unescoworldheritagesites.com

Membangun Budaya Digital Masyarakat, Kenali Jenis Perundungan di Dunia Maya - News

Diskusi virtual bertema “Kenali Jenis Perundungan di Dunia Maya”, yang diinisiatori Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) berkeja sama dengan Siberkreasi Indonesia. (Istimewa )

: Budaya digital atau digital culture merupakan suatu hal yang membentuk cara kita berinteraksi, berperilaku, berpikir dan berkomunikasi dalam lingkungan masyarakat yang menggunakan teknologi internet.

Sedangkan, budaya bermedia digital merupakan kemampuan individu dalam membaca, menguraikan, membiasakan, memeriksa, dan membangun wawasan kebangsaan, nilai-nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan sehari−hari.

Kepala UPT Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur, Achmad Alfian Madji, S.Kom, M.Pd mengatakan, pengetahuan dasar akan nilai-nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai landasan kecakapan digital dalam kehidupan berbudaya, berbangsa, dan bernegara.

Baca Juga: Rugikan PT Neochem, PT Drymix Dilaporkan Ke Krimsus PMJ

Katanya lagi, menjadi pelaku digitalisasi kebudayaan melalui pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) harus memiliki pengetahuan dasar yang mendorong perilaku mencintai produk dalam negeri dan kegiatan produktif lainnya. Selain itu, memiliki pengetahuan akan hak-hak digital.

Menurut dia, ada tiga aspek untuk membangun budaya digital, yaitu Participation (Partisipasi). Dalam hal ini, masyarakat berpartisipasi memberikan kontribusi untuk tujuan bersama.

“Kedua, Remediation, merubah budaya lama menjadi budaya baru yang lebih bermanfaat. Dan, terakhir, Bricolage, memanfaatkan hal-hal yang sudah ada sebelumnya untuk membentuk hal baru,” kata Achmad Alfian di acara diskusi virtual bertema “Kenali Jenis Perundungan di Dunia Maya”, yang diinisiatori Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) berkeja sama dengan Siberkreasi Indonesia, Kamis (6/4/2023).

Baca Juga: Diperiksa Krimsus, Ade Armando Siap Mediasi Dengan Fahira

Lalu, dia memaparkan soal dua sisi digital media, yakni sisi positif dan negatif. Sisi positifnya dapat memberikan kemudahan pekerjaan, banyak ide yang bisa digali, dan memperluas koneksi dan jaringan. Sedangkan sisi negatifnya, sulit memfilter informasi, rawan duplikasi dan ruang privasi yang semakin sempit.

Alfian mengimbau agar masyarakat menggunakan media digital dengan bijak dan santun. Serta mengambil sisi positif dan meninggalkan sisi negatifnya. “Berikan edukasi kepada orang-orang di sekitar kita untuk memanfaatkan media digital untuk hal yang positif,” ujarnya.

Pembicara lainnya, Aina Masrurin, dari Komunitas Digital Kaliopak mengatakan dalam ruang digital kita akan berinteraksi dan berkomunikasi dengan berbagai perbedaan kultural yang dapat menciptakan standar baru tentang etika.

Hal ini menjadi tantangan baru, khususnya bagi pelajar, yang berkaitan dengan penggunaan teknologi dan internet, seperti cyberbullying, plagiarisme, keamanan data pribadi, dan overuse teknologi.

Aina mewanti-wanti, internet dapat mempengaruhi cara kita belajar dan dengan berbagai cara membangun hubungan lebih jauh dan berkolaborasi dengan orang lain. Karena itu, segala aktivitas digital di ruang digital dan menggunakan media digital memerlukan etika digital.

“Kita harus selalu menyadari bahwa kita berinteraksi dengan manusia nyata di jaringan yang lain, bukan sekedar dengan deretan karakter huruf di layar monitor, namun dengan karakter manusia sesungguhnya,” kata Aina.

Menurut Aina, ketika bermedia digital, siapa pun harus sadar atau memiliki tujuan. Selain itu diperlukan integritas, tanggung jawab, dan kebajikan.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat