unescoworldheritagesites.com

Piala Dunua U-17: Jerman Butuh 38 Tahun Untuk Juara Dunia, Kita? - News

M Nigara, Wartawan Sepakbola Senior (Ist)


Oleh: M Nigara, Wartawan Sepakbola Senior

: Lebih dari seperempat abad, Jerman baru berhasil menjadi juara dunia U-17. Lewat laga final yang dramatis, di Stadion Manahan, Solo, Jerman berhasil meraih mahkota setelah menang adu penalti melawan Perancis 4-3 (2-2).

Jerman adalah negara Eropa yang mencicipi final u-17 pertama, 1985. Sayang di laga itu, Jerman yang saat itu masih terpecah Barat dan Timur, kandas di tangan Nigeria, 2-0. Nigeria sendiri menjadi negara yang paling banyak menjadi juara dunia, lima kali, di kelompok ini. Brasil negara kedua dengan empat kali juara. Sedangkan Perancis pernah menjadi juara tahun 2001

Final ulangan

Partai final Piala Dunia U17 ini merupakan partai 'ulangan' Piala Eropa, di kelompok yang sama. Jerman dan Perancis kembali berlaga di final piala dunia. Jerman meraih gelar setelah membekuk Prancis juga lewat adu penalti. Jerman menang 5-4 di babak tos-tos setelah laga imbang 0-0.

Tim berjuluk Panser ini mampu mengawinkan gelar Eropa dan dunia, meski di kelompok Under 17. Tidak hanya itu, Jerman juga memperoleh gelar lain, ketika Paris Brunner penyerangnya dinobatkan sebagai pemain terbaik di ajang ini.

Namun semua itu tidak mudah dilalui pasukan yang dinakhodai oleh Christian Richard Wuck. Tuntutan umtuk selalu sukses menjadi tantangan yang tidak mudah. Meski ada saja permintaan agar sang pelatih diganti menyusul prestasi puncak tidak juga diraih, Deutscher Fussball-Bund (DFB)), tidak goyah.

Tak heran Wuck terus dipercaya menangani kelompok umur 12, 15, dan 17. Puncaknya baru diraih 2 Juni 2023, saya timnya mampu menggapai final Piala Eropa, di Hungaria.

Hebatnya baik di Hungaria maupun di Indonesia, Jerman tidak sekalipun mengalami kekalahan. Jadi kemenangan yang mereka raih masuk dalam kategori sempurna versi sebuah tim. Saya perlu memberi catatan seperti demikian karena kesempurnaan yang sesungguhnya hanya milik Allah semata.

Bagi Wuck, pelatih kelahiran Werneck, Jerman 50 tahun silam, kepercayaan DFB itu sangat penting. Jika tidak, maka mantan pemain Arminia Bielefeld (2000), VfL Wolfsburg (1999), dan 1994 di Karlsruhe SC, maka double Champuon itu tak akan pernah bisa dicapai.seperti kita ketahui, prestasi itu adalah puncak dari perjalanan proses. Tidak akan ada prestasi puncak jika proses awal tidak berjalan.

Proses dimaksud termasuk merekrut pemain-pemain berbakat dari berbagai latar belakang. DFB juga menyerahkan Wuck untuk memilih pemain yang sesuai dengan strategi yang diterapkan.

Jadi, jangan heran jika di tim nasional U17 Jerman 7-8 pemain berbeda warna kulit dan jenis rambutnya. Secara khusus, saya menyebut Jerman U17 adalah Jerman keriting. Jerman yang berbeda dengan tim nasional Jerman-Jerman sebelumnya. Lebih spesial, sang kapten Noah Darvich, juga bukan asli Jerman.

Jangan kaget jika kelak bintang-bintang Jerman yang cemerlang bermunculan. Di laga
U-17 Eropa dan U-17 Dunia, Assan Ouedraogo dan Paris Brunner, sinarnya sudah memancar.
Assan Ouedraogo. Meski ia lahir di Mulheim an der Ruhr, Jerman, pada 9 Mei 2006 silam, darahnya tetap Burkina Faso. Sedangkan Paris Josua Brunner, memiliki dua kewarganegaraan, Republik Demokratik Kongo di Afrika, dan Jerman.

Proses panjang dan kepercayaan DFB yang bulat, membuat Jerman sudah empat kali menjadi juara dunia senior, kembali menjadi ancaman bagi negara-negara para juara.

Pertanyaannya, kapankah kita bisa mengikuti jejak Jerman? Butuh kesabaran, pasti. Tapi utamanya kita butuh komitmen dari semua pihak untuk mengikuti proses panjang. Tanpa itu, maka perjalanan sepakbola kita akan selalu ke titik awal.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat