unescoworldheritagesites.com

Dilema Presidensi G20 Indonesia - News

KTT G20 Bali. (g20.org)

: Sebagai Presidensi G20 (Group of Twenty), Indonesia menghadapi dilema serius. Sejak Presiden Rusia Vladimir Putin berencana akan menghadiri KTT G20 di Bali, Oktober mendatang, event G20 menjadi sorotan hangat.

Pasalnya, Amerika Serikat (AS) dan negara-negara Barat langsung bereaksi menunjukkan ketidaksukaan mereka jika Rusia berpartisipasi dalam rangkaian KTT G20 tahun ini.

Melalui Juru Bicara Kementerian Keuangan AS, Janet Yellen, Rabu (6/4/2022), Presiden Joe Biden bahkan meminta agar Rusia didepak dari G20 sebagai imbas dari invasi Moskow ke Ukraina.

Baca Juga: Firli Bahuri: Korupsi Merajalela, Karena Kaum Terdidik Belum Tentu Antikorupsi

Langkah AS ini diikuti sekutu-sekutunya, mulai dari Australia, Kanada hingga Inggris. Ditegaskan, Rusia dinilai telah melakukan tindakan tercela. Peristiwa pembantaian di Bucha, Ukraina oleh pasukan Rusia, dinilai Barat, merupakan bentuk penghinaan pada aturan global.

Wacana kehadiran Presiden Rusia, Vladimir Putin di event G20 sendiri, sudah mencuat sejak akhir Maret lalu. Hal ini setelah Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Lyudmila Vorobieva mengisyaratkan kemungkinan pemimpin Rusia ini hadir dalam forum internasional yang berlangsung di Bali, Oktober nanti

Namun, sejauh ini kepastian apakah Putin benar-benar akan datang ke Bali, masih belum jelas. Dubes Vorobieva sendiri dalam jumpa pers, Rabu (23/3/2023) menyebut kehadiran Presiden Putin di KTT G20 tergantung situasi yang berkembang.

Baca Juga: Ajak Jaga Soliditas Nasional, Menkominfo Johnny Tegaskan Pemerintah Tidak Pernah Lakukan Peretasan

Sejak Biden menuduh Putin sebagai penjahat perang dan AS bersama Uni Eropa menjatuhkan sejumlah sanksi dan embargo terhadap Rusia sebagai buntut serangan Moskow ke Ukraina, 25 Februari lalu rasanya sulit bagi Putin untuk bisa mengikuti acara-acara penting di luar negeri. Apalagi, selagi perang Rusia-Ukraina masih berkecamuk, tak mungkin bagi Putin untuk meninggalkan negaranya.

Ancaman keamanan barangkali saja akan menjadi pertimbangan Putin hingga kemungkinan absen di KTT G20 Bali. Meski Indonesia mampu menjamin keamanan setiap anggota delegasi G20, namun belum tentu pihak Putin bersedia hadir. Memang, khusus untuk pengamanan Putin dapat dipastikan akan memerlukan sistem pengamanan yang super ketat untuk menghindari kemungkinan bakal adanya ancaman bagi Presiden Rusia ini jika jadi hadir di acara G20 Bali.

Sebagai tuan rumah penyelenggara G20, Indonesia menyatakan bahwa sesuai aturan, semua negara anggota G20 termasuk Rusia wajib diundang. Namun, meski belum memutuskan secara resmi, pernyataan ini sempat menuai banyak reaksi, terutama Barat yang meradang dan menginginkan penyelenggaraan G20 minus Rusia.

Baca Juga: Menag Yaqut: Syukur Alhamdulillah, Jemaah Haji Indonesia Bisa Berangkat Tahun Ini

Bagi Indonesia sendiri, hal ini tentu merupakan pilihan yang sulit. Apakah Jakarta akan tetap mengundang Putin ikut hajatan G20 dengan konsekuensi diboikot AS dan dunia barat lainnya? Atau, Indonesia akan merujuk pada arahan AS ikut-ikutan memboikot Rusia dengan konsekuensi Indonesia mungkin akan dijauhi Moskow dan pendukung-pendukungnya, seperti China dan Brazil yang kukuh menginginkan Rusia hadir di forum G20 Bali?

Yang jelas, Indonesia saat ini menghadapi dua pilihan yang sama-sama berpotensi dapat memposisikan kualitas KTT G-20 menjadi kurang greget. Tanpa dihadiri anggota lengkap, G20 bisa menjadi forum yang dianggap 'tidak kompeten' lagi untuk membahas isu-isu tantangan ekonomi dunia ke depan.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat