: Kalau dicermati secara seksama, manuver Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto bertandang di kediaman Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di Cikeas, Bogor, Jawa Barat, Sabtu (29/4/2023), tujuannya ya untuk 'merayu' Partai Demokrat agar mau berkoalisi dengan Golkar di Pemilu 2024.
Hal ini dilakukan Airlangga demi kelanjutan nasib Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang terkesan tidak jelas lagi setelah PPP mengikuti jejak PDIP mengusung Ganjar Pranowo sebagai calon presiden (capres) 2024. Sedangkan Golkar sendiri sejauh ini bersikukuh tetap mencalonkan Airlangga dan PAN cenderung wait and see.
Meski Airlangga mengklaim KIB tetap solid, guyub dan rukun sepeninggal PPP, namun tak bisa dipungkiri bahwa ketulusan pencalonan dirinya oleh KIB sebagai capres, menjadi gamang. Oleh sebab itulah, terobosan politik Golkar mendekati Demokrat yang segaris ideologi, sangat relevan dan dirasakan perlu.
Betapa tidak, sejak didirikan tanggal 12 Mei 2022, KIB yang dibentuk Golkar, PAN, dan PPP, hingga kini belum juga menentukan capresnya yang akan diusung di Pemilu 2024.
Di atas kertas, peluang wakil dari Golkar sebagai penggagas utama pendirian KIB untuk dicapreskan, jelas paling besar. Namun, tarik ulur tampaknya terjadi di antara dua partai mitra lainnya, PAN dan PPP, sehingga pencalonan Airlangga sebagai capres dari KIB terkatung-katung.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat menghadiri peringatan HUT ke-58 Partai Golkar, 21 Oktober 2022 lalu sudah mendorong KIB untuk segera atau tidak terlalu lama menentukan capresnya.
Baca Juga: Sinopsis Film The Foreigner, Perjuangan Sang Ayah Menguak Kebenaran Atas Kematian Putrinya
Saat itu, Presiden bahkan memuji Golkar sebagai partai yang sudah matang dan banyak makan asam garam. Dengan pengalaman malang melintang selama 58 tahun dalam perpolitikan Indonesia, Golkar tentu akan memilih capres dan cawapres 2024 secara cermat dan teliti.
Golkar, kata Jokowi, tidak sembarangan memilih capres dan cawapres, yang akan dipilih rakyat. Capres maupun cawapres pilihan Golkar diyakininya adalah tokoh-tokoh yang benar.
Lebih jauh, dalam pidatonya, Jokowi menganalogikan pemilihan capres cawapres dengan pemilihan pilot co-pilot. Meski tidak menunjukkan secara gamblang figur capres yang sejatinya sudah dipilih Golkar, Jokowi meyakini pilihan tersebut merujuk pada seorang 'pilot' yang mumpuni namun kalah dalam survei karena tak banyak diketahui orang.
Dari gelagat Jokowi, arah angin dapat dipastikan tertuju kepada tokoh sentral KIB, yakni Ketum Airlangga Hartarto, kader terbaik Golkar.
Meski demikian, hingga kini KIB toh belum juga mendeklarasikan capresnya itu. Tanpa diduga-duga, PPP malah 'hengkang' mendukung Ganjar, di tengah skeptisne sikap PAN. Tentu saja Golkar yang sangat berpengalaman dalam politik, bereaksi keras lewat surprise rayuan mautnya kepada Demokrat.
Dari hasil Pemilu Legislatif 2019, Partai Golkar meraih 17.229.789 suara (12,31%), yang menempatkannya di posisi ketiga dengan perolehan 85 kursi (14,8%), menempati posisi kedua di bawah PDIP 128 kursi (19,33%) dengan 27.503.961 suara.