unescoworldheritagesites.com

Obsesi Unipa Surabaya: Dongkrak Citra Kopi Lokal - News

  Rektor Unipa Surabaya, Djoko Adi Walujo (tengah) saat mengunjungi salah satu stand kopi.

SURABAYA: Universitas PGRI Adi Buana (Unipa) Surabaya memanfaatkan momen dies natalisnya yang ke-48, untuk membantu mendongkrak value produk kopi Jawa Timur. Perguruan tinggi yang masuk 10 besar se-Jatim ini optimis, kopi lokal ini bisa menjadi perhatian para penggemar kopi internasional.

Menurut Rektor Universitas PGRI Adi Buana (Unipa), Djoko Adi Walujo, kopi sengaja dia garap karena data statistik menyebut komoditas ini menduduki urutan ke-4 dunia. "Kita tidak ingin, petani mengandalkan pemasukan dari kopi yang hanya dijual dalam bentuk biji semata. Karena cara seperti ini tidak akan berdampak banyak terhadap perekonomian," ujarnya, Minggu (21/4/2019).

Unipa Adi Buana yang mengklaim diri selalu peduli terhadap lingkungan ini, akhirnya menggelar Edu Coffe dan Festival Copi melibatkan sejumlah komunitas kopi. Mulai dari Komunitas Kopi Jatim, Pasukan Berani Ngopi, Komunitas Kopi Nusantara Seksi Timur, hingga Komunitas Kopi Indonesia.

Dalam Coffe Edu Show, para aktifis kopi menjelaskan tentang perjalanan kopi mulai dari bentuk tanaman hingga menjadi secangkir kopi nikmat. Mereka juga menggelar kompetisi seduh kopi dan beragam kegiatan terkait dengan komoditas yang sedang digandrungi masyarakat ini.

Djoko yang Mantan Wakil Ketua Golkar Jatim ini mengingatkan, bahwa saat ini tren kopi di dunia yang juga banyak dipasok dari Indonesia, sedang melesat. Pihaknya berharap, rantai produksi kopi ini bisa diperpanjang bukan hanya dalam bentuk biji, tapi diolah lagi hingga menciptakan lebih banyak lagi lapangan kerja.

Unipa sendiri sudah berkomitmen untuk menggelar Edukasi Kopi secara rutin. Mereka akan mendatangkan pihak-pihak yang terkait dengan produksi kopi, mulai dari produsen, distributor hingga kalangan akademisi yang fokus ke penelitian kopi.

Sementara, momen dies natalis Unipa kali ini juga diwarnai dengan aksi jalan sehat dan kampaye anti narkoba. "Kita berusaha melibatkan masyarakat sekitar, karena Unipa tidak boleh menjadi  tempat yang steril, tapi harus selalu berintegritas dan peduli terhadap lingkungan sekitar," ujarnya.

Pada bagian lain, Ketua Garda Mencegah Dan Mengobati GMDM) Kota Surabaya, Yayuk Sri Wahyuningsih dalam sosialisasinya berharap agar para mahasiswa Unipa mampu mengenal dan menghindari narkoba. "Kami sedang fokus ke lembaga pendidikan. Karena mereka inilah yang sedang diincar para bandar narkoba," ujarnya.

Yayuk dan timnya yang melakukan pendampingan di Rutan Medaeng ini bahkan menyebut ada sekitar 67 anak usia 17 tahun ke bawah yang masuk penjara tersebut, karena kasus narkoba. Saat mereka ditanya, mayoritas mengaku hanya sekedar mencicipi dan terjerat kasus hukum karena terimbas faktor eksternal saja.

Di Surabaya sendiri, kata dia, saat ini sedang booming narkoba jenis sabu yang dikemas porsi super kecil. Produk ini bukan untuk dijual lagi, tapi sengaja dikemas kecil agar pemakainya tidak sampai over dosis dalam setiap kali pemakaiannya.

Pihaknya sengaja menggarap anak-anak dan mahasiswa, karena masa depan mereka masih panjang dan ada peluang direhabilitasi. "Beda dengan pelaku yang sudah dewasa dan ikut sindikat. Mereka tidak punya efek jera meski ancamannya hukuman mati. Karena mereka lebih takut kehilangan pasar," ujarnya. ***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat