unescoworldheritagesites.com

Hidupkan Kembali Kementerian Lingkungan Hidup Tersendiri Kawal Hilirisasi agar Program Economy Green Sukses, Bukan Isapan Jempol Belaka - News

Yacob Nauly - Hidupkan Kembali Kementerian Lingkungan Hidup Tersendiri Kawal  Hilirisasi  agar Program Economy Green Sukses, Bukan Isapan Jempol Belaka (Redaksi suarakarya.id)


Oleh Yacob Nauly

: Penulis termasuk orang yang senang atas Program Unggulan Presiden Terpilih  Prabowo Subianto dan wakilnya Gibran Rakabuming Raka.

Pasalnya, Penulis   setuju dengan program ekonomi hijau (economy green) yang dicanangkan Pemerintah Indonesia melalui hilirisasi.

Tentu, sejumlah risiko akan kita hadapi  di sektor lingkungan hidup untuk menjaga agar program ekonomi hijau dalam kemasan hilirisasi itu berhasil.

Baca Juga: Menunjang Lingkungan Berkelanjutan, Kilang Kasim Aktif dalam Sosialisasi Sekolah Adiwiyata di SMA N 6 Sorong

Karena itu, Pengawasan lingkungan hidup harus terstruktur dari pusat  hingga ke daerah-daerah.

Untuk tujuan tersebut  maka perlu diadakan kembali Kementerian Lingkungan Hidup tunggal.

Tentunya, terpisah dari kehutanan di kabinet Presiden Wakil Preaiden terpilih  Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka.

Pasalnya prioritas Kementerian Lingkungan Hidup itu tertuju antara lain  pada pencegahan pencemaran dan kerusakan sumber daya alam dan lingkungan hidup. Itu penting.

erutama penanggulangan pencemaran dan kerusakan sumber daya alam dan lingkungan hidup.<span;>

Tugas lainnya adalah pemulihan pencemaran dan kerusakan sumber daya alam dan lingkungan hidup.

Terpenting adalah Pemerintah harus adakan penguatan kelembagaan dan penegakkan hukum.

Baca Juga: Sekjen Kemnaker - Direktur APO untuk Fiji Bahas Prinsip Upah Berdasar Hubungan Kerja

Pasalnya kalau kita bicara soal Hilirisasi nikel dari tambang sampai ke pabrik, seperti yang dilakukan melalui Smelter.

Dipastikan pengelolaan tambang sepeti itu menyebabkan masyarakat kehilangan ruang hidup.

Termasuk mengganggu kesehatan, deforestasi, pencemaran lingkungan, hingga berisiko memperparah krisis iklim.

Program Hilirisasi salah satunya merupakan kegiatan untuk mensinergikan perwujudan ketahanan pangan melalui pemanfaatan potensi lokal desa.

Yakni  dengan tujuan untuk meningkatkan nilai tambah, memperkuat struktur industri.

Termasuk dalam hal  meningkatkan peluang usaha, dan membuka lapangan kerja.

Kita simak hilirisasi  industri sawit di Indonesia saat ini pengaruhnya ke lingkungan cukup besar.

Pasalnya, terkait dengan pengoptimalan produk turunan seperti rayon, biofuel, minyak goreng, bioplastik, dan produk lainnya yang meningkatkan nilai jual dan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi.

Proses hilirisasi ini butuh program ekonomi hijau agar semua unsur  yaitu manusia dan lingkungan hidup tak tersakiti. Dan saling menguntungkan.

Kita tahu akibatnya pada risiko lingkungan tapi mengapa Indonesia perlu hilirisasi.

Baca Juga: BPJS Ketenagakerjaan Dukung Govtech Indonesia yang Diluncurkan Presiden Jokowi

Pasalnya, Hilirisasi dapat mendorong pengembangan teknologi dan keahlian tenaga kerja yang lebih tinggi.

Sehingga meningkatkan efisiensi dan kualitas produksi lokal dan nasional itu penting dilakukan.

Seperti kita ketahui hilirisasi adalah sebuah proses transformaai ekonomi berkelanjutan.

Hilirisasi adalah suatu proses transformasi ekonomi berkelanjutan di mana kebijakan industrialisasi berbasis komoditas bernilai tambah tinggi, menuju struktur ekonomi yang lebih kompleks.

Contoh Hilirisasi yang sudah ada di Indonesia yang tidak kita sadari sudah berlangsung.

Tujuh komoditas itu ialah beras, aneka cabai, bawang, ikan, kelapa sawit, rumput laut, hingga tebu.

Untuk hilirisasi beras, aneka cabai, hingga bawang bisa menjadi alat pengendali inflasi.

Sedangkan sawit, rumput laut, hingga tebu bisa menjadi alat pendorong pertumbuhan ekonomi.

Tentu orang Indonesia termaauk di daerah harus tahu apa keuntungan hilirisasi.

Pertama memperluas lapangan kerja di daerah seperti  wilayah Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).

Kedua, proses pengolahan bahan baku mentah menjadi bahan setengah jadi atau bahan jadi pasti akan berlangsung di berbagai pabrik atau perusahaan tertentu.

Baca Juga: CSR Bank Jatim, Bantu Penataan Alun Alun Kota untuk Pemkab Ponorogo

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), penghiliran atau hilirisasi adalah proses pengolahan bahan baku menjadi barang siap pakai.

Dengan begitu, penghiliran industri berarti mengelola komoditas dari bidang industri tertentu dengan tujuan mengoptimalkan produk yang bernilai jual lebih tinggi.


Seperti kita ketahui bahwa saat ini Pemerintah telah mengadakan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) termasuk untuk realisasi program hilirisasi nikel.

Nah, hilirisasi adalah cara untuk menciptakan nilai tambah dari kekayaan alam yang melimpah di Indonesia.

Salah satunya adalah nikel. Nah nikel ini kemudian prosesnya dibuat terintegrasi dari hulu sampai hilir.

Karena itulah mengapa ada investasi baterai kendaraan listrik terintegrasi pertama di dunia dengan grand package USD9. Ini termasuk investasi.

Menurut informasi dari kabupaten Sorong, KEK di daerah itu akan dibangun smelter nikel dan pabrik baja.

Smelter nikel dan pabrik baja membutuhkan 500 hektare dari 1.000 hektare lahan yang tersedia di KEK Sorong.

PT Sheng Wei New Energy Technology dan Beijing Jianlong Heavy Industry Group  bertindak sebagai  investor.

Kini masih dalam proses percepatan investasi groundbreaking pabrik smelter  di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sorong.

Karena itu perlu juga kita ketahui apa beda hilirisasi dan industrialisasi.

Hilirisasi menitikberatkan pada peningkatan nilai tambah produk.

Sedangkan industrialisasi fokus pada transformasi struktural ekonomi dengan menggeser dari sektor pertanian ke sektor manufaktur.

Manufaktur  adalah pengolahan bahan mentah melalui proses kimia dan fisik.

Baca Juga: Waasrenum Panglima TNI Brigjen TNI Harvin Kidingallo Buka Rakor Litbang TNI Tahun 2024

Tujuan Manufaktur  untuk mengubah tampilan, sifat, dan bentuk produk akhir. Proses ini meliputi rangkaian langkah dari perakitan hingga terbentuknya produk jadi.

Contoh. Hilirisasi pertanian ini kan mengolah hasil pertanian yang kita miliki menjadi produk turunan lain.

Produk olahannya itu kemudian dijual dengan harga yang lebih tinggi.

Potensi pendapatan yang diraih hingga 12 kali lipat dibanding sebelum diolah.

Bisa disimak dalam industri minyak sawit, hilirisasi mengacu pada pemrosesan dan pemurnian minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) menjadi produk bernilai lebih tinggi.

Seperti minyak sawit yang disuling (refined), dikelantang (bleached) , dan dihilangkan baunya (deodorized).

Dengan adanya hilirisasi, produksi akan meningkat dan usaha yang menjual barang mentah akan tergeser. 

Hilirisasi, menurut Prof. Suryanto, akan berhasil dengan adanya teknologi. Semakin dikuasai teknologi, produktivitas akan meningkat.

Dampak Smelter

Pemerintah juga perlu membatasi izin smelter baru di kawasan industri sebelum menata ulang seluruh standar terkait pengelolaan limbah.

Termasuk pengendalian emisi gas buang dan keselamatan kerja.

Selain itu, pemerintah juga bisa meningkatkan kontribusi berupa royalti dan dana bagi hasil dari aktivitas smelter maupun pertambangan nikel kepada daerah.

Masyarakat perlu dilibatkan aktif melalui diskusi publik yang rutin dan membangun transparansi dan akuntabilitas data emisi dan izin lingkungan termasuk hasil pemantauan dan evaluasi.

Tanpa pengendali pencemaran udara yang tepat, 1,2 juta penduduk akan terpapar NO2 dan SO2 dengan konsentrasi yang melebihi ambang batas harian,” kata Lauri Myllivirta,  analis utama CREA.

Baca Juga: Pendamping PKH di Belitung Puji Kelancaran Penyaluran Bansos oleh Pos Indonesia

Dengan menggunakan APC, katanya, lebih 3.500 kematian terkait emisi dan pengolahan dan 250 kematian terkait dengan emisi dari PLTU dapat dihindari pada 2030.

Kalau semua pusat pengolahan nikel ini menerapkan standar kualitas udara ketat, ada 55.600 kematian dan kerugian US$38,2 miliar (Rp592 triliun) dapat dihindari pada 2060.

Hal ini, karena analisis menunjukkan tingkat deposisi merkuri dapat mencapai 2,5 kali lipat dari ambang batas aman yaitu 125 mg/ha per tahun dengan kontaminasi tinggi pada kawasan perairan.

Endapan partikel beracun dapat mencapai 80kh/ha per tahun di daerah sekitar pusat pengolahan yang menyiratkan risiko dampak negatif ekologi dan biologis tinggi.

Kondisi ini, mengancam keanekaragaman kelautan dan hutan di Indonesia khusus di Sulawesi dan Maluku. Mereka terancam terkontaminasi partikel logam berat dari PLTU dan pusat pengolahan.

Beberapa kawasan lindung yang bisa terdampak yakni Taman Nasional Aketajawe Lolobata, Taman Hutan Raya Murhum/Nipa-Nipa, Taman Laut Pulau Tokobae, dan Taman Laut Teluk Lasolo.

Untuk itu,  mereka meminta pemerintah merevisi peraturan terkait pembangunan PLTU di kawasan industri dan segera memasukkan rencana pensiun dini PLTU captive dalam kesepakatan JETP dan rencana ketenagalistrikan.

Baca Juga: Kontes Robot Indonesia Digelar di UMS, Diikuti 317 Tim dari Ratusan Perguruan Tinggi

“Masyarakat perlu dilibatkan aktif melalui diskusi publik yang rutin dan membangun transparansi dan akuntabilitas data emisi dan izin lingkungan termasuk hasil pemantauan dan evaluasi.

Kesimpulan

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Smelter  termasuk   kegiatan industri mangan dan nikel berdampak posistif bagi perkonomi masyarakat dan negara.

Meski demikian ada dampak negatifnya yaitu pencemaran air, pencemaran udara, pencemaran tanah akibat kegiatan mangan dan nikel itu.

Solusi

Karena itu pihak terkait harus mengatasi Pencemaran Lingkungan di Pertambangan.

Yakni denagan pencegahan Pencemaran lingkunga di lokasi perambangan .
Riset dan analisa lingkungan sebelum pelaksanaan Program.

Pengecekan berkala dan monitoring. Mengolah limbah sisa kegiatan perusahaan.

Menghindari zona lindung dan konservasi. Pelaksanaan reklamasi.

Guna antisipasi kerusakan lingkungan akibat kegiatan mangan dan nikel di Indonesia  perlu.

'Hidupkan Kembali Kementerian Lingkungan Hidup Tersendiri Kawal  Hilirisasi  agar Program Economy Green berhasil, Bukan Isapan Jempol Belaka '.

( Sumber: Artikel terkait pencemaran lingkungan akibat kegiatan mangan dan nikel di Indonesia dan observasi lapangan).

Penulis: Yacob Nauly. Wartawan . Pemegang Kartu Wartawan Utama Dewan Pers RI. Mantan Ketua PWI Perwakilan Sorong. Mahasiswa Magister di IAIN Sorong. Mahasiswa Magister di Universitas Terbuka (UT).

Baca Juga: Penjabat Bupati SBB berganti dari Andi Chandra As’aduddin kepada Achmad Jais Ely

 

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat