unescoworldheritagesites.com

Pidato Jokowi Di KTT Global Covid-19 2022: Setiap Negara Harus Punya Akses Setara Terhadap Solusi Kesehatan - News

Presiden Jokowi (Tangkapan layar YouTube.)

: Dalam rangkaian kunjungan kerja ke Amerika Serikat, Presiden Joko Widodo (Jokowi) berkesempatan menyampaikan pidatonya pada pertemuan virtual Global Covid-19 Summit di Washington DC, AS, Kamis (12/05/2022), yang dihadiri para pemimpin dunia termasuk tuan rumah Presiden AS Joe Biden.

Berikut transkrip pidato Presiden Jokowi di KTT Global Covid-19 ke-2 tersebut, yang dirilis BPMI Setpres di kanal YouTube Sekretariat Presiden.

Baca Juga: Jakarta Bakal Dibanjiri Bus Listrik, 100 Armada Diimpor Dari Inggris

Presiden Biden, para pemimpin dunia yang saya hormati,

Pandemi Covid-19 memberikan pelajaran yang sangat berharga bagi kita. Ketahanan kesehatan dan kesiapsiagaan dunia terhadap pandemi ternyata tidak cukup kuat. Akibatnya, harga yang harus kita bayar sangatlah mahal, jutaan orang yang kehilangan nyawanya dan perekonomian dunia pun mengalami keterpurukan.

Oleh karenanya, kita harus bekerja sama mengatasi pandemi serta membangun arsitektur kesehatan dan kesiapsiagaan dunia yang lebih kuat. Untuk mengatasi pandemi, percepatan vaksinasi harus dilakukan untuk menjangkau 70 persen penduduk setiap negara.

Baca Juga: SEA Games Vietnam: Kickboxing Sumbang Dua Emas, Indonesia Peringkat Tiga Perolehan Medali

Momentum turunnya jumlah kasus saat ini harus dimanfaatkan untuk meluncurkan pukulan terakhir terhadap Covid-19. Vaksin harus secepatnya menjadi vaksinasi. Kolaborasi kita harus menjembatani tantangan vaksinasi, mulai dari pembiayaan, logistik, dan sumber daya manusia.

Sementara itu untuk membangun arsitektur kesehatan dan kesiapsiagaan dunia yang lebih kuat, paling tidak diperlukan tiga hal.

Yang pertama, akses kesehatan yang inklusif. Seluruh masyarakat tanpa terkecuali harus memiliki akses terhadap layanan kesehatan dasar. Infrastruktur kesehatan dasar harus memadai dan siap menghadapi pandemi. Di tingkat global, setiap negara besar maupun kecil, kaya maupun miskin, harus memiliki akses yang setara terhadap solusi kesehatan.

Yang kedua, akses pembiayaan yang memadai. Tidak semua negara memiliki sumber daya untuk memperbaiki infrastruktur kesehatannya. Kita perlu mekanisme pembiayaan kesehatan baru yang melibatkan negara donor dan bank pembiayaan multilateral. Dukungan pembiayaan kesehatan harus dilihat sebagai sebuah investasi dan tanggung jawab bersama mencegah pandemi.

Baca Juga: Piala Thomas: Indonesia Kembali Ke Partai Puncak  

Yang ketiga, pemberdayaan. Collective capacity harus diupayakan dan kerja sama antarnegara menjadi kuncinya. Kerja sama riset, kerja sama transfer teknologi, dan akses ke bahan mentah harus diperkuat. Tidak boleh ada monopoli rantai pasok industri kesehatan. Diversifikasi pusat produksi obat, vaksin, alat diagnostik dan terapeutik harus dilakukan. Dengan kapasitasnya, Indonesia siap menjadi hub produksi dan distribusi vaksin di kawasan.

Yang Mulia, Presidensi Indonesia di G20 memberikan perhatian besar terhadap kerja sama kesehatan secara inklusif. Untuk itu, diperlukan peran dan keterlibatan semua negara, WHO, dan multilateralisme harus terus diperkuat. Tidak boleh ada yang tertinggal, dalam upaya kita membangun arsitektur kesehatan dan kesiapsiagaan dunia yang lebih kuat.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat