: Direktorat Jenderal (Ditjen) Perhubungan Udara (Hubud) Kementerian Perhubungan melalui Kantor Otoritas Bandar Udara (KOBU) Wilayah VI Padang menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) bertema Understanding Situational Awareness in Aviation Systems pada 13-14 Juni 2024 di Garuda Indonesia Training Center, Jakarta Barat.
Kepala Kantor Otoritas Bandar Udara Wilayah VI Padang, Capt Megi H Helmiadi menyebutkan bahwa Bandara Internasional Minangkabau (BIM) merupakan salah satu wilayah kerjanya menjadi inspirasi terselenggaranya FGD kali ini. Khususnya terkait penanganan peralihan pendaratan Very Very Impontant Person (VVIP) ketika terjadi kondisi darurat serta Search and Rescue (SAR) di perairan.
“BIM ini berada di jalur strategis baik penerbangan domestik maupun internasional. Jika ada kejadian yang memerlukan pengalihan pendaratan maka bandara ini sangat memadai dari sisi fasilitas untuk mendaratkan berbagai jenis pesawat berbadan besar, tidak terkecuali penerbangan VVIP,” kata Megi.
Baca Juga: Penanganan Darurat Longsor Tol Bocimi, Dibuka Fungsional H+1 Lebaran 2024
Sebagai langkah antisipasi kemungkinan terjadinya pendaratan darurat di BIM akibat berbagai kondisi tertentu, maka dipandang perlu untuk melaksanakan FGD tentang Situational Awareness. Sebagai informasi, FGD ini merupakan kelanjutan dari FGD Penanganan Pendaratan Darurat VVIP serta Penandatanganan Letter of Operational Coordination Agreement (LOCA) dengan BASARNAS yang telah diselenggarakan pada April 2024 lalu.
Guna melanjutkan koordinasi dan kolaborasi yang sebelumnya telah dilakukan bersama AirNav Indonesia dan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), maka pada FGD ini juga dibahas tentang Traffic Collision Avoidance System Resolution Advisory (TCAS RA).
“Kami membahas terkait TCAS RA yang berfungsi sebagai alat untuk mencegah tabrakan antar pesawat di udara dimana erat kaitannya dengan pilot dan Air Traffic Controller (ATC)”, tutur Megi.
Baca Juga: KemenPUPR Lakukan Penanganan Darurat Pasca Banjir Jayapura
Selain itu dibahas juga tentang Cloud Ceiling yaitu ketinggian awan dari daratan yang berhubungan dengan BMKG dan berdampak pada keselamatan penerbangan khususnya saat approach dan landing.
FGD ini dihadiri stakeholder penerbangan seperti TNI, BASARNAS, AirNav Indonesia, BMKG, serta Asosiasi Pilot dan ATC.
“Kami berharap, kegiatan ini dapat mengedukasi dan meningkatkan wawasan bagi stakeholder penerbangan yang kemudian akan berkembang menjadi kesadaran (consciousness) serta menghasilkan kesiapsiagaan (awareness) dalam menangani keadaan darurat, sehingga dapat meningkatkan keselamatan dan keamanan penerbangan,” harap Megi.
Selanjutnya hasil dari kegiatan ini akan ditindaklanjuti dengan pembuatan Standar Operasional Prosedur (SOP) penanganan pendaratan pada kondisi darurat baik untuk penerbangan VVIP dan SAR di wilayah perairan.***