unescoworldheritagesites.com

Terpilih Sebagai Duta Anti-kekerasan DKI, Ini Langkah Saepulloh dan Windy Jalankan Tugasnya - News

Foto: Beritajakarta

: Muhammad Saepulloh, mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya dan Windy Oktaviani mahasiswa jurusan Bidan STIK Budi Kemuliaan terpilih sebagai Duta Mahasiswa Anti-kekerasan DKI Jakarta Tahun 2022.

Keduanya berhasil menjadi pemenang setelah bersaing dengan nominator lain perwakilan dari sembilan perguruan tinggi swasta di Jakarta.

Saepulloh mengaku tidak menyangka dan merasa bangga bisa terpilih menjadi Duta Mahasiswa Anti-kekerasan DKI Jakarta yang pertama.

Baca Juga: Mulai Kamis 21 Juli, Waktu Operasional Empat Layanan Transjakarta Diperpanjang

“Tidak menyangka karena dari semua peserta bagus-bagus dan Alhamdulillah saya terpilih. Karena ini batch pertama, maka suatu kehormatan dan kebanggaan bagi saya,” ujarnya, Rabu (20/7/2022).

Sebagai seorang duta, Saepulloh berkomitmen akan melakukan aksi nyata dalam rangka menekan dan mengatasi kasus kekerasan yang terjadi, mulai dari pencegahan sampai pemulihan.

Penyebaran informasi melalui media sosial efektif dinilai efektif untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap isu kekerasan. Masyarakat dianggap harus mengetahui terlebih dahulu tentang pengertian, jenis, penyebab dan dampak kekerasan itu sendiri.

Baca Juga: Disbud DKI Gelar Pameran Nuansa Kemilau Wastra Tenun Indonesia: Sumatera, Sulawesi dan Timor

“Menurut saya media sosial merupakan platform yang tepat untuk meningkatkan awareness. Karena media sosial itu ruang diskursus publik dan banyak yang menggunakannya," tutur Saepulloh.

Sementara itu, Windy menyampaikan rasa bangga terpilih sebagai Duta Anti Kekerasan yang pertama kalinya dihelat di tingkat provinsi. Menurutnya, dirinya bersama Saepulloh bisa menjadi role model untuk ke depannya.

“Ini agar provinsi lainnya bisa mengikuti dan bersama-sama memiliki tanggung jawab untuk memutus rantai kekerasan,” ucapnya.

Windy menawarkan metode dokumentasi untuk memerangi kekerasan. Selain itu, materi-materi yang didapat selama masa pembekalan atau karantina akan disebarluaskan secara masif kepada masyarakat.

“Pastinya mengedukasi melalui media sosial agar lebih menjaring masyarakat, dan meningkatkan kepedulian terhadap isu kekerasan. Sehingga angka kasus bisa ditekan, bahkan dicegah,” ucapnya.

Ia menjelaskan, informasi tentang layanan Pos Sahabat Perempuan dan Anak (SAPA) perlu dioptimalkan agar korban kekerasan dapat melaporkan kejadian yang dialaminya. Hal ini agar bisa segera ditindaklanjuti dengan mendapat pendampingan hingga perlindungan hukum.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat