unescoworldheritagesites.com

Tantangan Membangun Transportasi di Ibu Kota Negara Baru - News

Oleh: Djoko Setijowarno*

Di bawah Menara di Bukit Sudharmono direncanakan sebagai titik 0 calon lokasi Ibu Kota Negara (IKN) Baru. Kawasan perbukitan ini direncanakan akan menjadi kawasan inti IKN Baru. Kawasan ini merupakan areal hutan tanaman industri (HTI). Ada tantangan membangun sistem transportasi di daerah perbukitan. Pilihan bijak memanfaatkan akses perairan Teluk Balikpapan untuk logistik, mobilitas dan wisata.

Lokasinya terletak di lahan HGU yang sekarang dikelola PT IHM (ITCI Hutani Manunggal). Perjalanan bersama Tim Balitbang Kementerian Perhubungan (3 November 2019) menuju lokasi Ibu Kota Negara IKN Baru, setidaknya dapat memberikan gambaran sistem transportasi yang akan disiapkan nantinya. Baik sebelum masa pembangunan maupun setelah terwujud IKN Baru.

Jika memanfaatkan jalur perairan kombinasi dengan jalan raya memerlukan sekitar 1 jam sudah bisa tiba di IKN Baru. Sedangkan dengan jalan dua lajur (jalan provinsi) sekitar 2,5 jam – 3 jam melewati KM 38 Semboja. Kondisi jalan sebagian rusak dan sebagian sudah mulai diperbaiki. Kendaraan berat lalu lalang mengangkut kendaraan alat berat. Sepanjang jalan ada beberapa desa yang dihuni transmigrasi berasal dari Pulau Jawa dengan kondisi perekonomiannya sudah cukup sejahtera.

Konsep urban transport yang ditawarkan Balitbang Perhubungan adalah compact city yang meminimalkan perjalanan, yakni membuat transportasi umum sebagai pilihan utama, koridor radial masuk pusat pemerintahan dengan MRT underground, dengan circular line kombinasi underground dan at grade, aksesibel untuk semua kelompok masyarakat, mendorong orang berjalan kaki dan bersepeda, dengan fasilitas yang people friendly, pemisahan antara arus pejalan kaki dan unmotorized vehicle dengan kendaraan, simpul transportasi terintegrasi antar moda transportasi dan tata guna lahan dan transportasi perkotaan diatur dengan Intelligent Transport System (ITS).

Target 80 persen, maksimal orang berjalan kaki 10 menit menuju transportasi umum dan perjalanan 20 kilometer ditempuh maksimal 30 menit. Target 75 persen, transportasi umum berbasis listrik dan bahan bakar ramah lingkungan, serta penggunaan transportasi umum selama jam sibuk.

Pemanfaatan aset perairan
Teluk Balikpapan memberikan akses yang lebih efektif menuju IKN Baru selama masa tahapan konstruksi. Terutama untuk urusan logistik, ketimbang menggunakan jalan raya. Dapat memanfaatkan dermaga milik perusahaan HTI yang pernah beroperasi. Dermaga itu masih bisa beroperasi dan akses jalan dari dermaga itu ke akses jalan provinsi menghubungkan dengan IKN Baru sedang dikerjakan.

Perjalanan 30 menit di sepanjang berlayar dengan Kapal KPLP milik KSOP Balikpapan dari Pelabuhan Semayang di Teluk Balikpapan menuju IKN Baru, menemukan cukup banyak dermaga yang beroperasi di Kota Balikpapan. Perlu dipertimbangkan untuk menutup operasional sejumlah dermaga itu, jika nantinya Teluk Balikpapan digunakan sebagai salah satu akses transportasi menuju IKN Baru. Kecuali Dermaga Terminal Peti Kemas PT Karingau Kaltim Terminal (KKT) yang memang dibutuhkan untuk logistik. Dermaga batubara, minyak sawit dan lainnya dapat dialihkan ke lokasi lain.

Sementara Pelabuhan Penyeberangan Karingau bisa dialihkan operasionalnya setelah Jembatan Pulau Balang (1.750 meter) terwujud. Pelabuhan Penyeberangan Karingau dapat melayani ke IKN Baru. Jembatan Pulau Balang penghubung Kab. PPU dengan Kota Balikpapan (bagian jalan nasional Trans Kalimantan). Sekarang sedang proses pembangunan konstruksi. Yang sudah terhubung antara daratan Kab. PPU dengan Pulau Balang.

