: Pemerhati Perempuan dan salah satu pengurus Kongres Wanita Indonesia (Kowani) ,Tantri Dyah Kiranadewi mengingatkan kepada Pasangan Calon (Paslon) Presiden dan Wakil Presiden (Wapres) yang pada 14 Februari nanti menginginkan dukungan suara rakyat, khususnya kaum perempuan agar memiliki komitmen tinggi dalam afirmasi kepada para Ibu Bangsa.
Penegasan ini disampaikan Tantri menanggapi pernyataan Cawapres nomor urut 3, Mahfud MD saat itu di acara 'Tabrak Prof!' di Bento Kopi, Bandar Lampung, 25 Januari 2024.
Dalam pernyataannya, Mahfud menyebut tentang ibu telah berdosa besar jika melahirkan anak yang tidak berakhlak.
“Saya sebagai Ibu Bangsa yang secara kebetulan di organisasi Kowani yang menjadi rumah besar bagi tempat perjuangan lintas organisasi wanita menyayangkan dan mengecam keras pernyataan Prof Mahfud yang telah menghina Ibu Bangsa. Ibu itu luar biasa sekali jasa dan pengorbanan antara hidup dan mati. Nabi Muhammad SAW saja sangat menghargai dan menyanjung Ibu Siti Aminah sebagai Ibunda yang telah mengandung 9 bulan dan melahirkannya ke dunia dengan selamat sebagai Rosul dan menjadi berkah bagi umat manusia. Teramat sangat luar biasa. Lha ini kok Prof Mahfud yang katanya punya pendidikan lebih tinggi dan sangat fasih terhadap ajaran Rosulullah justru bicara seperti gagal paham atau fakir ilmu,” kritik Tantri kepada di sela-sela menyaksikan Debat Pamungkas Capres di Jakarta, Minggu (4/2/ 2024).
Aktivis perempuan di Putri Narpowandowo, KSBN dan Pawon Semar ini meminta para cerdik pandai yang justru harusnya menjadi kompas kehidupan bagi masyarakat umum, tidak asal bicara dan mencari pembenaran yang tidak ada argumentasi ilmiah maupun etika.
“Janganlah menyalahkan ibu yang mengandung dan melahirkan yang sama sekali tidak berdosa. Kalau mau salahkan anak yang berbicara tanpa etika dan menyimpang dari kepatutan maupun kepatuhan hukum dan undang-undang,” tegas putri almarhum Mayjend Pol (Purn) Drs.Wik Djatmika SH,MSi yang pernah menjadi Irwasum Polri ini.
Pada kesempatan berbeda, saat Cawapres Mahfud MD menjadi tamu di Program Rosi Kompas TV, telah menyatakan permintaan maaf karena para kaum perempuan merasa berada di perpisahan dan marah kepadanya.
Menurut Mantan Hukum MK ini, pernyataan tersebut tidak bermaksud menyalahkan kaum Ibu yang telah melahirkan anak tak berakhlak. Namun yang dia maksud, para Ibu akan ikut Berdosa jika tidak diberikan pekerjaan yang layak dan tidak mendapatkan perlindungan hukum yang asal-asalan sehingga tidak bisa mendidik dengan baik dan memberikan pelajaran akhlak maupun budi pekerti kepada anak-anaknya hingga harus terjerumus kepada perbuatan yang bercampur dengan hukum agama dan hukum negara.
Maka negara, kata dia harus berpihak kepada nasib kaum perempuan yang akan melahirkan anak-anak generasi bangsa yang ber-akhlakul karimah.
Tidak Bela Gibran, Tidak Rela Iriana Disalahkan
Tanpa bermaksud membela Gibran Rakabuming Raka yang menjadi sorotan publik yang dianggap songong atau kurang bertata krama kepada Cawapres rivalnya saat Debat Cawapres putaran terakhir, Tantri mengingatkan bahwa persepsi kurang positif kepada putra sulung Presiden Jokowi ini, bukan juga men-judge seenak perut pengkritik bahwa Ibu Negara Ibu Iriana Joko Widodo sebagai pihak yang tertuduh dianggap tidak pernah mendidik atau tidak karena mendidik putra-putrinya untuk bertata krama.
“Anak seusia Gibran tidak hanya bisa bergaul dengan ibunya saja. Sekali pun sudah diberikan etika tata krama dan budi pekerti semenjak masih belia hingga dewasa. Tetapi dengan perkembangan pendidikan dan pergaulan yang luas, pastinya juga bergaul atau mempunyai hubungan dengan yang seumur atau se-gen milenialnya.
7Tak bisa dipungkiri juga akan ada kelunturan etika jika dia lebih banyak bergaul dengan temannya yang berasal dari semua latar belakang yang berbeda. Dari latar belakang agama, suku, etnis, pendidikan, bangsa yang berbeda-beda. Bahkan klas sosial yang berbeda pun akan ikut mempengaruhi karakternya. Jadi jangan dong menyalahkan seorang ibu dengan alasan yang tidak benar,” beber Tantri.
Alih-alih akan mendapatkan insentif elektoral karena percakapan mantan Menkopolhukam ini dalam suasana saat politik praktis, saat nyapres. Justru yang didapat adalah kecaman sengit dan protes keras, bukan saja dari kaum perempuan tetapi juga seluruh kelompok gender.
“Bagaimana kalau Prof Mahfud juga dibegitukan oleh pihak yang tidak menyukainya. Pastinya sakit hati-lah yang berbuat dia, tapi Ibunya yg dibawa bawa,” tutupnya. ***