JAKARTA: Museum Maritim Indonesia di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, baru diresmikan 7 Desember 2018 oleh Direktur Utama PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) II (IPC) Elvyn G Masassya. Meskipun begitu, pengunjungnya sampai Minggu (27/1/2019) sudah mencapai 3.000 orang.
"Selama Januari saja sudah 1.520 orang pengunjungnya. Belum ternasuk bulan Desember yang lalu," kata Marlin petugas registrasi museum tersebut.
Hal itu diakui Yoki Rendra Priyantoko, Kepala Bidang Restorasi, Konservasi, Kuratorial dan Pameran Museum Maritim Indonesia (MMI). "Sampai kemarin sudah 2.800 orang pengunjung. Sekarang bisa mencapai 3.000 an orang," kata Yoki.
Museum dengan bangunan berlantai 2 berarsitektur gaya internasional dari awal abad ke 20 ini masih terlihat kokoh dan bagus. Begitu masuk lobby disambut petugas registrasi Marlin. Tas dan payung harus dititipkan di locker yang telah disediakan. Namun ketika mau beranjak, baru sadar kita menginjak lantai kaca berkotak-kotak. Di bawahnya tampak lantai aslinya floor berwarna abu abu berbintik bintik kuning. Sementara butir butir embun menggantung di lantai kaca tersebut.
Seorang pengunjung mengaku, dia teringat cerita Ratu Balqis atau Bilqis dari Negeri Saba yang diundang Nabi Sulaiman AS ke istananya. Balqis terkecoh, harus menyingsingkan gaun panjangnya. "Seeperti cerita Ratu Balqis," kata Umi Kinanthi seorang pengunjung dari Duren Sawit, Jakarta Timur mengakui.
Dari lobby museum, pengunjung diarahkan ke ruang pamer sebelah barat, disambut video digital dengan sosok pria berbusana Melayu. Benda koleksi pertama yang nenarik perhatian adalah nekara (genderang kuno) dari perunggu.
Di dinding tampak peta pelayaran kuno dari Madagaskar, Samudra Hindia, Kepulauan Nusantara, Samudra Pasifik atau Lautan Teduh sampai Hawaii.
Sapnah, yang mewakili Kabid Edukasi dan Pelayanan MMI, Andi Handriana menjelaskan, pada beberapa abad silam persebaran penduduk di belahan dunia ini dilakukan melalui pelayaran. "Itu terbukti masih ada kosa kata yang mirip namun memiliki makna yang sama," kata Sapnah ketika memandu Abu Galih, seorang pengamat pariwisata dan budaya, Selasa (29/1/2019). Contohnya siput di Indonesia menjadi siputra di Madagaskar. Ulat di Indonesia menjadi Ulatra di Madagaskar. Namun lima (5) di Indonesia menjadi rima di kepulauan Pasifik.
Pelayaran telah menyebarkan pula budaya bercocok tanam. Di pulau pulau itu hampir semua mengenal sawah untuk menanam padi. Sama dengan yang terjadi tanah asalnya, di Dongsong, Vietnam, daratan AsiaTenggara.
Cerita pelayaran berlanjut dengan perdagangan yang ditunjukkan dengan diorama tongkang Cina berlabuh di ibukota Kerajaan Sriwijaya sebelum abad ke-12. Ada lagi replika peninggalan kerajaan Majapahit dari abad 14.
Di sebelah kanannya dipajang replika relief relief dari Candi Borobudur yang menggambarkan kapal kapal yang sedang mengarungi lautan.
Setelah diorama datangnya ekapedisi pengeliling dunia dari Eropa abad 15, digambarkan gudang VOC dengan pintu dengan pinggiran susunan batu kubikal berbentuk huruf U terbalik. Begitu masuk ke ruang itu tercium aroma rempah rempah. Bau wangi dan menyengat dari kulit kayu manis, cengkeh, lada hitam, jintan dan pala berbaur menjadi satu.
"Kalau ini boleh disentuh," kata Sapnah sambil menunjuk belasan karung isi rempah rempah yang dijaga patung tentara VOC.
"Di sini bau rempah rempahnya lebih terasa. Berbeda dengan yang di Museum Bahari," ujar Umi Kinanthi. Hal ini dibenarkan Indra (32) warga RW 03 Kelurahan Cilincing yang berkunjung ke museum itu untuk keduakali bersama putri kecilnya.