unescoworldheritagesites.com

Stunting, TPK Salah Satu Ujung Tombak BKKBN dalam Upaya Pencegahan dan Pengentasan Stunting - News

Kader keluarga berencana (KB) sekaligus tim TPK Kota Yogyakarta Patricia Sri Maryanti (kedua dari kiri) dan  bidan  yang juga pendamping keluarga (TPK) Kota Yogyakarta Dewi Krismayanti (paling kanan), dalam talkshow yang digelar BKKBN tentang 'TPK garda terdepan penurunan stunting'.

 
: Dalam rangka pencegahan dan pengentasan stunting, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengerahkan segenap upaya, bahkan, dilakukan mulai dari hulu. 
 
Untuk itu, guna pencegahan dan pengentasan stunting BKKBN mengerahkan pula segenap tenaga, salah satunya pengerahan tenaga bidan, yang juga sekaligus sebagai Tenaga Pendamping Keluarga (TPK). 
 
Maka, tak pelak lagi dalam upaya menangani stunting ini TPK kerap disebut sebagai garda terdepan. Untuk itu, BKKBN menggelar talkshow bertajuk 'TPK Garda Terdepan Penurunan Stunting di Indonesia'. 
 
 
Talkshow yang dihadiri sejumlah wartawan dari Jakarta ini diselenggarakan di Yogyakarta, Jumat (8/2/2024). 
 
Pada kesempatan itu, seorang kader keluarga berencana (KB), sekaligus anggota tim TPK Kota Yogyakarta Patricia Sri Maryanti menceritakan pengalamannys, saat berada di lapangan mengedukasi para remaja untuk mengenal stunting lebih awal. 
 
Dia menyatakan, pentingnya  strategi komunikasi kepada komunitas, guna meningkatkan kesadaran remaja akan pentingnya tablet tambah darah untuk mencegah stunting dari hulu.
 

"Tablet tambah darah sangat penting, bagi remaja putri. Ini kami sampaikan kepada remaja putri, agat mereka siap berkeluarga, hamil, dan melahirkan," cetus Sri Maryanti
 
Kadar hemoglobin (hb), imbuhnya, yang memenuhi standar kalau pada remaja 10-15 gram/dl. Diingatkannya,   kalau sejak remaja seseorang sudah mengalami kekurangan darah merah atau anemia, maka saat masa kehamilan dan melahirkan, selain akan kesulitan dan anaknya pun berisiko menderita stunting.
 
Dikemukakannya, makan-makanan cepat saji, tidak suka makan-makanan hijau, itu juga berpengaruh. Para remaja, ujarnya, kebanyakan mengeluh tidak mau meminum tablet tambah darah karena mual saat mengkonsumsi. 
 
 
Pada saat mengedukasi, dia menerangkan bahwa mengkonsumsi tablet tambah darah itu hanya cukup satu minggu sekali.
 
"Dan, minumnya lebih baik sebelum tidur, sehingga tidak akan mengalami gejala- mual," ujarnya. 
 
Dia juga mengingatksn, saat minum jangan bersamaan dengan kopi atau teh, lebih baik dengan air jeruk. Sedangkan, untuk program pemberian tablet tambah darah di sekolah, harus diminum saat itu juga dengan disaksikan  guru. 
 

Edukasi yang dilakukan TPK, ungkap Sti Maryanti, juga terus gencar dilakukan pada komunitas tentang pentingnya mencegah stunting.

Upaya itu, dilakukan dengan cara tim TPK masuk ke pertemuan komunitas. Bahkan, ke komunitas lanjut usia (lansia) meskipun mereka bukan sasaran, tetapi paling tidak mereka mempunyai pengetahuan tentang stunting. 
 
"Kami juga melakukan komunikasi ke kakek, nenek, atau pengasuh, diberikan edukasi tentang pentingnya ASI eksklusif dan asupan gizi yang berkualitas," kata Sri Maryanti.
 
 
Seorang snggota TPK Kota Yogyakarta lainnya, yakni Dewi Krismayanti mengingatkan pentingnya ABCDE, untuk mencegah stunting.
 
A, jelasnya, aktif minum tablet tambah darah, lalu B, ibu hamil (bumil) teratur periksa kehamilan, serta C, cukupi konsumsi protein hewani. 

Dia melanjutkan, sementara D, untuk datang ke pos pelayanan terpadu (posyandu) tiap bulan, serta E untuk eksklusif ASI enam bulan. 
 
 
Meski demikian, Dewi mengungkapkan, masih
banyak persoalan  yang seringkali muncul di lapangan ketika berhadapan dengan masyarakat. 
 
"Persoalan sangat beragam, termasuk pernikahan muda, kehamilan tidak diinginkan, serta  remaja yang hampir semua tidak mau konsumsi tablet tambah darah," ungkapnya. 
 
Itulah sekelumit suka duka cerita para TPK, yang menjadi ujung tombak BKKBN saat berupaya mencegah dan mengentasksn stunting.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat