unescoworldheritagesites.com

Analis Senior Polkasi Janu: Negara Tak Perlu Malu Meminta Maaf ke Soekarno - News

Analis Senior Pusat Studi Politik dan Kebijakan Strategis Indonesia (Polkasi), Janu Wijayanto menyatakan tidak ada yang salah dari substansi yang diperdebatkan soal perlu tidaknya negara meminta maaf atas tindakan di masa lalu terhadap Soekarno (AG Sofyan )

 
 
: Analis Senior Pusat Studi Politik dan Kebijakan Strategis Indonesia (Polkasi), Janu Wijayanto menyatakan, tidak ada yang salah dari substansi yang diperdebatkan soal perlu tidaknya negara meminta maaf atas tindakan di masa lalu terhadap Soekarno. 
 
"Negara ini apa dan siapa? Negara setidaknya ada tiga unsur negara yaitu pemerintahan berdaulat, ada rakyat dan ada wilayah. Jika melihat hal itu tentu bisa direnungkan cara tepat bagaimana bangsa ini bisa mengakui kesalahan masa lalu dan meminta maaf atas kesalahan yang sudah terjadi. Jadi sifatnya korektif dan tak perlu merasa malu," ujar Janu dalam keterangan persnya kepada , Sabtu (12/11/2022).
 
 
Menurut alumni Kajian Stratejik Intelijen UI ini, yang membuat publik sensitif alias baper selain yang memang golongan yang tidak suka garis politik Soekarno, sebenarnya adalah diksi "meminta maaf kepada Bung Karno dan keluarganya" karena diantara publik di Indonesia ini bukan tidak tahu dan tidak cinta terhadap Bung Karno. Akan tetapi justru menganggap Bung Karno itu sendiri menjadi kebanggaan nasional dan sudah bukan lagi hanya milik keluarganya belaka.
 
Bung Karno sudah menjadi kebanggaan Bangsa Indonesia dan pemimpin dunia. 
 
 
"Dalam konteks ini bisa juga permintaan maaf itu dialamatkan kepada Bangsa Indonesia (rakyat sebagai pemegang daulat negara) atau kepada dunia dan kemanusiaan dalam konteks kerja membangun peradaban luhur, dan tentu juga bisa meminta maaf kepada Tuhan Yang Maha Esa karena kan Indonesia negara yang berketuhanan meski bukan negara agama," tegasnya.
 
Dalam lanskap budaya politik, menurut Janu, hal ini bisa saja menjadi tradisi bagus untuk mengurai konflik di masa lalu agar tidak selalu berujung membuat polarisasi baru. 
 
 
"Misalnya dalam tradisi budaya kita kan ada pertaubatan bisa saja dibangun kerja peradaban baru politik dengan membuat tradisi baru permintaan maaf oleh negara diwakili pemerintah yang balutannya gerakan kultural merekonsiliasi (korektif) semacam pengakuan dosa negara diwakili pemerintah kepada Tuhan YME atas kesalahan kepada Bangsa Indonesia, kepada rakyat atau kepada pahlawan pendiri negara seperti Soekarno.
 
"Dalam khazanah tradisi kan biasa itu Raja mewakili kerajaan di Nusantara ini membuat semacam "uwatan agung" agar terhindar dari kuwalat telah berbuat salah di masa lalu, misalnya," tutur Janu.
 
 
Analis Senior Polkasi Janu Wijayanto merespon munculnya polemik terkait usulan PDI Perjuangan agar negara minta maaf kepada Bung Karno dan keluarganya yang makin panas di publik.
 
Hal itu menyusul Wakil Ketua Komisi III DPR RI Desmond Junaidi Mahesa tiba-tiba digeruduk kader PDIP saat sedang makan siang di Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. 
 
 
Massa kader PDIP Purworejo itu tak terima dengan pernyataan Desmod yang dianggap menghina Bung Karno.
 
Rombongan kader PDIP yang dipimpin langsung oleh Ketua DPC PDIP Purworejo Dion Agasi Setiabudi tersebut menggeruduk Desmond beserta rombongan saat tengah makan siang di salah satu rumah makan di Purworejo, Kamis  (10/11/2022). 
 
 
Mereka menuntut Desmond agar meminta maaf atas pernyataannya yang dianggap menghina Bung Karno beberapa waktu lalu.
 
"Kami meminta saudara Desmond meminta maaf secara terbuka kepada Bung Karno dan keluarga Bung Karno," tegas para kader PDIP tersebut.
 
Menanggapi hal tersebut, politisi Gerindra itu pun bersedia meminta maaf. Namun, sebelum meminta maaf, Desmond memberikan klarifikasi jika kata-kata yang dianggap tidak pantas itu semata-mata bukan keluar dari mulutnya.
 
 
"Jadi kemarin itu saya diwawancarai tentang penghargaan Bung Karno. Saya menghargai penghargaan itu, tapi saya bilang bahwa penghargaan itu apakah tidak mengecilkan Bung Karno, tanpa penghargaan itu Indonesia ya adalah Bung Karno. Nah terjadilah catatan-catatan kalian yang biasanya usil dan keluarlah kata-kata kasar. Saya ketawa-ketawa gitu loh, ya menurut kalian begitu ya begitulah, dan ditulislah seolah-olah itu kata-kata saya dan mereka tersinggung menuntut saya minta maaf," ucap Desmond. ***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat