unescoworldheritagesites.com

Sunarso Pemimpin Transformasi Digital Bikin BRI Jadi Primadona Perbankan di Indonesia - News

Sunarso Bankir Transformatif Digital Bikin BRI Jadi Primadona Perbankan di Indonesia  (Humas BRI Pusat)



Media massa menjadikan bankir  Sunarso dan  BRI  sebagai Primadona Perbankan  sejak Rabu (8/2/2023).

Sunarso pria kelahiran  Pasuruan 59 tahun lalu itu adalah Direktur Utama (Dirut) Bank Rakyat Indonesia (BRI).

Sunarso  dan krunya berhasil mencatatkan laba BRI Rp51.4 triliun itu  tertinggi  di Indonesia hingga  akhir tahun 2022 dibanding emiten saingan lainnya.

Sunarso  sebelum jadi Dirut  ia adalah wakil Dirut BRI terhitung tahun 2015 hingga 2017.

Lantas <span;>Oktober 2017 hingga Januari 2019, Sunarso dipercaya menjabat Direktur Utama PT Pegadaian (Persero). Artinya pria ini kembali ke "rumah" Bank BRI pada 3 Januari 2019.

Baca Juga: 15 Sandera yang akan Dibunuh KKB Diselamatkan Warga Nduga

Sunarso meraih gelar Sarjana Pertanian dari Institut Pertanian Bogor pada tahun 1988. Dan gelar Master of Business Administration dari Universitas Indonesia pada tahun 2002.

Sunarso juga mengikuti berbagai program pelatihan di Melbourne University, Northwestern University, University of Chicago, London Business School, dan University of New South Wales.

Jejak karir Sunarso di industri perbankan cukup panjang.

Pengalaman profesional Sunarso dimulai di Bank Dagang Negara sebagai analis kredit. Kemudian asisten relationship manager dan relationship manager antara tahun 1991 hingga 1996.

Sunarso kemudian menapaki kariernya sebagai seorang bankir di Bank Mandiri pada tahun 1999.

Sederet tugas diembannya di Bank Mandiri, mulai dari senior officer. Senior relationship manager. Assistant vice president. SVP  client service team manager. SVP Group Head Plantation Specialist. Lalu  menjadi Executive Vice President Group Head Agro-Based Corporate Banking.

Lantas  akhirnya Sunarso menduduki jajaran pejabat puncak sebagai Direktur Commercial & Business Banking Bank Mandiri sejak tahun 2010 hingga 2015. Sebelum akhirnya menjadi Wakil Direktur Utama Bank BRI pada tahun 2015.

Saat ditugasi di Pegadaian, Sunarso menjadi inisiator dan penggerak utama transformasi digital di perusahaan.

Akibatnya  Sunarso menerima banyak penghargaan dalam kepemimpinannya di Pegadaian dalam waktu yang cukup singkat. Yaitu 14 bulan (Oktober 2017 hingga Januari 2019).

Ia telah membawa Pegadaian memenangkan banyak penghargaan. Antara lain pada ajang BUMN Marketeers Award 2018, yang diselenggarakan Forum Humas BUMN bekerja sama dengan Markplus, Inc serta Indonesia Marketing Association. 

Yaitu untuk kategori The Most Promising Company in Strategic Marketing, Tactical Marketing, Marketing 3.0, Brand Campaign, dan Special Mention in Marketing Innovation.

Pada penghargaan individu juga diraihnya, antara lain sebagai CEO Terbaik sebagai pemimpin perubahan (transformative leader) dalam kategori tata kelola perusahaan. Dan  pelayanan yang diberikan oleh 7 Sky Media Award 2018, The Best CEO kategori Talent Development dalam ajang Anugerah BUMN Award 2018.  Sekaligus membawa Pegadaian sebagai Perusahaan Terbaik 1 kategori perusahaan dengan GCG (Good Corporate Governance).

Selanjutnya, Most Admired CEO Award 2018 untuk kategori Leadership for Digital Transformation of Pawning Business dari Warta Ekonomi, The Best CEO pada ajang penghargaan DataGovAi Award, sekaligus membawa Pegadaian sebagai The Best IT Data Governance dan The Best IT Data Center 2018, Most Admired Companies (IMACO) Award 2018.

Ia menaikkan pamor Pegadaian menjadi perusahaan BUMN yang diperhitungkan oleh publik dengan melakukan berbagai inovasi. Seperti membuka jaringan kafe The Gade Coffee and Gold di cabang-cabang Pegadaian, membuat aplikasi Pegadaian Digital Service, serta menginisiasi program Sampah Jadi Emas.

Prestasi-prestasinya tersebut membuat dirinya ditugaskan oleh Kementerian BUMN untuk kembali ke Bank Rakyat Indonesia sebagai Wakil Direktur pada Januari 2019.

Penghargaan lain yang pernah ia terima adalah The Best SME Banker of The Year 2013 in Asia Pacific The Triple A Awards from The Asset Magazine (Hongkong) dan The Most Influential People in Southeast Asia - Leading Corporate & Commercial Bankers from Alpha Southeast Asia Magazine.

Sunarso Dirut BRI

Prestasi Sunarso terlihat melejit terus hingga Rabu (8/2/2023). Ia bersyukur atas keberhasilan memimpin BRI saat ini.

“Alhamdulillah, kita selalu didampingi kawan setia, Si Untung dan Si Slamet sepanjang Januari hingga Desember 2022. BRI Group berhasil mencatatkan laba bersih senilai Rp51,4 triliun. 

Sunarso menyebut BRI  tumbuh 67,15% secara year on year dengan total aset tumbuh double digit sebesar 11,18% yoy menjadi Rp1.865,64 triliun,” kata Direktur Utama BRI Sunarso.
Kinerja Didorong Keberhasilan BRI Dalam Efisensi.

Sunarso pun mengungkapkan kunci keberhasilan BRI dalam menjaga bottom line kinerja perusahaan.

Pertama, BRI berhasil melakukan efisiensi utamanya melalui menekan biaya dana (Cost of Fund). Yaitu melalui perbaikan funding structure peningkatan dana murah (CASA).

“Efisiensi tersebut tercermin dari rasio BOPO, CER dan CIR yang membaik dibandingkan periode sama tahun lalu. BOPO tercatat 69,10%, semakin baik dibandingkan BOPO pada akhir 2021 sebesar 78,54%."

Rasio  CER juga tercatat semakin membaik dari 50,25% di akhir 2021 menjadi 48,16% di akhir 2022 dan CIR semula 48,56% menjadi 47,38%, yang artinya semakin efisien. 

Di samping itu, membaiknya kualitas kredit yang disalurkan memberikan dampak positif terhadap efisiensi yang dilakukan oleh perseroan.

Sunarso, sesungguhnya merupakan orang lama di Bank BRI. Sebelum ditetapkan menjadi BRI 1 pada Senin (2/9/2019), Sunarso menjabat Wakil Dirut BRI sejak 3 Januari 2019.

Rasio CER juga tercatat semakin membaik dari 50,25% di akhir 2021 menjadi 48,16% di akhir 2022 dan CIR semula 48,56% menjadi 47,38%, yang artinya semakin efisien. (Istimewa)

Dampaknya, BRI berhasil menurunkan Cost of Credit dari 3,78% di akhir 2021 menjadi 2,55% pada akhir 2022,” jelasnya.

Faktor kedua yang memberikan kontribusi besar terhadap kinerja perseroan yakni pendapatan berbasis komisi atau fee based income yang tumbuh double digit yang merupakan buah dari transformasi digital.

Pendapatan berbasis komisi memberikan kontribusi yang masif terhadap kinerja BRI secara keseluruhan.

Di mana, pada akhir Desember 2022 BRI berhasil menghimpun pendapatan berbasis komisi senilai Rp18,80 triliun atau tumbuh 10,16% yoy. Sehingga fee to income ratio mencapai 11,37%” imbuh Sunarso.

Ketiga, Sunarso menjelaskan bahwa BRI terus mengoptimalkan upaya recovery.

Hal tersebut tercermin dari Recovery Rate BRI tahun 2022 yang mencapai sebesar 59,12%.

"Sehingga pendapatan recovery BRI pada akhir 2022 meningkat sebesar 33,59% year on year,” urainya.

Faktor Pendorong Pencapaian Laba

Pendapatan bunga, khususnya besaran NIM (Net Interest Margin) bukan merupakan faktor utama yang mempengaruhi kinerja, khususnya pencapaian laba BRI.

Baca Juga: Kerja Keras Adalah Formula BRI Sukses Cetak Laba Bersih Rp51.40 Triliun Tahun 2022

Di samping efisiensi yang dilakukan, berdasarkan data historis BRI tidak ditemukan korelasi positif antara besaran NIM dengan pencapaian laba BRI.

Tapi  faktor utama yang mempengaruhi laba BRI adalah pertumbuhan volume kredit dan juga peningkatan jumlah nasabah yang dilayani, terutama nasabah mikro.

Hal tersebut ditunjukkan dari data NIM BRI (bank only) pada Tahun 2008 sebesar 10,18%, dengan pencapaian laba hanya sebesar Rp5,96 triliun.

Saat ini  jumlah nasabah pinjaman sekitar 5 juta dan volume kredit hanya sebesar Rp161,06 triliun.

Lain halnya pada Tahun 2022, laba BRI (bank only) justru meningkat pesat menjadi Rp47,83 triliun disaat NIM BRI telah turun 33,20% dari posisi Tahun 2008.

Peningkatan laba BRI Tahun 2022 tersebut lebih disebabkan oleh pertumbuhan jumlah nasabah mikro yang telah naik lebih dari 3 kali lipat menjadi lebih dari         15 juta nasabah.

Demikian halnya volume kredit telah tumbuh lebih dari 6 kali lipat menjadi Rp1.029,80 triliun jika dibandingkan dengan posisi tahun 2008.

Dana Pihak Ketiga & Kredit Mikro tumbuh Double Digit.Terkait penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK), BRI juga berhasil mencatatkan kinerja positif.

Hingga  akhir Kuartal IV 2022, DPK BRI tercatat tumbuh 14,85% yoy menjadi sebesar Rp1.307,88 triliun.

Dana murah (CASA) melesat menjadi pendorong utama pertumbuhan DPK BRI, dimana secara year on year meningkat sebesar 21,46%.

Secara umum saat ini proporsi CASA BRI tercatat 66,70%, meningkat signifikan dibandingkan dengan CASA pada periode yang sama tahun lalu yakni sebesar 63,08%.

“Kemampuan BRI dalam meningkatkan proporsi CASA berdampak positif terhadap efisiensi yang dilakukan perseroan.

Hal tersebut tercermin dari biaya dana atau Cost of Fund (Bank) yang terus turun, dari 2,05% pada akhir 2021 menjadi 1,87% di akhir tahun 2022,” imbuh Sunarso.

Dari sisi penyaluran kredit, total kredit dan pembiayaan BRI Group tercatat mencapai Rp1.139,08 triliun pada akhir Desember 2022. Secara khusus, portofolio kredit Mikro BRI tumbuh double digit sebesar 13,9% yoy.

Hal ini menjadikan proporsi kredit UMKM dibandingkan total kredit BRI terus meningkat, menjadi sebesar 84,74%.

Komitmen Dalam Penyaluran KUR

Pada kesempatan yang sama, Direktur Bisnis Mikro BRI Supari menjelaskan bahwa sepanjang tahun 2022, BRI telah berhasil menyalurkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) sesuai dengan breakdown atau alokasi yang ditetapkan Pemerintah yakni sebesar Rp252,38 triliun kepada 6,5 juta debitur.

“Pada tahun 2023 ini, BRI akan terus berkomitmen untuk menyalurkan KUR sebagai upaya mendorong roda perekonomian grass root serta untuk mendukung penyediaan lapangan pekerjaan bagi masyarakat.

BRI telah mendapatkan alokasi penyaluran KUR tahun 2023 dari Pemerintah sebesar Rp270 triliun dan BRI optimis dapat mencapai target tersebut.

Hal tersebut tak lepas dari kemampuan BRI dalam memproses dan mencairkan KUR dengan rata-rata Rp.1 triliun per hari,” ujarnya.

Terkait dengan KUR, Supari menjabarkan secara gamblang bahwa KUR adalah Kredit Usaha Rakyat, jadi KUR itu adalah Kredit, bukan bantuan atau hibah. Sumber dana KUR, 100% dari dana bank.

 Suku bunga KUR Mikro 16%, dari beban bunga 16% tersebut, Pemerintah memberi subsidi 10% kepada rakyat sehingga beban bunga yang dibayar rakyat hanya 6%.

Jadi, yang dibantu subsidi adalah rakyat, bukan bank.

Manajemen Risiko Yang Prudent

Keberhasilan BRI dalam menjalankan fungsi intermediasi juga mampu diimbangi dengan manajemen risiko yang prudent.

Hal tersebut tercermin dari rasio NPL BRI secara konsolidasian yang manageable dilevel 2,67%.

Disamping itu, BRI menyiapkan pencadangan yang cukup dengan NPL Coverage tercatat sebesar 305,73%, di mana angka ini meningkat dibandingkan dengan NPL Coverage di akhir tahun 2021 yang sebesar 281,16%.

Dana Pihak Ketiga & Kredit Mikro tumbuh Double Digit.Terkait penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK), BRI juga berhasil mencatatkan kinerja positif. Hingga akhir Kuartal IV 2022, DPK BRI tercatat tumbuh 14,85% yoy menjadi sebesar Rp1.307,88 triliun.

Pencadangan yang memadai tersebut merupakan langkah antisipatif dan upaya mitigasi risiko menghadapi ketidakpastian perekonomian global, kenaikan inflasi dan suku bunga, serta potensi perlambatan ekonomi.

Kemampuan BRI dalam menyalurkan kredit dan pembiayaan juga didukung dengan likuiditas yang memadai dan permodalan yang kuat.

Hal ini terlihat dari rasio LDR secara konsolidasian yang terjaga di level 87,09% dengan Capital Adequacy Ratio (CAR) sebesar 25,54%.

“Berdasarkan data statistik di atas, BRI yakin akan terus tumbuh secara sustainable, karena telah memiliki sumber pertumbuhan yang jelas, punya kecukupan modal dan likuiditas serta pengelolaan risiko yang lebih baik. Secara konsisten BRI akan fokus kepada UMKM”, ujar Sunarso menegaskan.

Baca Juga: Kapolda Papua Benarkan Pesawat Susi Air di Nduga Dibakar KKB

Atas pencapaian tersebut, Sunarso pun menegaskan komitmen BRI untuk terus memberikan economic value dan social value utamanya terhadap negara dan masyarakat Indonesia.

“Saya ingin menegaskan kembali bahwa BRI adalah banknya rakyat. BRI berbisnis dengan rakyat dan diproses dengan caranya rakyat. Melalui pajak dan dividen, keuntungan BRI akan disetorkan kepada negara dan kemudian kembali lagi menjadi berbagai program Pemerintah untuk rakyat,” katanya.

Sunarso berhasil membuat karya yang fenomenal. Yakni mencatatkan laba BRI 51.4 triliun di akhir 2022.

Sunarso menorehkan tinta emas sebagai bankir terbaik sepanjang  sejarah. Indonesia bangga atas prestasi anak bangsa yang satu ini. Sumber: Humas BRI. ***

Penulis Yacob Nauly Mahasiswa Magister IAIN Sorong Penerima Bea Siswa BRI Angkatan 3 Tahun 2021.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat