unescoworldheritagesites.com

Daya Tarik Sport Tourism - News

Dr Edy Purwo Saputro, SE, MSi,  Dosen Pascasarjana di Universitas Muhammadiyah Surakarta (Ist)


Oleh: Dr Edy Purwo Saputro, SE, MSi 

: Sektor pariwisata menjadi salah satu unggulan dalam menyerap  pendapatan sehingga ini menjadi prioritas pengembangan untuk memacu penerimaan negara. Argumen yang mendasari karena dampak sistemik dari sukses hajatan sport tourism. Jika dicermati hal ini tidak hanya terjadi di Indonesia tapi juga di semua negara sehingga beralasan acara sport tourism menjadi salah satu kalender penting dalam pengembangan kepariwisataan dan pastinya harus didukung dengan jaminan iklim sospol.
 
Oleh karena itu hajatan dari periodik 5 tahunan pesta demokrasi menjadi catatan penting untuk menciptakan situasi iklim sospol yang kondusif. Sejumlah kecurangan yang terjadi secara tidak langsung ini rentan terhadap riak konflik yang pastinya akan berdampak
sistemik.

Catatan menarik dari urgensi sport tourism bahwa Indonesia ternyata sukses menggelar sejumlah kegiatan sport tourism dan pastinya ini menjadi peluang dan tantangan untuk memacu kembali spiritnya pasca pilpres. Dua gelaran balap otomotif sukses digelar di Indonesia yaitu MotoGP Mandalika dan Jakarta E-Prix di Jakarta International E-Prix Circuit, Ancol, Jakarta Utara. Selain itu, ada sejumlah agenda sport tourism lainnya yang juga sukses mendulang peserta dan juga liputan media secara global.
 
 
Hal ini tentu sangat berdampak positif terhadap pencitraan Indonesia dan pastinya akan berpengaruh kepada niat kunjungan wisman, baik dari kunjungan perdana ataupun kunjungan ulang sehingga berdampak terhadap perolehan devisa dan belanja wisman.
Bahkan, situasi yang mampu menjanjikan kondusif juga akan berpengaruh terhadap lama tinggal wisman.

Beberapa catatan menarik dari sukses hajatan sport tourism misal pertama: target pasar dari sukses sport tourism MotoGP Mandalika dan Jakarta E-Prix tidak bisa diremehkan. Fakta membuktikan bahwa segmen dari penggemar balap motor, baik itu roda 2 atau 4 cukup besar sehingga menjadi celah pasar yang sangat potensial untuk digarap. Oleh karena itu, logis jika banyak sponsor yang berani terlibat di hajatan balapan.
 
Ironisnya pada Jakarta E-Prix ternyata sponsor dari BUMN tidak hadir yang kemudian memicu perdebatan karena Jakarta E-Prix juga berkepentingan pada sektor ekonomi bisnis dan kepariwisataan. Di sisi lain fakta kehadiran sponsor BUMN dalam MotoGP Mandalika kemarin cukup banyak. Mengapa dualisme ini bisa terjadi?
 
Baca Juga: Dualisme Demokrasi

Kedua: bisnis perhotelan past terdampak dari Jakarta E-Prix. Kehadiran pembalap dan tim-nya tentu jumlah rombongan yang tidak kecil dan pasti membutuhkan akomodasi, termasuk penginapan. Oleh karena itu rate hunian hotel di Jakarta E-Prix menjadi naik dan ini berdampak terhadap perputaran uang di sektor perhotelan, termasuk juga mata rantai lain.
Tidak bisa dipungkiri tingkat hunian 2 tahun lalu terpuruk akibat pandemi.
 
Bahkan ada beberapa hotel yang juga terpaksa merumahkan sebagian karyawan karena tidak tertutup pendapatan. Jadi sukses dari Jakarta E-Prix bisa menjadi stimulus untuk memacu gairah bisnis perhotelan. Artinya, pasca pilpres semua agenda kepariwisataan bisa
kembali digelar agar memberikan dampak sistemik ke semua sektor.

Ketiga: fakta membuktikan bahwa semua hajatan balap otomotif selalu identik dengan minuman beralkohol, termasuk tentunya bir. Hebatnya dalam Jakarta E-Prix paradigma itu bisa dipatahkan sehingga panitia sepakat untuk melarang iklan minuman beralkohol, termasuk tentunya bir. Padahal selama ini minuman beralkohol menjadi sponsor utama di
banyak ajang balapan sehingga perubahan mindset ini menjadi menarik dicermati dan pastinya akan bisa membawa perubahan dalam hajatan sport tourism yang lainnya, tidak hanya di Indonesia yang mayoritas muslim tapi juga di berbagai negara.
 
 
Artinya, jika di Indonesia bisa memulainya mengapa di negara lain tidak ? Oleh karena itu, jika kemudian Jakarta E-Prix adalah awal dari balapan syariah maka bisa dibenarkan juga.

Keempat: antusiasme dalam penjualan tiket menjadi pembenar bahwa geliat ekonomi bisnis pasca pandemi telah terasa. Selain itu, sejumlah konser musik yang juga sukses digelar juga memberikan gambaran bahwa geliat ekonomi bisnis terutama pertunjukan off air sudah bisa dan sukses terlaksana.
 
Oleh karena itu, stimulus untuk memacu geliat ekonomi bisnis di semua sektor, termasuk pariwisata dan perhotelan harus digencarkan agar mata rantai yang terdampak akan  semakin bergerak positif. Jadi pasca pilpres bisa dipacu semua agenda kegiatan ekonomi - bisnis, termasuk sport tourism untuk meningkatkan penerimaan devisa. ***
 
* Dr Edy Purwo Saputro, SE, MSi - Dosen Pascasarjana di Universitas Muhammadiyah Surakarta
 

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat