: Ketua DPRD Kota Bandung, H. Tedy Rusmawan A.T., M.M., melaksanakan monitoring kasus Demam Berdarah Dengue (DBD), di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Bandung, kemarin ini.
Dalam peninjauan itu, Tedy didampingi jajaran RSUD Kota Bandung menjenguk pasien DBD yang sedang dirawat di rumah sakit daerah tersebut. Pada kesempatan tersebut, Tedy mengapresiasi tenaga kesehatan yang telah bekerja keras dalam penanganan kasus DBD di Kota Bandung. Terlebih dengan kondisi saat ini, saat kasus DBD tengah meningkat signifikan.
"Semoga tenaga kesehatan di RSUD Kota Bandung diberikan kesehatan dan kesabaran, di tengah meningkatnya kasus DBD di Kota Bandung," ujarnya.
Baca Juga: Diajukan Penonaktifan 92 Ribu NIK Warga Jakarta ke Kemendagri
Berdasarkan data RSUD Kota Bandung, kasus DBD selama tahun 2023 yakni 340 kasus dengan angka kematian satu orang. Sementara itu, hingga 1 April 2024, tercatat ada 247 kasus dengan angka kematian 6 orang.
Tedy menerangkan bahwa DPRD berharap angka kematian akibat kasus DBD dapat ditekan. Termasuk dengan dorongan dari tim khusus yang dibuat Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandung untuk meminimalisir penyebaran DBD ditengah masyarakat.
"Gejala DBD tahun ini mengalami beberapa perbedaan dengan tahun-tahun sebelumnya. Ini perlu disosialisasikan terus, agar masyarakat semakin aware dan segera ke faskes jika ada anggota keluarga di rumahnya yang mengalami gejala tersebut," ujarnya.
Baca Juga: Dugaan Penodaan Agama, Sejumlah Elemen Masyarakat Laporkan Pendeta Gilbert ke Polda Metro Jaya
Tedy menambahkan bahwa lonjakan kasus DBD bukan hanya terjadi di Kota Bandung, tapi juga di kota dan kabupaten lainnnya di Jawa Barat.
"Jadi bukan hanya di Kota Bandung saja, yang terjadi lonjakan kasus. Di Jawa Barat itu, baik kota maupun kabupatennya mengalami kenaikan kasus yang sama," katanya.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Utama RSUD Kota Bandung, Nita Kurniati Somantri menuturkan, saat ini pasien dari DBD kebanyakan merupakan anak-anak. Sehingga membutuhkan perhatian khusus dalam perawatan kasus DBD tersebut.
"Kami juga kekurangan tenaga kesehatan ketika melakukan perawatan, karena ada ruangan khusus yang membutuhkan perawat khusus," ucapnya.