unescoworldheritagesites.com

Penelitian: Tiga Tahun Berturut-turut Danone Aqua Penyumbang Terbesar Pencemaran di Indonesia - News

Foto ilustrasi sampah produk kemasan: kompasiana.com

: Danone merupakan penyumbang terbesar pencemaran lingkungan di Indonesia selama tiga tahun berturut-turut hingga 2023, menurut hasil penelitian Sungai Watch.

Temuan itu berdasar analisa atas lebih dari 537.000 item sampah produk kemasan bermerek, mencakup saset, botol plastik, plastik keras, gelas sekali pakai, kaleng dan gelas kaca, yang dikumpulkan relawan organisasi nirlaba tersebut di kawasan perairan sungai dan laut di Bali dan Banyuwangi, Jawa Timur, sepanjang tahun 2023.

"Danone adalah pencemar nomer wahid di Indonesia selama tiga tahun bertutur-turut," kata pendiri Sungai Watch, Gary Bencheghib, merujuk pada sosok perusahaan multinasional berbasis Perancis yang sekaligus merupakan pemilik dan pengendali perusahaan air mineral terbesar dalam negeri, Aqua.

Baca Juga: Banyak Kota di Indonesia Dipusingkan Masalah Sampah, di Antaranya Sampah Plastik Air Mineral

Dalam sebuah video ungguhan di media sosial Instagram awal pekan ini, Gary menggambarkan sampah Danone, dalam bentuk botol maupun gelas air mineral, ada di mana-mana.

"Kami menemukan sampah Danone di perairan sungai, di seluruh sisi pantai, di kawasan hutan bakau," katanya dalam video sembari memperlihatkan kemasan Aqua  gelas.

Dalam sebuah presentasi digital bertajuk 'Sungai Watch: Laporan Dampak 2023', lembaga merinci total sampah Danone mencapai 39.118 item atau sekitar 7% dari total sampel.

Baca Juga: Sampah Plastik Sekali Pakai, Opini Greenwashing Lobi Industri

Sebagian dari sampah Danone tersebut berupa plastik air minum gelas sekali pakai (seperempat total sampah plastik gelas) dan sisanya adalah botol air minum kemasan (13% dari total sampah plastik botol air minum).

"Danone bertanggung jawab atas kemasan gelas plastik air minum ini, dan juga air mineral dalam kemasan botol," sambung Gary.

Menurut laporan, audit sampah korporasi yang telah berjalan rutin sejak 2021 antara lain bertujuan lebih memahami problem sampah di perairan sungai di Bali dan banyak daerah lainnya.

Baca Juga: Sampah Plastik Produk Danone Aqua, Wings Surya Pencemar Sungai Terbesar Di Bali

"Kami terus memilah sampah yang kami kumpulkan dari sungai-sungai di Indonesia dengan teliti sehingga kami bisa mengidentifikasi dan meminta pertanggungjawaban perusahaan-perusahaan yang merupakan penyumbang terbesar terhadap pencemaran sungai," kata laporan.

Sungai Watch mempelopori gerakan bersih-bersih sampah plastik di sungai dan pantai dengan memasang jejaring sampah di ratusan lokasi di Bali dan, belakangan, di Banyuwangi, Jawa Timur. Pemasangan jejaring sampah itu bertujuan menahan sampah hanyut ke laut sekaligus memberi waktu bagi relawan lembaga untuk mengumpulkan dan menganalisanya.

Selain Danone, ikut masuk daftar lima besar perusahan penyumbang terbesar pencemaran lingkungan di Bali pada 2023, berturut-turut adalah Wings Surya, Indofood, Ultra Jaya Milk dan Orang Tua Group. Empat yang terakhir adalah produsen beragam produk mie instan, susu kotak, dan minuman teh gelas.

Riset 6 Kota

Temuan Sungai Watch tersebut bermiripan dengan hasil riset Net Zero Waste Management Consortium, sebuah lembaga pengkajian lingkungan di Jakarta, atas sampah produk konsumen di Jakarta, Surabaya, Medan, Makassar, Bali dan Samarinda.

Dirilis pada 23 November 2023, riset Net Zero menyebut sampah kemasan air minum, baik dalam bentuk botol maupun gelas plastik, termasuk yang paling membebani tempat penampungan sampah di berbagai kota, selain sampah plastik kresek dan kemasan saset berbagai merk.


"Sampah kemasan produk konsumen ukuran kecil memang selalu jadi masalah terbesar di setiap TPA," kata lead researcher Net Zero, Ahmad Syafrudin.

"Meski secara tonase terlihat kalah dari sampah organik rumah tangga, faktanya sampah anorganik seperti kemasan plastik produk konsumen jauh lebih makan tempat dan volumenya selalu besar, mau itu gerobak pemulung, TPS, truk sampah, TPA, pinggir sungai dan sebagainya."

Laporan Net Zero menggambarkan bahwa berkebalikan dengan anggapan umum, sampah produk konsumen dengan kemasan besar justru lebih mudah dikelola dan lebih bernilai ekonomis ketimbang sampah produk konsumen yang ukuran kemasannya relatif kecil. Yang terakhir, oleh sebagian masyarakat, kerap dipandang sepele lantaran dianggap sebagai 'sampah kecil'. ***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat