unescoworldheritagesites.com

NCW Beberkan Hasil Penyelidikan dan Pengumpulan Data terkait Karut Marut Kasus Rempang - News

Konferensi pers Nasional Corruption Watch (NCW) terkait kasus konflik agraria di Rempang. (istimewa )

: Nasional Corruption Watch (NCW) mengungkap hasil penyelidikan dan pengumpulan data informasi terkait karut marut relokasi lahan masyarakat Pulau Rempang dan adanya indikasi korupsi dan pengaturan nilai investasi guna menguntungkan beberapa pihak pada Proyek Strategis Nasional (PSN) Rempang Eco-City.

Ketua DPP NCW, Hanifa Sutrisna menemukan bahwa setidaknya terdapat tujuh temuan yang didapat dari penemuannya dalam polemik Rempang Eco-City. Temuan pertama, terkait rekam jejak kegagalan Xinyi melanjutkan komitmen investasi di Gresik dan Bangka Selatan.

“Dari data yang ditemukan NCW, sebelum Pulau Rempang, ternyata Xinyi Glass pernah membuat MoU yang sama dengan Kawasan Industri Sadai tahun 2020 di Bangka dengan janji akan menyiapkan US$6-7 miliar,” jelasnya dalam konferensi pers di Kantor DPP NCW, Jakarta, Senin (2/10/2023).

Baca Juga: Redam Gejolak Rempang, Menko Airlangga Jamin Memperhatikan Kepentingan Masyarakat Nelayan dan Petani Ladang

Investasi Xinyi di Belitung Belitung, jelas Hanifa, kala itu digadang untuk menggarap pengolahan mineral tambang pasir kuarsa. Rencana investasi ini disampaikan General Manager (GM) International Business Development Xinyi Group Cheng Gang kepada Pj Gubernur Provinsi Bangka Belitung Ridwan Djamaluddin di Pangkalpinang pada November 2022.

“Namun demikian akan dilanjutkan untuk proses MoA (Memorandum of Agreement), Xinyi Glass seperti raib dan hilang tanpa kabar berita, dan beredar alasan belum dilanjutkannya proyek industri kaca terbesar di ASEAN oleh Xinyi Glass karena tidak tersedianya gas di kawasan Kawasan Industri Bangka Belitung, Sadai Bangka Selatan.” terang Hanifah.

Baca Juga: Tak Perlu Dipaksakan, NCW Minta Proyek Rempang ECO-City Hingga Pemilu Rampung Digelar

Kemudian, Hanifa ikut menyumbangkan komitmen investasi Xinyi Glass senilai US$700 juta di Gresik, Jawa Timur pada tahun 2022. Ketika itu Xinyi masuk dengan menggaet mitra lokal PT Berkah Kawasan Manyar Sejahtera (BKMS) untuk membeli lahan yang digunakan untuk pembangunan pabrik kaca.

“Berdasarkan Perjanjian tersebut, BKMS telah setuju untuk menjual lahan dan Xinyi telah setuju untuk membeli lahan yang luas dalam rangka pembangunan pabrik produksi Kaca Xinyi di Kawasan Ekonomi Khusus JIIPE (KEK JIIPE),” bebernya.

Kemajuan investasi di Gresik, jelas Hanifa, juga tidak jelas titiknya. Hal ini diduga karena rendahnya kemampuan keuangan Xinyi. Dugaan rendahnya kemampuan keuangan Xinyi Glass ini tercermin dalam laporan keuangan konsolidasi Xinyi Glass Holdings Limited Tahun 2022, yang diaudit EY Ernst & Young's.

“Hasil laporan keuangan E&Y ini membantah jika disebut Xinyi Group perusahaan berkelas dunia dengan jangkauan pasar global yang dominan. Faktanya, 68 persen penjualan Xinyi Glass berada di pasar lokal Tiongkok, bukan di dunia.” ungkap Hanifa.

Lebih lanjut, Hanifa mengungkapkan bahwa hasil audit tersebut menunjukkan nilai peralatan pabrik properti Xinyi Group hanya US$2,2 miliar dan pendapatan penjualan sebesar US$3,4 miliar. Sedangkan konsolidasi arus kas bersih hanya US$41 juta.

“Lalu bagaimana mungkin Xinyi Group bisa berinvestasi hingga US$11,5 miliar? Apakah hanya untuk menghancurkan saham Xinyi Glass Holding Limited agar naik dan menguntungkan pihak-pihak yang terlibat dalam persekongkolan jahat 'investasi bodong' perusahaan pabrik kaca asal Tiongkok tersebut?” tegas Hanifah.

Setelah mencuatnya bentrokan masyarakat Pulau Rempang dengan Aparat, Hanifa menilai Xinyi akhirnya kena batunya. Kejadian tersebut diduga membuat saham mereka turun hingga 20% pada 26 September 2023.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat