unescoworldheritagesites.com

SNI Rumah Modular Berbasis Baja Ringan, Jadikan Hunian Binaan Lebih Ramah Lingkungan - News

: Komunitas SBCC (Sustainable Buildings, Cities & Communities) didukung oleh Asosiasi Rumah Modular Indonesia (ARMI) dan Kementerian PUPR, menggelar Focus Group Discussion (FGD) bertema ‘Light Steel Based Modular House: Eco-Friendly, Energy & Cost Efficient, Strong, Light, Fast, Cooler’ di Hotel Mulia, Jakarta, Rabu (15/5/2024).

Turut hadir menyampaikan materi terkait implikasi teknologi masa depan untuk mengurangi konsumsi energy pada bangunan, Associated Professor Samad Sepasgzoar, Peneliti Top Nasional oleh The Australian yang diakui sebagai 2% Peneliti Teratas di dunia oleh Standard University dan salah satu dari 1% Reviewer Terbaik Dunia versi Publons, Web of Science.

Founder SBCC yang juga merupakan Associate Prof. Prodi Arsitektur Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Dr. Eng. Beta Paramita menerangkan, kegiatan ini diharapkan dapat menjadi salah satu langkah mitigasi yang realistik dan terstruktur untuk mencegah dampak kerusakan lingkungan yang timbul akibat perkembangan lingkungan binaan di Indonesia.

Baca Juga: A MEIzing Surabaya 2024, KAI Daop 8 Surabaya Hadirkan Promo Diskon Tiket Kereta Api

“Menurut laporan Bank Dunia dampak Urban Heat Island, terutama bila dipertimbangkan bersamaan dengan perubahan iklim, merupakan ancaman serius dan semakin besar terhadap daya saing, kelayakan huni, dan inklusivitas kota-kota di Asia Timur. Yang mengkhawatirkan, kota-kota di Indonesia, Malaysia, dan Filipina terkena dampak UHI yang paling parah dengan rata-rata suhu permukaan tanah (Land Surfaces Temperature/LST) hingga 6,6 derajat Celcius lebih hangat dibandingkan daerah pedesaan di sekitarnya,” terang Dr Eng Beta.

Ia menjelaskan, menurut data Program Lingkungan PBB (UNEP) diperkirakan 40% dari konsumsi energi dan sekitar 30% emisi gas rumah kaca dihasilkan dari lingkungan binaan.

Pembangunan perumahan merupakan salah satu contohnya. Padahal perumahan adalah tipologi arsitektur beragam yang konfigurasinya ditentukan tidak hanya oleh mereka yang merancangnya tetapi  juga oleh pemanfaatan orang-orang yang tinggal di dalamnya.

Oleh karena itu, rumah pada dasarnya adalah struktur yang dapat beradaptasi dan berkembang seiring dengan waktu dan penggunanya, serta mengalami perubahan terus-menerus yang diwujudkan dalam cara hidup. Rumah yang dibangun saat ini tidak akan sama dengan rumah yang dibangun besok, sehingga perlu adanya pendekatan kritis dan mendalam terhadap perannya dalam lingkungan binaan.

Baca Juga: Presiden Jokowi, Erick Thohir, Bank dan Developer Digugat karena Sertifikat Rumah Lunas Tak Kunjung Diserahkan ke Pemilik

“Dalam hal ini, rumah modular secara konsisten menampilkan dirinya sebagai strategi desain dinamis yang telah merevolusi perumahan konvesional, mengembangkan solusi serbaguna untuk ruang dan praktik konstruksi yang berkelanjutan. Oleh karena itu, perumahan modular telah menjadi lahan subur untuk mengeksplorasi dan memperdalam cara menghuni ruang dan memenuhi kebutuhan manusia. Dari katalog rumah prefabrikasi pada abad ke-19 hingga booming perumahan pasca-Perang Dunia II, evolusinya mencerminkan proposal masa lalu dan eksplorasi konsep-konsep baru untuk masa depan yang tentunya lebih ramah lingkungan,” terangnya lagi.

Di kesempatan yang sama, Ketua Umum ARMI, Nicolas Kesuma menerangkan, rumah modular adalah rumah dengan konstruksi bangunan khusus yang terbuat dari material rakitan pabrik.

Rumah modular dibangun dengan cara yang berbeda dari rumah biasa. Komponen seperti dinding, jendela dan pintu, dan atap sudah diproduksi terlebih dahulu sehingga nantinya hanya tinggal dirakit (assembly) di lokasi konstruksi tanpa menyisakan limbah.

Jenis konstruksi ini biasanya 50% lebih cepat dan membutuhkan bahan hingga 50% lebih sedikit sehingga menghasilkan efisiensi biaya 50% dibandingkan konstruksi konvensional atau tradisional.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat