unescoworldheritagesites.com

Jubir Kemenperin Meyakini Industri Tetap Ekspansif: Indeks Kepercayaan Industri (IKI) Juli Sentuh Angka 53,31 - News

Jubir Kemenperin Febri Hendri Antoni  Arif bersama Plt. Sekjen Kemenperin Putu Juli Ardika (tengah), dan Kepala Pusat Data dan Informasi Industri Wulan Aprilianti Permatasari meyakini industri tetap ekspansif, dibuktikan dengan Indeks Kepercayaan Industri (IKI) Juli yang menyentuh angka 53,31 (AG Sofyan )

 :Juru Bicara (Jubir) Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Febri Hendri Antoni Arif menyatakan kondisi industri masih tetap ekspansif di tengah ketidakstabilan dan pelemahan pasar global, terlihat dari Indeks Kepercayaan Industri bulsn Juli (IKI) 2023 yang menyentuh angka 53,31
 
Menurut dia, Kemenperin terus memantau kondisi perekonomian global. 
 
"Jika dlihat dari Purchasing Managers Index (PMI) negara-negara mitra dagang Indonesia, seperti Amerika Serikat dan Uni Eropa, kondisinya saat ini belum stabil karena masih terkontraksi sampai bulan Juni 2023," ujarnya.
 
Begitu pun dengan Uni Eropa juga masih menaikkan suku bunga menjadi 4,0% pada Juni 2023 untuk menekan inflasi. 
 
 
Di sisi lain, mayoritas komoditas unggulan menunjukkan penurunan harga sampai bulan Juni 2023, baik secara bulanan maupun tahunan, seiring dengan ketidakpastian dan melemahnya permintaan global. 
 
WTO memprediksi volume perdagangan dunia akan melambat sebesar 1,7% pada tahun 2023. 
 
Kondisi pasar global tersebut juga memengaruhi kinerja ekspor Indonesia yang mengalami penurunan nilai pada Juni 2023, demikian pula halnya dengan impor.
 
“Indeks Kepercayaan Industri (IKI) pada Juli 2023 mencapai 53,31. Artinya, tetap ekspansi meskipun melambat 0,62 poin dibandingkan Juni 2023,” ujar Jubir Kemenperin Febri Hendri Antoni Arif saat menyampaikan rilis IKI Juli 2023 kepada wartawan di Kantor Kemenperin, Jakarta, Senin (31/7/2023).
 
 
Pada kesempatan tersebut, bersama Febri juga hadir Pelaksana Tugas (Plt) Sekretaris Jenderal Kemenperin sekaligus Direktur Jenderal (Dirjen) Industri Agro Kementerian Perindustrian Putu Juli Ardika dan Plt Dirjen Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil (IKFT) Kemenperin Ignatius Warsito.
 
Febri mengungkapkan, pelambatan IKI bulan Juli 2023 ini didorong oleh penurunan IKI beberapa subsektor industri yang semula ekspansi menjadi kontraksi, antara lain subsektor Industri Pakaian Jadi, Industri Logam Dasar, Industri Barang dari Kayu dan Gabus, Industri Barang Galian Bukan Logam, serta subsektor Reparasi dan Pemasangan Mesin/Alat. 
 
Sedangkan dua subsektor masih mengalami kontraksi yaitu industri Tekstil dan Pengolahan lainnya. Meskipun demikian, share subsektor ekspansi terhadap PDB Industri Pengolahan Nonmigas Triwulan I 2023 masih cukup tinggi, yaitu sebesar 83,1% dari 16 subsektor yang mengalami ekspansi. 
 
Febri menjelaskan, secara umum, kepercayaan industri di bulan Juli 2023 masih sangat baik karena beberapa subsektor yang besar seperti industri makanan, industri kendaraan bermotor, industri minuman, dan industri peralatan listrik mengalami kenaikan ekspansi. 
 
 
"Kabar menggembirakan kita dapatkan dari subsektor industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki, nilai IKI periode Juli 2023 mengalami kenaikan sangat signifikan sebesar 7,85 poin menjadi pertama kalinya ekspansi. Apabila dilihat dari komponennya, hal ini dipengaruhi peningkatan volume pesanan baru luar negeri dan dalam negeri. Subsektor lain yang juga mengalami kenaikan nilai IKI yang signifikan adalah industri farmasi,  produk obat kimia dan obat tradisional (5,41 poin), percetakan dan reproduksi media rekaman (5,40 poin), dan peralatan listrik (3,77 poin)," bebernya.
 
Febri menambahkan, kinerja IKI bulan Juli hanya lebih lambat dari bulan Juni, tetapi lebih baik dibanding bulan lainnya sejak rilis IKI pertama di bulan November 2022. 
 
Hal ini ditunjang oleh kondisi ekonomi Indonesia yang membaik. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) terjaga pada level optimis di bulan Juni 2023 mencapai 127,1.
 
Kepercayaan pelaku usaha juga dapat dilihat dari realisasi investasi industri pengolahan yang lebih baik pada semester I Tahun 2023, atau meningkat 16,1% dibanding Semester I 2022.
 
 
Dilihat dari variabel pembentuknya, seluruh indeks Variabel pembentuk IKI mengalami ekspansi pada Juli 2023, baik variabel Pesanan Baru, Produksi, maupun Persediaan Produk, dengan peningkatan nilai indeks pada variabel Persediaan Produk dari 50,34 menjadi 50,44 (naik 0,10 poin). 
 
Ekspansi Industri Pengolahan di bulan Juli karena pemenuhan terhadap pesanan baru.
 
“Mayoritas pelaku usaha menyatakan kondisi usaha secara umum di bulan Juli 2023 stabil sebanyak 45,4% naik dibandingkan bulan Juni 2023 dan 32,0% menjawab kondisi kegiatan usahanya meningkat dibanding dengan bulan Juni 2023," tuturnya.
 
Pandangan terhadap kondisi usaha enam bulan ke depan pada bulan Juli tercatat sebesar 66,1% pelaku usaha lebih optimis.
 
 
"Mayoritas responden yang menjawab optimis menyampaikan keyakinan bahwa kondisi pasar akan membaik dan kepercayaannya karena kebijakan pemerintah pusat yang lebih baik. Sedangkan 8,7% pelaku usaha masih pesimis dengan kondisi usaha enam bulan ke depan," jelas Febri.
 
Sedangkan jika melihat nilai IKI per subsektornya, katanya, IKI Industri Bahan Galian Bukan Logam terkontraksi  adanya penurunan pesanan yang didominasi oleh penurunan pesanan dalam negeri. 
 
Penurunan penjualan komoditas kaca dan keramik dipengaruhi oleh harga jual yang tidak kompetitif karena biaya logistik masih tinggi. 
 
Saat ini pun Kemenperin berupaya melakukan business matching untuk meningkatkan penjualan di subsektor ini. 
 
 
Pada subsektor industri Pakaian Jadi, kontraksi yang terjadi pada bulan Juli ini dipengaruhi oleh penurunan pesanan luar negeri dan domestik. 
 
Kondisi belum stabilnya pasar global menyebabkan pasar subsektor ini terkontraksi karena didominasi oleh ekspor. Selain itu, dari sisi pasar domestik, kenaikan harga bahan pokok yang meningkat memengaruhi pola konsumsi dalam negeri yang mementingkan kebutuhan primer terlebih dahulu. 
 
Tekstil dan pakaian jadi masih terkontraksi karena pada bulan Juli ini peralihan musim di Eropa sehingga konsumen menahan pembelian untuk pakaian musim selanjutnya. 
 
Meskipun terkontraksi, kinerja sektor IKFT masih menunjukkan tren positif dilihat dari kinerja investasi, ekspor dan peningkatan utilisasi industrinya.
 
 
Jubir Kemenperin Febri Hendri Antoni Arif menegaskan kepercayaan industri di bulan Juli 2023 masih sangat baik karena beberapa subsektor yang besar seperti industri makanan, industri kendaraan bermotor, industri minuman, dan industri peralatan listrik mengalami kenaikan ekspansi
Jubir Kemenperin Febri Hendri Antoni Arif menegaskan kepercayaan industri di bulan Juli 2023 masih sangat baik karena beberapa subsektor yang besar seperti industri makanan, industri kendaraan bermotor, industri minuman, dan industri peralatan listrik mengalami kenaikan ekspansi (AG Sofyan )
Di sisi lainnya, industri alas kaki mengalami ekspansi karena sejumlah faktor, antara lain berhasilnya penetrasi industri dalam negeri ke beberapa pasar, adanya momentum tahun ajaran baru, dan investasi baru. 
 
Perusahaan baru tersebut sudah mulai beroperasi untuk memenuhi peningkatan permintaan global. 
 
Sementara Plt Sekjen Kemenperin sekaligus Dirjen Industri Agro Putu Juli Ardika menyebut IKI tetap ekspansif selama 22 bulan terakhir. Putu optimis, capaian pada periode berikutnya dapat lebih tinggi lagi dari bulan ini.
 
”Optimisme kegiatan usaha di Indonesia tetap tinggi sebagaimana bulan lalu. Optimisme selama enam bulan ke depan, posisinya sama seperti Juni kemarin, yakni 90,3 persen pelaku usaha yang mengatakan tetap ekspansif dan optimistis,” tegasnya.
 
 
Dibandingkan dengan bulan lalu, lanjut Putu, subsektor yang terkontraksi pada Juli 2023 jauh lebih lebih banyak. Namun, kontribusi subsektor yang terkontraksi terhadap perekonomian Indonesia tidak lebih tinggi dari subsektor yang ekspansif.
 
 
Program Restrukturisasi Mesin Produksi 
 
Sementara itu, industri tekstil dan industri pengolahan lainnya masih mengalami kontraksi.
 
Tekstil dan pakaian jadi masih terkontraksi karena pada bulan Juli ini peralihan musim di Eropa sehingga konsumen menahan pembelian untuk pakaian musim selanjutnya. 
 
Plt Dirjen IKFT Kemenperin Ignatius Warsito menyebut ada beberapa subsektor yang mengalami kontraksi. Ada juga yang naik statusnya dari kontraksi ke ekspansi, yakni subsektor barang dari kulit dan alas kaki. 
 
 
"Ini yang statusnya naik. Sementara, yang performanya sangat tinggi adalah industri kendaraan bermotor, industri makanan, industri minuman, dan industri peralatan listrik atau termasuk yang tertinggi dari 23 subsektor tersebut," jelasnya.
 
”Yang selalu terkontraksi itu industri tekstil. Memang industri serat, benang, dan kain, menjadi tantangan kita bersama karena ada ekosistem di industri pakaian jadi yang pada Juli masih mengalami kontraksi. Ini karena pasarnya didominasi oleh ekspor,” imbuh Warsito.
 
Dia menjelaskan untuk ekspor industri pengolahan pada Juni 2023 tercatat mencapai 11,52 juta ton atau meningkat 13,9 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Namun, secara nilai, ekspor industri pengolahan senilai 15,25 miliar dollar AS menurun 2,2 persen dibandingkan bulan sebelumnya.
 
 
Lebih lanjut, menurut golongan penggunaan barangnya, impor bahan baku penolong pada Juni 2023 menurun 19,24 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Selain itu, impor barang modal dan konsumsi juga menurun masing-masing 17,97 persen dan 9,3 persen dibandingkan bulan lalu.
 
Plt Dirjen IKFT Kemenperin Ignatius Warsito menyebut data ekspor impor, sektor IKFT secara spesifik mengalami tren positif. Sejak tahun 2021 sampai semester I-2023, ekspor IKFT tercatat 21,90 miliar dollar AS. Walaupun, impor untuk bahan baku masih cukup tinggi, yakni 21,59 miliar dollar AS
Plt Dirjen IKFT Kemenperin Ignatius Warsito menyebut data ekspor impor, sektor IKFT secara spesifik mengalami tren positif. Sejak tahun 2021 sampai semester I-2023, ekspor IKFT tercatat 21,90 miliar dollar AS. Walaupun, impor untuk bahan baku masih cukup tinggi, yakni 21,59 miliar dollar AS (AG Sofyan )
Warsito juga membeberkan kontraksi pada industri teksil dan garmen bermula dari masa pandemi Covid-19. Saat itu, negara-negara yang menjadi tujuan pasar ekspor, seperti China, Amerika, dan Eropa, mengalami gejolak sehingga produksi dalam negeri tidak terserap.
 
Kondisi itu kemudian diperparah dengan adanya tren pakaian bekas impor (thrifting) dari China yang berdampak terhadap permintaan pasar domestik.
 
Oleh sebab itu, pemerintah kini tengah mempersiapkan instrumen kebijakan secara fiskal dan nonfiskal guna menahan laju produk-produk impor dari China.
 
 
”Kemudian, dukungan pemerintah melalui program restrukturisasi juga penting. Seperti diketahui, industri hulu, terutama serat, benang, dan kain, kan, mesinnya sudah tua, sudah 20 tahun beroperasi sehingga untuk berkompetisi dengan China dan negara-negara besar lainnya tidak mampu. Dengan restrukturisasi ini, kita bisa menaikkan kualitas juga kuantitas dari serat, benang, dan kain,” tuturnya.
 
Warsito menambahkan, berdasarkan data ekspor impor, sektor IKFT secara spesifik mengalami tren positif. Sejak tahun 2021 sampai semester I-2023, ekspor IKFT tercatat 21,90 miliar dollar AS. Walaupun, impor untuk bahan baku masih cukup tinggi, yakni 21,59 miliar dollar AS.
 
Selain itu, iklim investasi pada sektor IKFT turut mengalani tren positif, yakni pada triwulan I-2023 senilai Rp 33,78 triliun. Sebagian besar investasi tersebut ditujukan pada sektor barang kimia senilai Rp 16,29 triliun, serta industri karet dan barang karet senilai Rp 4,50 triliun. ***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat