: Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di wilayah Rawalumbu, Kota Bekasi, yang terhitung sejak Januari hingga April 2024 meningkat. Secara akumulatif, tercatat sebanyak 53 kasus yang terbagi di beberapa kelurahan, yakni Kelurahan Pengasinan dan Sepanjang Jaya.
Kelurahan Pengasinan mencatatkan kasus paling banyak dengan 32 orang, sedangkan di Kelurahan Sepanjang Jaya terdapat 23 kasus, termasuk satu kasus kematian.
"Di Sepanjang Jaya ada yang meninggal 1 orang, masih muda usianya 20 tahun," ungkap Feri Yuni, SST, Kepala Puskesmas Pengasinan, kepada pada Rabu (24/4/2024).
Baca Juga: Kriteria Pemimpin Ideal di Kota Bekasi, Ini Kata Kemal Hendrayadi
Feri Yuni menjelaskan bahwa fenomena ini merupakan bagian dari siklus lima tahunan yang terjadi tidak hanya di Kota Bekasi, namun juga di berbagai wilayah di Indonesia.
"Ini adalah siklus yang memang cenderung membuat angka kasus meningkat di seluruh Indonesia," ujarnya.
Sebagai respons terhadap meningkatnya kasus DBD, Puskesmas Pengasinan telah mengimplementasikan beberapa instruksi dari Kementerian Kesehatan, termasuk program Gertak (Gerak Serentak) Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN).
Baca Juga: DPRD Kota Bekasi Wajibkan Depot Air Minum Isi Ulang Menggunakan Air Pegunungan
"Kita tahu bahwa nyamuk DBD ini lebih cenderung hidup di tempat-tempat bersih yang ada genangan air. Tanpa genangan air, Insyaallah hanya nyamuk-nyamuk kebun biasa yang ada," tambah Feri Yuni.
Selain itu, telah dilakukan sejumlah kegiatan pencegahan di wilayah, seperti penyuluhan di setiap RW dan Posyandu. Namun, Feri menekankan pentingnya pemberantasan sarang nyamuk dibandingkan hanya fogging yang efektifitasnya hanya bertahan tiga hari dan tidak menyelesaikan masalah pada siklus hidup nyamuk.
"Fogging itu memang tidak menyelesaikan masalah. Hanya efektif di tiga hari saja, setelah itu nyamuk yang belum menjadi jentik akan tumbuh lagi," pungkasnya. ***