- : Ratusan warga keturunan Tionghoa mendatangi kuburan Pulau Doom Kota Sorong Papua Barat Daya (PBD) Rabu (5/4/2023).
Kedatangan mereka di kuburan Pulau Doom itu untuk melakukan ziarah kubur Ching Beng.
Ching Bing tersebut dilakukan guna mendoakan serta memberikan sesajen bagi arwah leluhur mereka.
Baca Juga: Perbedaan Pemilu dan Pilkada Perlu Anda Ketahui di Sini
Berdasarkan pantauan, sejak Rabu pagi ini warga keturunan Tionghoa tak henti-hentinya mendatangi pemakaman itu.
Atau yang dikenal dengan sebutan kuburan China pulau Doom itu.
Saat tiba di kuburan, warga Tionghoa mempersiapkan sejumlah sesajen, seperti hio dan lilin merah untuk dibakar, kemudian membakar kertas yang digambarkan sebagai uang, menyiapkan jajanan, buah-buahan, sayuran, serta air mineral.
"Makanan yang disajikan adalah yang biasanya disenangi leluhur saat masih hidup," kata Robert Joppy Kardinal, seorang warga keturunan Tionghoa Pulau Doom yang ziarah kubur ke makam leluhurnya itu.
Ia mengaku hanya sekali setahun mendatangi kuburan leluhurnya pada saat Ceng Beng ini.
Robert Joppy Kardinal anggota DPR - RI salah satu Pengurus (Locu) yang baru terpilih bersama 4 orang lainnya mulai bekerja.
Ia menjelaskan, sejak beberapa hari ini warga keturunan Tionghoa yang ziarah kubur terus berdatangan dari pagi, siang sampai sore hari.
"Sudah beberapa hari kuburan ini dipenuhi warga untuk ziarah dan banyak yang memanen rezeki saat ini," katanya.
Sekalipun Ching Beng jatuh pada tanggal 5 April, namun sejak 10 hari sebelum tanggal itu, sesuai kepercayaan warga Tionghoa, sudah boleh ziarah kubur.
Menurut Tradisi Tionghoa, setiap 5 April adalah hari Ceng Beng. Dalam bahasa Mandarin Ceng Beng berarti terang dan cerah.
Pada saat itu warga Tionghoa beramai-ramai pergi ke pemakaman orang tua, leluhur untuk melakukan upacara penghormatan.
Upacara penghormatan dilakukan melalui berbagai jenis, misalnya saja dengan membersihkan kuburan, menebarkan sampai membakar kertas yang sering dikenal "gincua" atau kertas perak.
Warga Tionghoa percaya bahwa saat Ching Beng merupakan hari baik karena cuaca cerah dan bagus serta arwah turun ke bumi.
Baca Juga: Presidential Threshold Apa itu dan Kenapa Harus Ada - Baca Tulisan ini Kawan
Bahkan bila ada warga Tionghoa yang tinggal jauh dari kuburan dan sudah merantau. Mereka akan berusaha untuk pulang kampung halaman. Khususnya demi melakukan upacara penghormatan kepada para leluhur.
![Acara Sasajian dimulai dengan gelar makanan dan bakar Dupa Termasuk Upacara Adat China lainnya.](https://assets.promediateknologi.id/crop/0x0:0x0/750x0/webp/photo/2023/04/06/20230405_152250_copy_800x387_1-2989073323.jpg)
Suasana area makam Kuburan Doom Kota Sorong diklaim sudah ada sejak abad 18.
Sejumlah warga keturunan Tionghoa berkumpul dan menggelar tradisi tahunan, yang dikenal Ceng Beng.
Beberapa warga tampak berpakaian khusus.
Pria yang menjadi juru bicara acara tersebut mengatakan, tradisi yang sedang berlangsung, dalam bahasa Hokian disebut Ching Beng, dan atau Qing Ming dalam bahasa lain.
Kedua istilah terminologi tersebut memiliki tujuan sama yakni tradisi ziarah kubur untuk menghormati para leluhur.
Ching Beng digelar pada 5 April setiap tahunnya. Lima hari sebelumnya, warga Tionghoa membersihkan dan merapikan area makam bersama-sama, dan beribadah pada 5 April atau lima hari setelahnya.
Dalam tradisi ini, saat itu mereka tiba sejak pagi dan langsung menyediakan berbagai macam makanan-minuman.
Mereka kemudian menggelar ritual dan mendoakan para orangtua dan leluhur, baik yang dimakamkan di area setempat, maupun tempat lain. Prosesi Ceng Beng berlangsung sekitar 60 menit.
Baca Juga: Penyebab Stroke Ringan Dianggap Biasa Ternyata Mematikan
Usai berdoa, tiap warga menziarahi makam orangtua, sanak keluarga, serta leluhur masing-masing.
Mereka merapikan dan memperindah makam lalu mendoakan para leluhur dengan harapan Tuhan memberikan tempat terbaik.
![Pengurus Baru dan Lama](https://assets.promediateknologi.id/crop/0x0:0x0/750x0/webp/photo/2023/04/06/20230405_160524_copy_800x699_1-2932607876.jpg)
“Bagi orang Tionghoa, ziarah ini wujud dari penghormatan kami kepada leluhur. Dalam posisi apapun di manapun berada, kami akan selalu kembali mengenang jasa-jasa leluhur dengan membersihkan, menabur bunga, dan lainnya. Ini juga upaya reuni antar keluarga dan warga Tionghoa,” kata Robert Kardinal. ***