unescoworldheritagesites.com

Polisi Dibenci (Sesaat), Dinanti dan Dirindukan Untuk Selamanya - News

Ibunda Brigadir J meratapi kematian anaknya dalam kasus polisi tembak polisi

 

: Peran dan fungsi polisi sungguh tidak diragukan lagi. Tanpa polisi tidak bisa dibayangkan bagaimana berat dan kritisnya gangguan Kamtibmas bagi masyarakat di desa-desa terlebih di perkotaan.

Di tangan polisi-lah jaminan Kamtibmas dipercayakan. Coba kita lihat dan ikuti kehidupan sehari-hari warga masyarakat di mana saja. Mulai dari petani, buruh, karyawan, pegawai, pengusaha sampai pejabat tinggi negara butuh yang namanya polisi.

Hasil tani atau ternak bahkan tanam-tanaman dicuri maling, dilaporkan ke polisi. Ikan dicuri diadukan ke polisi pula. Buruh, karyawan atau pegawai ditodong, polisi dimintai tolong untuk menangkap penjahatnya.

Pengusaha kebongkaran brankasnya di kantor digondol maling lagi-lagi polisi yang diminta mencari pelakunya. Karyawannya menggelapkan uang atau aset perusahaannya, kepada polisi ditumpukan pengusutan dan penuntasan kasus atau proses hukumnya.

Anak gadis diperkosa teman sendiri pun, istri konglomerat dilecehkan, lagi polisi diandalin menyelesaikannya secara hukum. Bahkan oknum pejabat menggerogoti keuangan negara pengusutannya diserahkan lagi ke polisi jika belum ditangani KPK atau Kejaksaan RI. Aparat Kepolisian nyaris dituntut hadir di setiap aktivitas masyarakat di area-area terbuka. Kepolisian memang diberi tugas dan kewenangan mengurus kamtibmas 24 jam.

Baca Juga: Indonesia Police Watch Minta Tim Khusus Pengusutan Kasus Polisi Tembak Polisi Bisa Membuat Persolan Terang

Oleh karenanya tidak heran kalau polisi menjadi buah bibir. Sayangnya belakangan ini buah bibirnya berkaitan dengan hal negatif, benci polisi (oknum). Terkait dalam kasus polisi (oknum) tembak polisi. Tidak hanya di satu tempat, tetapi lebih dari itu.

Ironisnya lagi polisi (oknum) tembak polisi ini diduga tidak spontan. Tetapi direncanakan terlebih dahulu, bahkan diduga ada beberapa skenario dibuat oleh polisinya polisi, bekas Kadiv Propam Irjen Ferdy Sambo dengan istrinya Putri Chandrawathi. Gagal skenario pertama dimunculkan scknario berikutnya dan seterusnya.

Begitulah yang terjadi dalam kasus penembakan Brigadir Yoshua Hutabarat atau Brigadir J. Oleh karenanya muncul lagu-lagu spontan menyindir dari pengamen-pengamen atau musisi. Kelompok Penyanyi Jalanan (KPJ) dari Lebak, Banten,  menciptakan sebuah lagu di tengah simpang-siurnya kasus kematian Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat.

Menurut penciptanya, Ahmad Lugas alias Ugas, lagu tersebut sengaja dibuat sebagai bentuk keprihatinan kepada penegakan di Indonesia. Kasus polisi tembak polisi ini diakui atau tidak telah membuat heboh bangsa Indonesia dengan berbagai misteri yang belum terpecahkan.

Hampir tiga bulan belum juga terang benderang. Maka tidak heran di beberapa tempat warga masyarakat sempat meneriaki polisi dengan kata-kata “Sambo”, “Sambo”.

Ahmad Lugas berharap melalui lagu ini ada pembenahan yang dilakukan oleh institusi Polri dan penegak hukum lainnya. “Setiap kita tentunya menginginkan Polri kembali bersih. Termasuk kejaksaan, pengadilan. Tegakan hukum seadil-adilnya,” harapnya.

Baca Juga: Hindari Spekulasi, Polri Terus Perkuat Pembuktian Ilmiah Di Kasus Polisi Tembak Polisi Di Rumah Kadiv Propam

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat