unescoworldheritagesites.com

Dukungan Bank Jatim Sukses Bangkitkan Kembali AMKE Dari Pandemi - News

MALANG: Hampir semua sektor usaha di Jawa Timur terkena imbas pandemi Covid-19. Bahkan obyek wisata Area Model Konservasi Edukasi (AMKE) di Desa Oro Oro Ombo, Kota Batu, sudah sempat merumahkan lebih dari 30 karyawannya akibat tak ada pemasukan sejak maret 2020 lalu.

Menurut Penyuluh Kehutanan dan Pendamping yang sekaligus menjadi Pimpinan Pengelola AMKE, Sri Asih, AMKE berdiri mulai beroperasi sejak 2018 lalu. "Puluhan karyawan harus dirumahkan karena hampir dua tahun pandemi, hanya sesekali saja ada pengunjung. Selama PPKM, kami juga harus tutup," ujarnya, pekan lalu.

AMKE yang berada di atas tanah milik desa itu merupakan kawasan wisata yang dikelola secara mandiri oleh warga Kelompok Tani Hutan (KTH) Panderman, Oro-Oro Ombo. Awalnya, pengelola wisata ini hanya terdiri dari 32 kelompok tani, tetapi kini berkembang menjadi 72 kelompok.

Lahan seluas 10 hektare ini digarap dengan konsep wisata edukasi mulai dari edukasi pembibitan, pembuatan pupuk organik hingga pengembangan kandang komunal untuk hewan seperti kambing yang selama pandemi nyarus tanpa pemasukan itu, berangsur mulai bangkit. Sejak aturan PPKM diperlonggar, pengunjung mulai berdatangan. Sektor usaha yang mengandalkan kunjungan dan penjualan bibit pepohonan hingga pupuk itu berangsur-angsur mulai ramai kembali.

Kepada jajaran Direksi Bank Jatim yang mengunjunginya, Sri Asih, menjelaskan bahwa AMKE awalnya menyediakan aneka macam bibit dan pupuk tanaman untuk kegiatan tanam pohon massal oleh instansi pemerintah maupun swasta. Total omzet waktu itu bisa mencapai Rp1 miliar per bulan.

Kegiatan bisnis penerima UMKM Award Bank Jatim 2021 itupun berkembang. Atas usulan berbagai kalangan, pihaknya menambah fasilitas wahana edukasi bagi pelajar hingga instansi. Mereka berharap layana ini memberi daya tarik tersendiri bagi masyarakat untuk berkunjung ke kawasan yang berada di kaki Gunung Panderman tersebut.

Tapi akibat pandemi, kata dia, tempat ini sepi dari pengunjung. Saat situasi sudah berangsur membaik, dari 17 wahana edukasi yang mereka bangun sejak tahun 2019, tinggal 7 wahana yang bisa dikunjungi. "Dari itu kami masih ada pemasukan. Meski dari 50 karyawan hanya 15 orang yang bisa digaji," ujarnya.

Pengunjung dari berbagai kota yang datang, kata dia, banyak yang memburu tanaman hias. Dia menyebut ada pemasukan sekitar Rp4 jutaan perminggu dari jenis tanaman ini.

Saat ini, pihaknya juga memiliki beragam produk khas hutan yang menarik untuk ditawarkan kepada para pengunjung. Mulai dari  minyak Atsiri, budidaya kambing etawa, dan madu. Aneka macam cemilan dari hasil produksi pertanian juga banyak diminati pengunjung. Bukan hanya itu, AMKE juga menawarkan paket edukasi.

Mereka mengenakan tarif Rp2,5 juta untuk 20-30 orang dan akan mendapatkan fasilitas materi, praktik, souvenir, konsumsi dan sertifikat. Jika peserta hanya di bawah 20 orang, tarif dikenakan Rp125.000/orang, dengan durasi edukasi selama 3 jam.

Pihaknya juga menyediakan area camp permanen yang dapat disewakan seharga Rp180.000/tenda untuk 4 orang. Jika hanya ingin berkunjung saja, tiket masuk dihargai Rp10.000/orang.

Kini, selain karyawan di AMKE, ada juga sekitar 72 petani yang ikut mengurus lahan tersebut. Mereka ikut terlibat mengurus tanaman bibit pohon, tanaman hias, porang, budidaya jamur, budidaya kambing etawa, dan lainnya.

Kepada wartawan, Sri Asih mengaku sangat mengaku sangat terbantu oleh dukungan permodalan Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari Bank Jatim senilai Rp250 juta yang diterimanya. "Dana itu kami manfaatkan untuk bangkit kembali dari kerugian akibat pandemi," ujarnya.

Direktur Keuangan Bank Jatim, Ferdian Timur Setya Nugraha dan Direktur Risiko Bisnis Bank Jatim, Rizyana Mirda, saat kunjungan ke AMKE, memberikan apresiasi dan optimis UMKM ini segera bangkit dari dampak pandemi. "Dengan keahlian dan dukungan permodalan yang dibutuhkan, kami optimis AMKE ini bisa kembali bangkit," ujarnya.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat