unescoworldheritagesites.com

Biografi Sultan Iskandar Muda. Goresan Tinta Hamka, Tjinta Tak Pernah Lelah 1938 - News

Biografi Sultan Iskandar Muda. Goresan Tinta Hamka, Tjinta Tak Pernah Lelah 1938 (https://pixabay.com/users/zulmahdi-5959074/)

 

: Biografi Sultan Iskandar Muda. Dia adalah Sultan Aceh yang memerintah dari tahun 1607 hingga 1636. Sultan Iskandar Muda dikenal sebagai salah satu penguasa terbesar di sejarah Aceh dan berhasil mengembangkan wilayah kekuasaannya melalui kebijakan militer yang agresif. Ia juga dikenal sebagai pelindung seni dan budaya Aceh serta menjadi salah satu tokoh yang berjasa dalam memperkenalkan Islam di Aceh. Salah satu pengaruhnya yang terkenal adalah membangun Masjid Raya Baiturrahman, yang menjadi landmark di kota Banda Aceh hingga saat ini.

Sultan Iskandar Muda, Penguasa Agung Aceh

Sultan Iskandar Muda adalah salah satu penguasa terbesar di sejarah Aceh. Ia memerintah selama hampir 30 tahun, dari tahun 1607 hingga 1636, dan berhasil mengembangkan wilayah kekuasaannya melalui kebijakan militer yang agresif. Namun, ia juga dikenal sebagai pelindung seni dan budaya Aceh serta menjadi salah satu tokoh yang berjasa dalam memperkenalkan Islam di Aceh.

Kehidupan Awal

Sultan Iskandar Muda lahir pada tahun 1583 sebagai putra Sultan Muhammad. Sebelum naik takhta, ia menjabat sebagai panglima perang dan memimpin beberapa kampanye militer. Ia juga menikahi putri Sultan Ali Mughayat Syah, yang menjadi sumber dukungan penting dalam karir politiknya.

Kebijakan Militer

Setelah naik takhta pada tahun 1607, Sultan Iskandar Muda memperkuat kekuatan militernya dan memimpin beberapa kampanye militer yang sukses. Ia menaklukkan beberapa kerajaan tetangga, termasuk Johor, Pahang, dan Siak, yang membuat Aceh menjadi kekuatan maritim yang dominan di Selat Malaka. Ia juga membangun armada yang kuat, yang membuat Aceh menjadi pusat perdagangan yang penting di kawasan itu.
Sultan Iskandar Muda dikenal sebagai penguasa yang bijaksana dan adil. Ia memperkenalkan hukum Islam yang ketat di wilayah kekuasaannya, yang membuat Aceh menjadi salah satu pusat keilmuan Islam di Asia Tenggara. Ia juga memberikan dukungan kuat kepada seni dan budaya Aceh, dan mendukung pengembangan seni dan budaya Aceh seperti seni tari dan musik.

Masjid Raya Baiturrahman

Salah satu pengaruh Sultan Iskandar Muda yang terkenal adalah pembangunan Masjid Raya Baiturrahman, yang menjadi landmark di kota Banda Aceh hingga saat ini. Masjid ini dibangun pada tahun 1612 dan dianggap sebagai salah satu masjid terindah di dunia. Masjid ini juga menjadi simbol kekuatan Islam di Aceh, dan menjadi tempat peringatan peristiwa Gempa Bumi dan Tsunami Aceh pada 26 Desember 2004.

Kematian

Sultan Iskandar Muda meninggal pada tahun 1636 karena penyakit yang tidak diketahui. Ia digantikan oleh putranya, Sultan Iskandar Thani, yang memerintah selama 20 tahun setelahnya. Kedua penguasa ini menjadi pahlawan bagi rakyat Aceh, dan namanya tetap dihormati hingga saat ini.



Sultan Iskandar Muda adalah salah satu penguasa terbesar di sejarah Aceh. Ia berhasil mengembangkan wilayah kekuasaannya melalui kebijakan militer yang agresif, tetapi juga menjadi pelindung seni dan budaya Aceh serta memperkenalkan Islam di wilayah kekuasaannya. Salah satu pengaruhnya yang
terkenal hingga saat ini adalah pembangunan Masjid Raya Baiturrahman, yang menjadi landmark di kota Banda Aceh. Selain itu, Sultan Iskandar Muda juga dikenal sebagai penguasa yang bijaksana dan adil, yang membuatnya menjadi tokoh yang dihormati oleh rakyat Aceh.

Namun, kebijakan militer Sultan Iskandar Muda juga memiliki dampak negatif. Kampanye militer yang agresif dan penaklukan wilayah tetangga membuat Aceh menjadi sasaran serangan militer dari bangsa-bangsa Eropa seperti Belanda dan Portugis. Serangan-serangan ini berlangsung selama berabad-abad dan mengakibatkan kerugian besar bagi Aceh, termasuk kehilangan wilayah kekuasaan dan kerusakan infrastruktur.

Meskipun demikian, keberhasilan Sultan Iskandar Muda dalam mengembangkan wilayah kekuasaannya dan memperkenalkan Islam di Aceh tidak dapat dipungkiri. Warisan sejarahnya, termasuk Masjid Raya Baiturrahman dan kebijakan Islam yang ketat, tetap dipelihara dan dihormati oleh rakyat Aceh hingga saat ini. Selain itu, pengaruh Sultan Iskandar Muda juga terlihat dalam seni dan budaya Aceh yang kaya dan beragam.

Pada intinya, Sultan Iskandar Muda adalah penguasa agung Aceh yang berhasil mengembangkan wilayah kekuasaannya melalui kebijakan militer yang agresif. Ia juga menjadi pelindung seni dan budaya Aceh serta memperkenalkan Islam di wilayah kekuasaannya. Meskipun dampak negatif dari kebijakan militer Sultan Iskandar Muda dapat dilihat hingga saat ini, warisan sejarahnya tetap dipelihara dan dihormati oleh rakyat Aceh, dan menjadikannya sebagai tokoh penting dalam sejarah Indonesia.

Baca Juga: Top 5 Indonesian Idol 2023 Hasil Spektakuler Show 9, Bertabur Standing Ovation! Finalis dari Medan Ini Pulang

Adapun salah satu karya yang pernah dibuat yang didalamnya mengisahkan kehidupan Sultan Iskandar Muda ialah yang dibuat Hamka, seorang sastrawan dan ulama terkenal Indonesia yang menulis novel "Tjinta Tak Pernah Lelah" yang mengambil latar belakang kehidupan Sultan Iskandar Muda.

Karya tersebut merupakan bukti bahwa kehidupan dan kebijakan Sultan Iskandar Muda telah menarik perhatian para sastrawan dan budayawan terkenal, dan menjadi bagian penting dari sejarah Aceh dan Indonesia secara keseluruhan.

Buku "Tjinta Tak Pernah Lelah" karya Hamka merupakan novel sejarah yang mengambil latar belakang kehidupan Sultan Iskandar Muda. Karya ini diterbitkan pada tahun 1938 oleh Balai Pustaka yang kala itu sebagai penerbit resmi milik Hindia Belanda, dan karya ini sempat di filmkan pada 1950, disutradarai oleh Usmar Ismail dengan judul film yang sama dengan novel tersebut.

Beberapa hal penting dalam buku "Tjinta Tak Pernah Lelah" yang mengulas Sultan Iskandar Muda antara lain:

  • Deskripsi kehidupan Sultan Iskandar Muda: Buku ini memberikan gambaran tentang kehidupan Sultan Iskandar Muda, termasuk latar belakang keluarganya dan cara ia menjadi raja. Hamka juga menggambarkan kepribadian Sultan Iskandar Muda sebagai seorang penguasa yang tegas namun adil, serta kebijakannya dalam memimpin Aceh.

  • Konflik internal di Aceh: Buku ini juga menggambarkan konflik internal di Aceh, baik antara kelompok adat dan ulama, maupun antara kelompok-kelompok politik yang berbeda. Konflik ini menjadi latar belakang dari kebijakan Sultan Iskandar Muda dalam memperkuat kekuasaannya dan menghadapi ancaman dari luar.

  • Perang melawan Belanda: Buku ini juga menggambarkan perang yang terjadi antara Aceh dan Belanda pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda. Hamka menggambarkan keberanian Aceh dalam melawan Belanda, serta kebijakan militer Sultan Iskandar Muda dalam memimpin perang tersebut.

  • Kebijakan Islam di Aceh: Buku ini juga membahas tentang kebijakan Islam yang diterapkan oleh Sultan Iskandar Muda di Aceh, seperti penghapusan praktik-praktik adat yang dianggap bertentangan dengan Islam, serta memperkuat pendidikan agama.

  • Cinta dan romantisme: Buku ini juga menampilkan kisah cinta yang melibatkan Sultan Iskandar Muda dan Puteri Pahang, yang kemudian menjadi permaisurinya. Hubungan ini dianggap menggambarkan sisi romantisme dari kehidupan Sultan Iskandar Muda.

Melalui buku "Tjinta Tak Pernah Lelah", Hamka berhasil menggambarkan kehidupan Sultan Iskandar Muda dan menampilkan sisi romantisme dari kehidupannya, serta memberikan gambaran tentang sejarah Aceh pada masa itu. Buku ini menjadi salah satu karya sastra penting dalam literatur Indonesia, dan terus dibaca hingga saat ini.

Baca Juga: Biografi Syabda Perkasa Belawa, Atlet Pebulu Tangkis Muda Indonesia

Buku "Tjinta Tak Pernah Lelah" karya Hamka tentang Sultan Iskandar Muda memang terkenal dengan penggambaran cerita yang romantis. Salah satu kutipan fenomenal dari buku ini yang menggambarkan sisi romantis dari kehidupan Sultan Iskandar Muda adalah 

"Ketika hati telah merdeka dari segala ikatan dan terikat oleh cinta, maka segala kehormatan, martabat dan kekayaan yang tinggi, kelak menjadi rendah dan tak berharga di hadapannya. Hanya cinta yang ditinggikan, hanya cinta yang dikehendaki, hanya cinta yang diidamkan."

Kutipan ini menggambarkan betapa Sultan Iskandar Muda sangat mencintai Puteri Pahang dan merelakan segala-galanya demi cintanya. Hal ini menjadi bagian penting dari cerita romantis dalam buku "Tjinta Tak Pernah Lelah".

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat