unescoworldheritagesites.com

Kolaborasi Media Baru dan Konvensional Dunia Digital Dianggap Saling Melengkapi - News

Diskusi Milenal Bincang Politik bertajuk New Media Dalam Perspektif Komunikasi Politik di Era Digital, yang diselenggarakan di Jakarta, baru-baru ini.

: Perkembangan teknologi dan komunikasi terutama di era digital seperti saat ini menjadi salah satu pendorong dalam kemajuan media baru (new media). Dengan kata lain, kolaborasi produksi berita antara media baru dan konvensional dinilai akan saling melengkapi.

Demikian mengemuka dalam acara Diskusi Milenal Bincang Politik bertajuk New Media Dalam Perspektif Komunikasi Politik di Era Digital, yang diselenggarakan di Jakarta, baru-baru ini.

Diskusi yang diselenggarakan Sekolah Politik dan Komunikasi Indonesia yang digagas Ketua Komisi 1 DPR Meutya Hafid itu yang bekerjasama dengan Bakti Kominfo itu menghadirkan Direktur Pemberitaan Tempo, Budi Setyarao, Founder & CEO Asumsi, Pangeran Siahaan dan Ketua Konsultan Cyrus Network, Hafizhul Mizan sebagai narasumber.

Baca Juga: KAI Telah Memecat Oknum Petugas Kebersihan yang Melakukan Pelecehan Seksual pada Layanan KAI

"Ada semangat kebaruan dari new media tapi pengalaman dan sumber daya dari media konvensional tidak bohong (dimungkiri)," kata Pangeran Siahaan.

Pangeran Siahaan menilai tidak ada perbedaan signifikan antara media baru dan konvensional. Tujuan mereka tetap sama, yakni menghasilkan karya jurnalistik yang bermanfaat bagi masyarakat.

Meski begitu, masifnya arus informasi di media sosial menjadi tantangan tersendiri bagi media. Sehingga kolaborasi antarmedia menjadi keniscayaan.

Baca Juga: Terapkan Skema Zero Down Time (ZDT), PLN Sukses Meriahkan ASEAN Para Games 2022 dengan Listrik Tanpa Kedip

"Ini kesempatan bagi media baru untuk berkolaborasi karena bagaimana pun sumber daya media lama lebih besar," jelasnya.

Di tempat yang sama, Budi Setyarso mengungkapkan bahwa secara tren, cetak mulai ditinggalkan. Masyarakat kini lebih akrab dengan teknologi digital, seperti gadget atau laptop, sehingga akses informasi pun lebih banyak didapat melalui platform digital.

Terlebih, kata Budi, saat pandemik Covid-19, orang takut memegang kertas, karena khawatir menjadi sarana penularan. Di luar itu, strategi Koran Tempo bertransformasi ke digital sudah direncanakan sejak tahun lalu sebelum pandemik, namun kemudian dipercepat setelah adanya pandemik.

Baca Juga: Henry Indraguna dan Partners Masuk Ranking 5 Top 100 Indonesian Law Firms: Pembuktian Kepercayaan Publik

"Jadi tidak ada salahnya mengawali sebuah transformasi menuju digital," katanya.

Sementara itu, Ketua Konsultan Cyrus Network, Hafizhul Mizan mengatakan media baru menjadi istilah yang digunakan untuk menjelaskan mengenai kemunculan berbagai fenomena dalam teknologi informasi dan komunikasi.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat