: Bukan rahasia lagi bahwa profesi wartawan dipandang sebelah mata. Terlebih di era digitalisasi seperti sekarang ini.
Meski profesi wartawan diakui sejak dahulu hingga kini. Memiliki power luar biasa dalam mempengaruhi arah kebijakan politik dunia.
Powernya begitu besar. Namun banyak orang belum tahu bahwa menjadi wartawan adalah profesi yang menyenangkan.
Baca Juga: Rumah Moderasi Beragama IAIN Sorong Bikin Sejarah Baru Toleransi Umat di Papua Barat
Profesi wartawan itu yang sampai saat ini masih dijalani Yacob Nauly (62). Ayah dari 3 orang anak ini menjadi wartawan di .
Pekerjaan mencari dan menulis berita sehari-hari dijalani dengan penuh rasa tanggung jawab. Apalagi di tengah kondisi munculnya media baru ibarat jamur yang tumbuh di musim hujan. Tak membuat Yacob Nauly berkecil hati
Pria kelahiran Seram Maluku 5 Juni 1960 ini setiap bulannya mendapatkan penghasilan sesuai standar upah wartawan di kantornya. Dengan gaji seperti itu Yacob Nauly tetap menerimanya dengan penuh rasa syukur. Ia selalu menganggap bahwa ‘’Apabila pekerjaan selalu dijalani dengan ikhlas, maka akan menjadi berkah’’.
Dengan hadirnya tiga anak dalam keluarga sederhananya, Yacob Nauly semakin merasa bertambahnya beban yang harus dipikulnya.
Anak Yacob Nauly ada yang masih usia sekolah dipenuhi segala kebutuhannya. Dengan kondisi ekonomi seperti ini, Yacob Nauly berusaha dengan baik mengatur pengeluaran yang diperlukan keluarganya.
Selain karena panggilan, alasan lain mengapa Yacob Nauly memilih bekerja sebagai wartawan adalah, karena tidak ada pekerjaan lain yang sesuai dengan keahlian dan latar belakang pendidikannya.
Baca Juga: Papua Barat Daya Provinsi Ke-4 di Tanah Papua
Sekali lagi Yacob Nauly tetap bersyukur, di kota besar seperti Sorong yang kini ibu kota Provinsi Papua Barat Daya masih banyak orang yang tidak memiliki pekerjaan.
Bahkan bergantung hidup dengan orang lain. Ayah dari tiga orang anak ini tetap merekahkan senyum sembari menjalani pekerjaannya. Mencari dan menulis berita.
Semua pekerjaan pasti ada hambatannya, hal itu juga sering dialami . Menjalani profesi sebagai wartawan tidak membuat Yacob Nauly terbebas dari berbagai hambatan dan masalah.
Terkadang ada beberapa Mahasiswa teman kuliah yang meminta bantuan menulis makalah. Yacob Nauly membantu dengan suka rela.
Dengan senyum khasnya, Yacob Nauly terus bersabar menghadapi segala hambatan yang ia yakini sebagai ujian dalam pekerjaan yang sedang dijalaninya itu.
Baca Juga: BRI Catat Laba Bersih Rp39,31 Triliun Hingga September 2022
Jika ada waktu luang, ia menggunakannya dengan sebaik-baiknya untuk membaca Al-Qur’an.
Ia tidak ingin ketinggalan dalam berburu amal untuk bekal di Akhirat kelak. Walau Ia kurang harta di Dunia, Ia tidak ingin miskin di Akhirat kelak.
Ia selalu ingin menjalani hari demi hari menjadi semakin lebih baik. Di usianya yang ke-62 tahun , Yacob Nauly semakin sadar bahwa umur semakin habis dimakan waktu.
Kapan lagi banyak-banyak melakukan ibadah, kalu bukan sekarang ? karena mati seseorang hanya Allah yang menentukan.
Menjadi wartawan dijalani Yacob Nauly mulai awal tahun 1990. Wartawan yang selalu mengenakan celana jeans ini banyak dikenal masyarakat Papua bahkan Papua Barat.
Baik karena penampilannya yang khas, di zaman tulis berita di media mesin ketik manual dengan sikap ceria dan penuh semangatnya itu.
Baca Juga: BRI Catat Laba Bersih Rp39,31 Triliun Hingga September 2022
Hingga kini menulis berita di Laptop bahkan era smartphone. Yacob Nauly masih terus berkarya mencari dan menulis berita.
Inilah kisah seorang manusia berprofesi wartawan yang tinggal di kota Sorong. ***
Oleh: Yacob Nauly
Mahasiswa S2 - Bea Siswa BRI Pusat