unescoworldheritagesites.com

Tren Kasus DBD di Jakarta Meningkat, Warga Diminta agar Jangan Anggap Remeh - News

Nyamuk Aedes Agipty



:Masyarakat di lima wilayah kota Jakarta diminta jangan anggap remeh meningkatnya kasus Demam Berdarah Deungue (DBD) akhir-akhir ini.

Menurut data yang ada di Dinas Kesehatan DKI, memasuki medium 2024, kasus  DBD yang muncul, angkanya masih dibawah tahun sebelumnya. Namun semua pihak harus mewaspadainya.

Untuk diketahui bahwa DBD merupakan penyakit infeksi akibat virus yang menular melalui gigitan nyamuk aedes agypty. Kemudian menimbulkan gejala demam tinggi, sakit kepala, serta nyeri tulang dan otot yang apabila tidak ditangani dengan tepat, maka berisiko mengancam jiwa.

Baca Juga: Kasus DBD Jaksel terbanyak di DKI Jakarta, Waspadai Hingga Mei Nanti

Hal itu dikatakan Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Ani Ruspitawati, Minggu (5/5/2024), berdasarkan tren data kasus mingguan 2024, tercatat sudah terjadi peningkatan kasus jika dibandingkan dengan sebelumnya.

“Karenanya, kami menghimbau agar warga masyarakat  tetap waspada dan menerapkan PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk) 3M  (Menguras, Menutup, Mendaur Ulang) Plus (kegiatan lain yang mencegah perkembangbiakan dan gigitan nyamuk Aedes aegypti),” tuturnya.

Sementara itu dari data yang diperoleh , sejak Jumat kemarin (3/5/2024), terdapat  15 kasus DBD yang dirawat di RSUD Tamansari, Jakarta Barat. Mereka terdiri dari 3 orang dewasa dan 12 anak.

Baca Juga: Dailami Firdaus Ingatkan Masyarakat Waspadai Melonjaknya Kasus DBD di Jakarta

“Namun tidak ada kasus kematian. Semua masih aman terkendali, karena belum ada perubahan keparahan pada kasus DBD yang ditemukan. Dari 60 persen kasus yang masih dirawat adalah anak mayoritas usia SD dan SMP,” karadr. Ngabila Salama, Minggu (5/5/2024).

Dipaparkannya bahwa DBD neglected tropical disease yang sudah endemi dan polanya pasti sama dari tahun ke tahun.

Sedangkan perbedaan kenaikan kasus yaitu 1 bulan dari musim hujan. Misal bulan Maret masuk di musim penghujan, maka DBD kasusnya akan puncak di bulan April. Jadi, siklus pengembang-biakan nyamuk justru berjalan selama 2 minggu kedepannya.

Baca Juga: Wistawan Terjangkit DBD di Lombok Utara, Pemprov NTB Gercep Lakukan Upaya Penyembuhan

Untuk peningkatan kasus terjadi efek dari kemarau ekstrem panjang /El Nino  pada Juli –November 2023 di Indonesia. Trend kasus DBD akan meningkat pasca El Nino dan di musim penghujan dengan pola sama dari tahun ke tahun akan mulai meningkat Desember mendatang.

Dr. Ngabila  menambahkan, hal itu karena musim hujan menyebabkan peningkatan kelembaban udara /relative humidity (RH), dan nyamuk mudah berkembang biak. Tetesan air hujan juga memudahkan telur menetas menjadi jentik.

Selain itu juga kontainer berisi air bisa menjadi tempat berkembang biak jentik menjadi nyamuk.

Namun begitu selama puncak DBD April 2024 lakukanlah cegah sakit dengan menjaga kebersihan diri dan lingkungan utamanya PSN  3M plus & vaksinasi. Gencarkan G1R1J / gerakan 1 rumah 1 kader jumantik dgn menunjuk petugas PSN (pemberantasan sarang nyamuk) di rumah apa ibu / bapak / anak / ART, dsb dan melakukan dengan prinsip 3 x 10 setiap jumat pagi.

Apa itu 3 x 10? Jam 10 pagi, durasi 10 menit efektif dan selama minimal 10 minggu.

Nyamuk DBD aktif pada pagi hari (pukul 08.00 -10.00 WIB) dan sore hari sekitar (pukul 15.00 – 17.00 WIB).

“Kita bisa memanfaatkan TOA masjid, mushola, surau, rumah ibadah untuk saling mengingatkan kepada RT, RW,<span;> kader membantu warga mengajak melakukan <span;>PSN 3M plus ” tutur dr. Ngabila menyarankan.

Untuk cegah komplikasi dan kematian kuncinya: Deteksi Dini dilanjutkan tatalaksana pemberian cairan / rehidrasi segera agar tidak syok dan meninggal. Jika demam 1×24 jam demam atau keluhan tidak membaik di rumah, bawa segera ke puskesmas terdekat, periksa darah dan rapid test DBD (NS1) Gratis di seluruh Puskesmas Kecamatan di Jakarta.

Sedanhkan  orang dewasa, gejala DBD seperti infeksi virus lainnya demam tinggi diatas 39 derajat, demam naik turun, nyeri belakang mata, pegal sendi dan otot, mual dan muntah.

Pada anak gejala bisa tidak khas seperti muncul gejala infeksi saluran cerna dan nafas: batuk, pilek, diare, sulit buang air besar. Beberapa juga bisa infeksi campuran dengan typhoid/tipes. ***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat