unescoworldheritagesites.com

Wakili Kaum Milenial, Sofiandra Larasati Azis Tolak Politik Uang Di Pemilu - News

Caleg DPRD DKI Dapil 4,Sofiandra Larasati Azis bertandem dengan seniornya, Erwin Ricardo, SE yang juga Caleg DPR RI Dapil Jakarta Timur berinteraksi dengan konstituennya memandu pilihan terbaik mereka di Pemilu 2019

JAKARTA: Jumlah pemilih pemula pada pemilu 2019 diperkirakan mencapai kisaran 14 juta. Jika merujuk pada kategorisasi milenial adalah mereka yang lahir antara 1980-2000 maka jumlahnya akan lebih banyak. Pemilih dalam kategori ini termasuk pada usia 35 tahun dan bahkan 40 tahun. Jika 40 tahun termasuk milenial maka jumlah pemilih milenial mencapai 100 juta jiwa. Sebuah jumlah pemilih yang fantastis dan mencatatkan separoh jumlah penduduk Indonesia sebagai penentu calon pemimpin bangsa di masa depan.

Masalahnya yang terjadi dan sudah bukan rahasia umum, dalam praktik politik di pemilu selalu dicederai perilaku transaksional antara pemilih dan kandidat yang dipilih.

Tak ingin kondisi tersebut terus menjadi "beban' bangsa, salah satu caleg muda perempuan Beringin, Sofiandra Larasati Azis ingin membuktikan sendiri bahwa persepsi itu tidak selalu benar.

"Idealnya, pemilu merupakan mekanisme pemilihan oleh publik untuk memilih pejabat publik dengan melihat aspek visi dan misi program, untuk menjawab persoalan-persoalan publik. Dan bukan didasarkan karena transaksional uang, jasa maupun barang untuk mendapatkan elektoral. Akibat politik uang, relasi keterpilihan wakil rakyat bukan didasari atas idealisme tetapi pragmatisme politik," ujar Sofiandra Larasati Azis saat blusukan sosialisasi kepada pemilih bersama seniornya, Erwin Ricardo, SE yang juga Caleg DPR RI Dapil Jakarta Timur nomor urut dua di Kelurahan Cakung Barat, Kecamatan Cakung, Jumat (12/4/2019).

Sebagai pemilih pemula dan kebetulan diberikan kepercayaan Partai Golkar menjadi caleg DPRD DKI Dapil-4 yang meliputi Kecamatan Cakung, Kecamatan Matraman, dan Kecamatan Pulogadung, Sofiandra menginginkan proses pemilu dilakukan secara bersih, berkualitas, dan bermartabat. Caranya dengan mengajak masyarakat untuk sadar bahwa politik uang bukanlah sebuah berkah dalam melahirkan pemimpin bangsa tetapi menjadi aib dan dosa.

Hal ini yang tidak diinginkan putri tokoh Betawi Pulo Gebang, Haji Abdul Azis Umar, SH. Sofiandra tidak ingin generasinya, generasi milenial di kelompok usianya mewarisi legacy yang tidak baik atas perilaku yang mengkhianati cita-cita luhur pendiri bangsa.

Jangan sampai, kata dia, hanya gara-gara uang Rp 25.000, Rp 50.000 atau Rp 100.000, masyarakat tidak memperoleh pemimpin yang baik.

"Politik uang bukan berkah dalam pemilu, tetapi aib dalam pemilu," katanya.

Meskipun sekarang ini praktik politik uang bermetamorfosa ke dalam modus yang beragam, namun menurut Sofiandra sama saja. Intinya, bertujuan untuk memengaruhi pilihan masyarakat. Masyarakat juga harus sadar modus-modus baru politik uang. Dari yang mulanya hanya konvensional, atau langsung memberikan uang, berubah menjadi pemberian barang atau jasa.

"Modus untuk menghindari (dikatakan) politik uang, misalnya dengan kupon Rp 5.000 bisa membeli sembako seharga Rp 30.000. Praktik seperti sejatinya sangat membodohi rakyat. Dan menjadi penghinaan bagi pemilih karena kepercayaan pemilik suara hanya dinilai dari nilai yang tidak seberapa dan tidak menjamin perubahan hidup masyarakat,"jelasnya.

Oleh karena itu, dia pun mengingatkan masyarakat untuk mawas diri terhadap kandidat-kandidat yang berprinsip "menanam cepat, memanen cepat".

Idealnya, kata dia, apabila kelembagaannya partai politik berjalan dengan baik maka seharusnya muncul figur-figur yang betul-betul diinginkan oleh publik. Identitas parpol pun menjadi kuat di masyarakat. PMama pilihan Sofiandra kepada Partai Golkar menjadi preferensinya karena parpol yang paling senior ini telah teruji dan terbukti berhasil memperjuangkan aspirasi rakyat dengan torehan sejarah selama ini.

Terlebih saat ini dirinya bertandem dengan seniornya, Erwin Ricardo yang lebih berpengalaman makan asam garam berpolitik yang selalu menekankan bahwa berjuang di parpol harus berproses, berbasis domisili, beretika, berkomitmen tinggi, loyal, militan dan tak kenal lelah. Dia ingin mentor politik seperti Erwin Ricardo yang memberikan legacy berkualitas. 

Sofiandra tidak mempersoalkan jika dirinya ditempatkan di nomor 9 karena dia berkeyakinan pilihan konstituennya bukan karena nomor urut tetapi karena kedekatan hati dan fisik antara caleg dan pemilihnya.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat