya untuk memilih secara langsung, umum, bebas dan rahasia serta tanpa tekanan.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat