unescoworldheritagesites.com

Jelang Nyepi, Ogoh-Ogoh Setinggi 4,5 Meter Dibakar Dalam Upacara Mecaru - News

Ogoh-ogoh simbol energi buruk dibakar dalam upacara Mecaru oleh puluhan unat Hindu di Boyolali (Endang Kusumastuti)

 

: Menjelang Hari Raya Nyepi, Kamis (3/3/2022) besok, hari ini puluhan umat Hindu menggelar upacara Mecaru, di Pura Bhuana Suci Saraswati, Desa Ngaru-Ngaru, Banyudono, Boyolali, Rabu (2/3/2022) sore. 

Upacara Mecaru dimulai dengan pembacaan doa-doa dan sembahyang di pura. Kemudian dilanjutkan dengan melakukan kirab ogoh-ogoh keliling desa. Ogoh-ogoh dalam konsep upacara Nyepi merupakan satu lambang sifat atau energi buruk yang ada hubungannya dengan alam semesta termasuk dalam diri manusia.

Sebelum dikirab, ogoh-ogoh tersebut diperciki dengan air suci oleh panindita. Ogoh-ogoh setinggi 4,5 meter tersebut kemudian diarak keliling desa. Selanjutnya, ogoh-ogoh yang merupakan simbol energi buruk itu dibakar.

"Ogoh-ogoh  merupakan satu lambang sifat atau energi buruk sehingga perlu adanya pemusnahan atau perlu adanya yang harus dihilangkan. Di acara Mecaru itu setelah ogoh-ogoh diarak,  terus dimusnahkannya di bakar itu, di depan pura Buana Suci Saraswati," jelas Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Desa Ngaru-Ngaru, Banyudono, Boyolali, Heru Kuncoro.

Baca Juga: Jelang Hari Raya Nyepi, Umat Hindu Di Boyolali Gelar Ritual Mendak Tirta

Sedangkan kirab dilakukan untuk pengusiran energi buruk. Lebih lanjut Heru mengatakan rangkaian Hari Raya Nyepi yang pertana adalah Melasti yang sudah dilaksanakan tanggal 26 Februari 2022 di Umbul Setinggil, Pendan, Banyudono.

"Terus kelanjutannya untuk hari ini nanti pelaksanaan upacara Mecaru yang dilaksanakan dimasing-masing pura. Kalau yang tingkatanya lebih besar adalah Tawuragung yang ada di Prambanan ," jelasnya lagi.

Terkait ogoh-ogoh yang digunakan untuk acara tersebut, Heru mengatakan ogoh-ogoh tersebut dibuat oleh 25 pemuda dari Desa Ngaru-ngaru sejak bulan Januari lalu. Untuk membuat ogoh-ogoh tersebut menghabiskan anggaran bisa Rp6 juta.

Baca Juga: Pura Mangkunegaran Mulai Mempersiapkan Upacara Jumenengan GPH Bhre Menjadi Raja

"Bahan kerangkanya dari rotan, terus otot utamanya dari besi. Lalu ditutup dengan kertas koran, kemudian biar ototnya kelihatan dikasih koran terus disolasi. Setelah itu finishingnya dilipat pakai kertas sampul buku yang kuning itu, setelah itu dikasih gypsum, tapi Gypsumnya tipis soalnya harapannya setelah jadi bisa mengkilap," paparnya.

Rangkaian acara Hari Raya Nyepi  selanjutnya dengan melaksanakan trubrata menyepi. Dimana umat Hindu mendekatkan diri pada sang Hyang Widhi dengan menjauhi keramaian dan tidak menyalakan api maupun lampu. 

“Selama satu hari satu malam, umat akan mendekatkan diri pada sang Hyang Widhi Bisa dengan membaca buku-buku keagamaan agar bisa merenung dan refleksi diri," pungkasnya. ***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat