unescoworldheritagesites.com

Seruan Ketum Gerakan Pemuda Marhaenis (GPM) Emir Moeis Kepada Generasi Muda: Terus Gelorakan Semangat Marhaenisme dan Teguhkan Nilai-Nilai Pancasila - News

Ketum Gerakan Pemuda Marhaenis (GPM) Emir Moeis memotong tumpeng syukuran ulang tahun GPM ke 77 Tahun didampingi Dewan Pembina GPM William M.Tutuarima, dan Mantan Wali Kota Bekasi, Mochtar Mohamad (AG Sofyan)

: Ketua Umum Gerakan Pemuda Marhaenis (GPM), Ir. I. Emir Moeis,M.Sc., meminta para kader GPM untuk selalu menggelorakan semangat marhaenisme dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Khususnya generasi muda harus tetap waspada dan teguh pada Nilai-nilai Pancasila
 
Emir Moeis menekankan pentingnya menanamkan nilai-nilai ideologi marhaenisme kepada kaum muda khususnya generasi Z agar nilai-nilai tersebut tidak terputus dan terus berlanjut ke generasi berikutnya.
 
"Marhaenisme adalah konsep yang dicetuskan oleh Ir Soekarno. Pada perkembangannya, istilah Marhaen juga ditujukan kepada seluruh golongan rakyat kecil, termasuk petani dan buruh, yang hidupnya selalu ditekan oleh orang-orang kaya dan penguasa, yaitu kaum borjuis atau kapitalis. Marhaenisme bertujuan untuk membebaskan rakyat kecil dari penindasan dan memperjuangkan keadilan sosial bagi mereka," jelas Emir Moeis kepada wartawan saat memimpin perayaan Dies Natalis ke-77 Gerakan Pemuda Marhaen yang digelar di Gedung Gerakan Bhineka Nasionalis (GBN), Jakarta, Sabtu (1/6/2024). 
 
 
Hadir dalam syukuran ulang tahun GPM tersebut sejumlah tokoh nasionalis, mulai Ketua Umum DPP GPM Emir Moeis dan pengurus DPP GPM. 
 
Juga hadir Dewan Pembina GPM William M.Tutuarima, dan Mantan Wali Kota Bekasi, Mochtar Mohamad. 
 
Dalam Dies Natalis ke-77 GPM tersebut, salah satu tokoh senior PDI Perjuangan (PDIP) ini menegaskan bahwa ideologi Marhaenisme masih sangat relevan dengan kondisi saat ini karena permasalahan seperti kesenjangan sosial masih ada dan oligarki di berbagai lini kehidupan mulai muncul kembali. 
 
 
Emir menyebut tujuan untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur yang telah tersurat di dalam Pembukaan UUD 1945 sebagai amanat konstitusi masih menjadi perjalanan panjang seluruh rakyat Indonesia.
 
Oleh karena itu, tegas dia, ajaran dan perjuangan Marhaenisme masih sangat relevan dalam menghadapi permasalahan-permasalahan masa kini.
 
“Saat ini sangat penting untuk dapat menggelorakan lagi semangat Marhaenisme, rasa cinta tanah air, dan konsisten menjalankan nilai-nilai Pancasila sebagai patokan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara kita. Khususnya pada generasi muda. Menurut saya, dari fakta yang terjadi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara saat ini pun masih banyak hal yang dilanggar. Terutama dalam hal demokrasi dan keadilan sosial. Maka Pancasila harus menjadi panutan dan jalan kompas untuk meluruskan kembali hal-hal yang menyimpang,” urai Emir. 
 
 
Emir Moeis yang pernah menjabat sebagai Ketua Banggar DPR RI ini menyadari bshwa kondisi kehidupan berbangsa dan bernegara sekarang belum banyak dipahami oleh sebagian besar generasi muda di Indonesia. 
 
"Mereka (generasi muda-red) hanya paham tentang siapa Bung Karno itu secara fisiknya saja. Bukan tentang ajarannya. Oleh karena itu untuk paham akan ideologi Marhaenisme, menurutnya generasi muda tidak sama dengan generasi terdahulu yang bisa dikorelasikan dengan sosio-nasionalisme dan sosio-demokrasi-nya saja.Namun sudah saatnya lebih menekankan bahwa Marhaenisme adalah tentang anti kemiskinan, anti penghisapan, dan antikapitalisme," bebernya. 
 
 
“Sekarang kekecewaan pada oligarki sudah mulai muncul. Ini bisa menjadi momentum bagi kita pemuda Marhaenis bahwa hal tersebut tidak diperlukan lagi. Tetapi di satu sisi, pemuda Marhaenis harus tetap hati-hati dan waspada terhadap beberapa isu. Seperti permainan atau perubahan undang-undang melalui MK, dimana kepentingan tersebut bukan untuk kepentingan pembangunan nasional tetapi justru mengarah kepada kepentingan nepotisme. Karena apabila kita terus membiarkannya, akan menjadi hal yang berbahaya dan tidak sejalan dengan nilai-nilai Pancasila," tambah putra pejuang sebagai Wakil Kalimantan Timur di Konferensi Meja Bundar (KMB) 1957 ini. 
 
Legislator DPR RI yang saat itu mewakili Dapil Kalimantan Timur (Kaltim) dan meminta semua anak bangsa yang mengaku sebagai pemuda Marhaenis harus bisa berkomentar kritis dan berjuang bersama sesuai dengan semangat pejuang demokratis yang dinamis dan revolusioner. *** 

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat