unescoworldheritagesites.com

Program CSA Kementan Asa Ditengah Ancaman Perubahan Iklim - News

Program CSA Kementan Asa Ditengah Perubahan Iklim (Ist)

: Fenomena climate change dan El Nino masih menjadi topik hangat di Indonesia. Langkah-langkah strategispun terus dilakukan oleh Kememterian Pertanian (Kementan) untuk menghadapi El Nino yang diperkirakan berlangsung hingga Agustus sampai September nanti.

Diantaranya dengan mempersiapkan berbagai upaya antisipasi adaptasi dan mitigasi El Nino di sektor pertanian yang siap dilaksanakan setiap daerah. Kementan juga terus mendorong dan membantu petani dalam meningkatkan produktivitas sektor pertanian sebagai upaya memenuhi kebutuhan pangan.

Program Climate Change Agriculture (CSA) Strategic Irrigation Modernization and Urgent Rehabilitation Proyek (SIMURP) menjadi salah satu jawaban terhadap perubahan iklim, terutama kondisi El Nino yang terjadi saat ini. Karena itu, petani harus melanjutkan teknologi yang diterapkan, meski program tersebut akan berakhir pada 2024 mendatang.

Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo (SYL) mengatakan, saat ini tantangan pembangunan pertanian sangatlah besar. Selain, adanya perubahan iklim atau climate change, juga terjadi degradasi lahan, sarana produksi terbatas, khusus pupuk kimia kian mahal, produksi juga tidak efisien dengan penurunan produktivitas lahan.

Baca Juga: Pansus 3 DPRD Kota Bandung Bahas Raperda Penyelenggaraan Pangan

“Karena itu, sekarang ini kita tidak bisa lagi dengan cara lama, tapi harus sudah menggunakan cara baru dalam meningkatkan produksi pangan. Dengan jumlah penduduk kita mencapai 280 juta jiwa, hadirnya pertanian yang makin maju, makin modern dan mandiri akan sangat berarti. Karena penduduk Indonesia sangat besar,” ujar Mentan Syahrul.

Menyikapi perubahan iklim tak menentu, kata Mentan Syahrul, pelaku pertanian dituntut membuat pertanian agar lebih ramah lingkungan sekaligus berdapatasi dengan fenomena alam lainnya, sehingga produktivitas dan keragaman komoditi pertanian bisa dicapai.

Karena pertanian ramah lingkungan juga sejalan dengan pertanian berkelanjutan yang merupakan implementasi dari RPJMN Prioritas Nasional (PN) 6 tentang membangun lingkungan hidup, meningkatkan ketahanan bencana dan perubahan iklim, serta pembangunan rendah karbon, jelas Mentan Syahrul lagi.

"Bentuk-bentuk penerapan pertanian ramah lingkungan antara lain pertanian cerdas iklim atau CSA, pertanian terintegrasi (integrated farming), serta pertanian organik," imbuhnya.
Secara terpisah, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi mengatakan bahwa pertanian ramah lingkungan merupakan sistem pertanian yang mengelola seluruh sumber daya pertanian dan input usaha tani secara bijak, berbasis inovasi teknologi untuk mencapai produktivitas berkelanjutan dan secara ekonomi menguntungkan dan berisiko rendah.

Baca Juga: AASB Siap Kerahkan Sejuta Buruh, Desak Pemerintah Cabut Sejumlah UU

Selain itu pertanian ramah lingkungan merupakan teknik pertanian yang dalam pelaksanaannya menggunakan mikroorganisme menguntungkan serta bahan organik sehingga agroekosistem menjadi seimbang baik di bawah tanah maupun di atas tanah.

Kabadan Dedi menjelaskan, petani seringkali menggunakan pestisida maupun pupuk kimiawi yang berlebihan dan berakhir pada hancurnya lingkungan yang kembali lagi berakibat pada pertanian.

“Pertanian Cerdas Iklim atau CSA menjadi solusi yang amat nyata dalam mitigasi Emisi Gas Rumah Kaca,” lanjut Kabadan.

Dedi melanjutkan, mitigasi terhadap perubahan iklim harus dilakukan dari hal-hal yang paling kecil. Mulai dari penggunaan pupuk organik, mengurangi penggunaan produk kimiawi, hingga lahan sawah dengan sistem tergenang. Khusus yang terakhir, penggenangan memang perlu untuk memaksimalkan penyerapan unsur hara, meminimalisir gulma atau tanaman pengganggu, tetap tidak dilakukan terus menerus.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat