unescoworldheritagesites.com

Keperilakuan Kaum Muda - News

Dr. Edy Purwo Saputro, SE, MSi (Dr. Edy Purwo Saputro, SE, MSi)

Oleh: Dr Edy Purwo Saputro, SE, MSi
 
: Pandemi juga berdampak sistemik terhadap kiprah, karya dan kinerja kaum muda yang diyakini menjadi subyek pembangunan di semua negara. Meski demikian, pandemi dua tahun terakhir juga memacu kebangkitan industri kreatif dan model layanan online atau digital.
 
Fakta ini didukung peran dan fungsi smartphone yang semakin kompleks, akses internet yang semakin tinggi dan juga tarifnya yang semakin murah. Realita ini menjadi pembenar ketika kemudian banyak kaum muda milenial melepaskan diri dari belenggu pekerjaan formal karena persepsian terkurung oleh ruang dan waktu. Artinya kebebasan berekspresi,
berkarya, bekerja dan berkinerja menjadi pilihan yang menjanjikan sebagai pilihan hidup kaum muda milenial.
 
Fenomena tersebut kemudian menjadikan dunia seni, industri kreatif dan entertainment menjadi mayoritas kegiatan produksi yang dijalani kaum muda milenial. Jadi, tidaklah heran jika peran dari influencer bagi kaum muda milenial menjadi penting karena pasti akan menjadi panutan - idola. Dari sini menjadi logis jika kemudian K-Pop, drakor dan semua made in Korea menjadi produk buruan kaum muda dan inilah strategi pemasaran yang tepat dan berhasil dikembangkan Korea dalam merebut pasar kaum muda milenial yang jumlahnya fantastis. Situasinya didukung dengan keberadaan internet yang saat ini aksesnya semakin mudah dan tarifnya semakin murah sehingga memungkinkan kaum muda milenial  terpengaruh dan dipengaruhi, terutama melalui jejaring informasi yang jumlahnya melimpah.
 
Meskipun demikian tidak berarti lalu digitalsasi  globalisasi yang ada meminggirkan nasionalismenya. Di sisi lain, profesi youtuber juga memberikan nilai profit yang tidak kecil dan menjadi profesi menjanjikan bagi kaum muda milenial. Hal ini kemudian menjadi pembenar bahwa entertainment lekat dengan ritme kerja mereka dan berbagai pekerja seni menjadi lifestyle yang memberikan jaminan kehidupannya.
 
Hal lain yang juga menarik dicermati keperilakuan kaum muda milenial bahwa mereka meyakini ‘You Only Live Once’ sehingga arti kebebasan finansial harus selaras dengan kebebasan hidup yang memungkinkan menghabiskan dan atau menghamburkan uang demi pemenuhan keinginan, bukan kebutuhannya. Jadi, persepsian dan preferensi dari keamanan,
kemapanan dan kenyamanan kaum muda milenial lebih kompleks tidak saja pemenuhan sesaat hari ini tapi juga bagaimana bisa menikmati hidup dan kehidupan riil sehingga jika salah pergaulan maka akan terjerat di dunia hitam dan narkotika.
 
Realitas ini bisa terlihat dari serangkaian kasus yang melibatkan kaum muda milenial, tidak saja kasus di perkotaan tapi juga di pedesaan. Oleh karena itu edukasi secara sistematis dan berkelanjutan berkaitan dengan investasi dan asuransi menjadi penting agar pendapatan yang mereka peroleh tidak habis di jalanan, di cafe, kongkow dan konsumtif lainnya.
 
Fakta lainnya yang juga menarik dicermati ternyata persepsi dan preferensi kaum muda milenial terhadap investasi masih rendah. Bahkan ada riset menjelaskan niatan kaum muda milenial untuk investasi di bidang perumahan semakin kecil dan tentu ini ironis karena kebutuhan perumahan dan permukiman di masa depan menjadi penting terutama dikaitkan kebutuhan dan perkembangan jumlah penduduk yang kian pesat, sementara ketersediaan lahan kian sempit. Oleh karena itu, realitas ini harus dicermati agar kaum muda milenial tidak salah arah di masa depan.
 
Hal ini juga selaras dengan fakta ketika kaum muda milenial kini tidak lagi butuh ruang kerja yang formal karena mereka bisa tetap bekerja di ruang kerja bersama atau co-working space. Argumen yang mendasari karena co-working space memungkinkan ada interaksi secara kolaboratif tanpa ada lagi sekat ruang dan waktu. Situasinya didukung semakin banyaknya kaum muda milenial bekerja paruh waktu freelancer dengan ritme kerja yang ditunjang jejaring internet dan mobilitas individu yang semakin tinggi tanpa mereduksi produktivitas, kreativitas dan eksistensi dirinya. Fakta inilah yang membenarkan e-lifestyle dari kaum muda milenial.
 
Belajar bijak dari pandemi dan tantangan ekonomi digital masa depan maka kebangkitan kaum muda untuk berkarya, bekerja, berkreasi dan berkinerja selaras dengan komitmen memacu generasi muda - milenial - Youtuber semakin bangkit dan tumbuh sehingga ini akan mendorong spirit persatuan yang bisa menggerakan perekonomian pasca pandemi. ***
 
* Dr Edy Purwo Saputro, SE, MSi - Dosen Pascasarjana di Universitas Muhammadiyah Solo
 
 

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat