unescoworldheritagesites.com

Guru dan Keberlanjutan Bangsa - News

Oleh: Ahmad Febriyanto, Mahasiswa Manajemen Keuangan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (Ist)

Oleh: Ahmad Febriyanto

: Memaknai hari guru tidak cukup dengan memberikan untaian kata selamat pada para guru di Indonesia. Sebab guru memberi implikasi besar terhadap kemajuan dan keberlangsungan Indonesia.

Potensi sumber daya alam yang dimiliki Indonesia harus selaras dengan tingkat keunggulan sumber daya manusia yang dimiliki. Berdasarkan data sensus penduduk terakhir yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2020 jumlah penduduk Indonesia mencapai 269 juta jiwa.

Angka tersebut terus menunjukkan trend peningkatan dalam setiap tahun. Hingga pada tahun 2045 diproyeksikan bahwa Indonesia akan mendapatkan bonus demografi. Dimana perbandingan penduduk usia produktif dengan penduduk usia tidak produktif adalah 70:30.

Berdasarkan hasil proyeksi tersebut maka, dapat dikatakan bahwa Indonesia hanya memiliki waktu 20 tahun untuk menggarap sumber daya manusia. Dengan demikian, semakin jelas bahwa peran guru akan sangat dibutuhkan dalam periode tersebut.

Mempersiapkan sumber daya manusia adalah suatu tugas penting dalam pembangunan bangsa. Jika diasumsikan dalam sebuah perusahaan, maka sumber daya manusia merupakan aset tidak berwujud. Sebab manusia tidak hanya dinilai berdasarkan tenaga dan visual, melainkan ide, gagasan, dan keterampilan yang dimiliki juga memberikan nilai tersendiri. Sehingga mewujudkan SDM cerdas, terampil, dan kompetitif akan memerlukan pendidikan yang panjang.

Sinergi antar jenjang pendidikan akan sangat diperlukan guna menentukan arah dan masa depan peserta didik. Harapannya adalah pada tahun 2045 Indonesia dapat memiliki beragam ahli yang mampu memberi nilai tambah. Namun, Indonesia perlu untuk mencari contoh yang tepat dalam memaknai ledakan demografi. Seperti, Jepang pada era 50-an yang berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonomi mencapai 10%. Namun di balik keberhasilan tersebut, perlu diketahui bahwa Jepang adalah negara yang sangat menghargai guru.

Meskipun guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa, namun menjadi tidak tepat ketika menghargai guru dengan hanya menggunakan kalimat “terima kasih guruku”. Sebab guru adalah manusia biasa yang perlu untuk melanjutkan kehidupan. Artinya kecukupan dalam sandang, pangan, dan papan juga perlu untuk diperhatikan. Sehingga guru dapat melakukan kegiatan belajar mengajar dengan sepenuh hati.

Artinya link and match akan dapat terwujud. Tunjangan yang diberikan oleh pemerintah dalam setiap momentum bagi guru adalah bentuk kepedulian negara terhadap kemajuan pendidikan di Indonesia. Dalam kondisi tertentu alokasi tunjangan tersebut perlu dipertimbangkan guna menghindari human error. Hal ini yang nantinya akan menjadi salah satu modal awal dalam mengisi 20 tahun menuju Indonesia Emas. ***

* Ahmad Febriyanto –Mahasiswa FEB Islam UIN, Sunan Kalijaga Yogyakarta

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat