unescoworldheritagesites.com

Lewat Kelosan, Kemenperin Latih 200 Industri TPT; Ini Inovasi Pembelajaran - News

Kepala BPPI Kemenperin, Doddy Rahadi.

JAKARTA: Kementerian Perindustrian semakin memacu daya saing dan produktivitas pelaku industri tekstil dan produk tekstil (TPT) agar tetap bisa menjalankan usahanya di tengah tekanan dampak pandemi Covid-19. Sebab, saat ini pelaku industri dituntut untuk lebih inovatif supaya mampu kompetitif di pasar.

“Oleh karena itu, salah satu unit kerja di bawah binaan kami, yakni Balai Besar Tekstil menyelenggarakan Kelas Online Santai (Kelosan) untuk industri TPT melalui platform Zoom Meeting,” kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kemenperin, Doddy Rahadi ketika membuka kelosan secara virtual, di Jakarta, Selasa (6/10/2020).

Kegiatan itu diikuti sebanyak 200 peserta terdiri dari pelaku industri TPT skala besar, industri kecil dan menengah (IKM), serta wirausaha baru (WUB). Selain itu, terdapat civitas akademisi, perwakilan Balai dan Baristand di lingkungan Kemenperin serta perwakilan Dinas Perindustrian dan Perdagangan dari berbagai daerah di Indonesia.

Dua tema bahasan, yaitu Pengenalan Sistem Manajemen Mutu SNI ISO 9001:2015 untuk upgrading IKM berdaya saing dan topik tentang Pemahaman Parameter Uji terkait Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Lingkungan Hidup (K3L).

“Dalam situasi pandemi saat ini, seyogyanya kita menciptakan inovasi-inovasi metode pembelajaran, sehingga industri tidak kehilangan kesempatan untuk meningkatkan wawasan serta kompetensi sumber daya manusia (SDM),” ujar Doddy.

Kemenperin memiliki unit litbang Balai Besar Tekstil di Bandung yang selama ini berperan strategis dalam menyiapkan pelaku industri TPT yang berdaya saing. Upaya tersebut dijalankan sesuai dengan kapasitas unit litbang tersebut dalam menyelenggarakan kegiatan pelayanan jasa teknis untuk industri, khususnya berupa bimtek, pelatihan, konsultansi serta pengujian terhadap mutu produk TPT.

Doddy menyampaikan, industri TPT merupakan salah satu sektor yang strategis bagi perekonomian nasional. Peran vitalnya antara lain sebagai sektor padat karya, memenuhi kebutuhan sandang dalam negeri, serta penghasil devisa ekspor nonmigas dengan nilai yang cukup signifikan. 

“Di tengah pandemi Covid-19, industri TPT kita masih memperlihatkan pertumbuhan yang ditunjang oleh permintaan domestik dan kinerja ekspor yang tinggi,” ungkapnya. 

Kemenperin mencatat, kinerja ekspor industri TPT sepanjang 2019 mencapai USD12,89 miliar, dan pada periode Januari-Juli 2020 telah menembus hingga USD6,15 miliar. 

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pada kuartal II/2020, industri TPT memberikan kontribusi terhadap PDB sektor industri pengolahan nonmigas sebesar 6,93 persen. 

Sementara untuk kontribusi terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional, industri TPT menempati urutan keempat menjadi kontributor terbesar yang mencapai 1,24 persen.

Menurut Doddy, guna memperkuat peran strategis industri TPT tersebut, perlu dukungan dari seluruh pemangku kepentingan terkait sehingga bisa semakin memperkuat daya saingnya terutama di kancah global. 

“Upaya peningkatan daya saing industri TPT nasional dipacu pemerintah melalui kemudahan ketersediaan bahan baku dan pasokan energi, serta penyusunan aturan perlindungan (safeguard),” kata dia.

Selain itu, faktor lain yang dapat meningkatkan daya saing produk industri TPT adalah penerapan standar mutu dan kualitas produk. “Mutu produk yang merujuk pada baku mutu Standar Nasional Indonesia (SNI) akan lebih mudah diterima di pasar karena jaminan konsistensi kualitasnya,” tandasnya.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat