unescoworldheritagesites.com

TMII Dikuasai Negara, Politisi Beringin Meyakini Kualitas Pengelolaan Aset Negara Jadi Baik - News

Legislator Beringin Senayan Komisi II, Agung Widyantoro, SH.MSi. memberikan edukasi warga masyarakat di dapil Jateng IX tentang pelaksanaan protokol kesehatan 3M (memakai masker, menjaga jarak dengan tidak berkerumun dan selalu mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir) Ist

JAKARTA: Legislator Beringin Senayan Komisi II, Agung Widyantoro, SH.MSi mendukung negara mengambil alih pengelolaan Taman Mini Indonesia Indah (TMII) setelah selama 44 tahun lamanya dikuasai dan dikelola oleh Yayasan Harapan Kita, yang didalamnya terdapat putera-puteri mendiang Presiden Soeharto.

"Langkah pemerintah melalui Kementerian Sekretariat Negara (Kemensetneg) mengambil alih pengelolaan TMII sudah tepat sesuai putusan hukum dan diharapkan negara hadir untuk membenahi tata kelola aset berharga negara yang memiliki nilai historis dan dimensi edukasi tinggi bagi masyarakat ini sehingga nilai kemanfaatan benar-benar dirasakan rakyat," ujar Agung Widyantoro di Gedung Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (8/4/2021).

Wakil Rakyat Senayan Dapil Jawa Tengah IX (Kabupaten/Kota Tegal dan Kabupaten Brebes) menilai langkah pemerintah ini akan membuat kualitas pengelolaan aset negara menjadi lebih baik.

Namun, Agung juga mewanti-wanti agar pengambilalihan aset negara ini jangan sampai gaduh hingga dipolitisasi menjadi isu yang kontraproduktif.

“Semua pihak harus bisa berpikir jernih. Tidak perlu hal ini dipolitisir. Niat baik pemerintah untuk mengelola TMII harus semaksimal mungkin penggunaannya untuk kepentingan rakyat,” ujar mantan Bupati Brebes ini. TMII yang telah dikuasai selama 44 tahun oleh keluarga mendiang Presiden Soeharto itu diambil alih negara berdasarkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 19/2021 tentang Pengelolaan TMII. Perpres ini menegaskan penguasaan dan pengelolaan TMII oleh Kemensetneg serta berakhirnya pengelolaan oleh Yayasan Harapan Kita.

TMII dibangun pertama kali pada 30 Juni 1972 yang kemudian diresmikan oleh Presiden Soeharto pada 20 April 1975. Obyek wisata sejarah dan budaya yang terletak di Jakarta Timur itu tujuan awalnya adalah membangun miniatur Indonesia.

 Lewat berbagai anjungan daerah diharapkan masyarakat Indonesia lebih mengenal budayanya. Tentunya pengelolaan yang kini diambil alih oleh Kemensetneg diharapkan tidak menghapus tujuan awal pembangunan TMII yang bersejarah.

“Pengelolaan oleh Kemensetneg ini jangan sampai menghapus kesejarahan dan tujuan pembangunan TMII. Karena sejarah adalah inspirasi masa depan,” tandas Agung.

Di lahan TMII seluas 150 hektar itu, masyarakat bisa menemukan berbagai keunikan budaya nasional dari berbagai provinsi. Selain itu juga sejarah panjang bangsa ini melalui museum yang ada di destinasi tersebut. Misalnya peta relief miniatur Indonesia berikut penyediaan airnya, Tugu Api Pancasila, Rumah Adat dari berbagai daerah serta berbagai museum dan taman satwa. Termasuk; Museum Wayang, Museum Transportasi, Museum Indonesia. Yang tentunya sangat berguna untuk pendidikan masyarakat.

Agung meminta hal-hal yang baik dan sudah ada di TMII serta menjadi ciri khasnya jangan sampai diubah.

“Maskot sejarah Indonesia yang berupa budaya dan suku bangsa ditunjukkan dengan berdirinya rumah adat masing-masing daerah. Tentu jangan sampai tergusur. Karena warga yang tidak mampu atau yang tidak punya uang untuk bisa terbang ke seluruh Nusantara pun, tetap bisa menikmati kekayaan budaya lewat miniatur Indonesia di TMII,” tutur Anggota Parlemen Senayan dua periode ini.

Ia juga meminta agar TMII tetap menjadi taman budaya dan sejarah yang menggambarkan budaya dan miniatur Indonesia. Jangan sampai ciri khas itu berubah apalagi jika sampai pengelolaan jatuh ke tangan pihak yang tidak paham gagasan awal pembangunannya.

“Penguasaan oleh pemerintah jangan sampai jatuh ke tangan pihak-pihak yang ingin menghapuskan jejak sejarah perjuangan Indonesia, yang beragam dari budaya dan suku bangsa,” ungkap Wasekjen DPP Partai Golkar ini.

Sebaliknya, TMII harus dibangun untuk tetap menjadi ikon budaya Indonesia yang bisa menjadi pelajaran bagi generasi muda tentang kebhinekaan bangsa Indonesia.**

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat