: Bullying atau yang biasa dikenal sebagai penindasan, kekerasan, atau pengintimidasi, telah menjadi masalah serius yang dihadapi oleh banyak orang di seluruh dunia.
Bullying dapat dilakukan oleh siapa saja, tidak terkecuali anak-anak dan remaja. Hal ini sangat merugikan, terutama bagi korban, dan dapat menyebabkan dampak jangka panjang pada kesehatan mental dan fisik.
Bullying terdiri dari tiga bentuk utama, yaitu fisik, verbal, dan tidak langsung. Bentuk fisik meliputi tindakan seperti menonjok, mendorong, menendang, atau bahkan menggigit.
Baca Juga: Apa Itu Father Hunger Yang Viral: Mengatasi Kekosongan Emosional Akibat Kehilangan Ayah
Sementara itu, bentuk verbal dapat berupa sindiran, olok-olok, penghinaan, dan ancaman. Bentuk tidak langsung, seperti cyberbullying, sering terjadi melalui media sosial dan platform digital lainnya.
Banyak pelaku bullying biasanya berasal dari latar belakang sosial yang lebih tinggi, lebih kuat, atau lebih populer. Namun, sebenarnya pelaku bullying seringkali memiliki rasa tidak aman dan ingin mencari perhatian dari orang-orang di sekitarnya. Sikap negatif seperti iri, dendam, dan permusuhan dapat memicu perilaku bullying.
Sementara itu, korban yang paling rentan adalah mereka yang berasal dari keluarga berpenghasilan rendah dan masyarakat terpinggirkan.
Baca Juga: Apa Itu Kapal Soechi dan Tugas-tugasnya
Anak-anak yang memiliki penampilan atau kondisi fisik yang berbeda, penyandang disabilitas, atau anak-anak migran juga memiliki risiko yang lebih tinggi untuk menjadi korban bullying.
Bullying harus dihentikan dengan tegas. Kita semua harus bekerja sama untuk mempromosikan kebudayaan yang menghargai perbedaan dan membangun rasa empati pada anak-anak kita.
Penting bagi orang tua, guru, dan masyarakat untuk memberikan dukungan dan bantuan pada anak-anak yang telah menjadi korban bullying, sehingga mereka merasa didengar, dilindungi, dan dihargai.***