Saat ini, Pelabuhan Penyeberangan Karingau (Kota Balikpapan) dan Pelabuhan Penyeberangan Penajam (Kab. PPU) dilayani kapal Ferry ditempuh 45 menit mengangkut barang, kendaraan dan orang. Jalur ini sangat potensial sekali tidak hanya bagi kedua daerah itu, namun juga bagian dari layanan angkutan darat Trans Kalimantan. Rute Bis AKAP Banjamasin-Balikpapan-Samarinda melewati jalur ini, sebelum nantinya Jembatan Pulau Balang dapat digunakan.

Disamping itu, masyarakat di kedua wilayah ini masih banyak menggunakan speedboat dan perahu klotok (Kampung Baru di Balikpapan ke Dermaga di Penajam) lebih cepat daripada menggunakan kapal Ferry. Namun membahayakan keselamatan pelayaran, tidak dilengkapi life jacket dan instrumen navigasi. Keberadaannya perlu diatur lagi dengan cara adat setempat, supaya tidak terjadi gejolak sosial. Alangkah lebih bijak melibatkan mereka dalam pembangunan IKN Baru.

Rencana pembangunan Tol Teluk Balikpapan sepanjang 7,9 kilometer menghubungkan Kab. PPU dengan Kota Balikpapan hingga Bandara Sultan Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan sudah kurang relevan lagi. Mengingat akan terjadi perubahan perjalanan orang dan barang dari Kalsel melewati Kab. PPU menuju IKN Baru kemudian berlanjut ke Kota Balikpapan. Selain itu, harus memenuhi batas ketinggian jembatan supaya aktivitas kapal ke Teluk Balikpapan tidak terganggu.

Hal yang berkaitan dengan sea transportation connectivity dapat berupa Pelabuhan Semayang sebagai pelabuhan utama penumpang, Pantai Lango potensial sebagai
logistic centre, Pelabuhan KKT sebagai pelabuhan utama barang (direct call), Pelabuhan Penyeberangan Kariangau khusus penumpang, Dermaga Penyeberangan Pulau
Balang, Dermaga Penyeberangan ITCI, Dermaga Penyeberangan Mentawir, short sea shipping Semayang – Kariangau – Pulau Balang – Mentawir, perlu penetapan jalur Traffic
Separation Scheme (TSS). Diperlukan dermaga logistik untuk bongkar muat material mendukung Pembangunan IKN Baru. Dermaga tersebut dilengkapi Kawasan Terminal untuk warehouses dan pabrikasi untuk mendukung pembangunan IKN Baru.

Transportasi material logistik menggunakan jalur air (Teluk Balikpapan), selain lebih dekat juga tidak mengganggu lalu lintas kendaraan dalam Kota Balikpapan. Sudah ada layanan transportasi umum Balikpapan-Simoi (Kecamatan Sepaku), Samarinda-Handil dan Balikpapan-Handil. Berikutnya, layanan ini dapat ditoingkatkan dengan menyediakan Terminal Tipe A di IKN Baru, bus sistem transit (BST) dan bus shuttle Balikpapan-IKN Baru. Berikutnya layanan yang sama ke Samarinda, Kab. PPU, Kab. Kutai Kartanegara, dan Kab Kutai Barat.

Nantinya akses IKN Baru dan Balikpapan selain sudah ada jalan raya, juga harus terhubung jaringan jalan tol dan jalan rel (60 kilometer). Waktu perjalanan diupayakan maksimum 30 menit dari bandara dengan express line/express ways dan express train.

Menata transportasi tidak hanya pada kota inti, wilayah pendukungnya juga turut ditata. Aksesibilitas dari wilayah Kab. Penajam Paser Utara, Kab. Kutai Barat, Kab. Kutai Kartanegara, Kota Samarinda dan Kota Balikpapan bisa terhubung dengan IKN Baru. Transportasi Kota Balikpapan harus lebih dulu dan segera ditata, karena kesibukannya pasti akan bertambah. Sedangkan transportasi daerah lainnya turut ditata agar tidak tertinggal dengan kemajuan transportasi di IKN Baru. Aksesibilitas transportasi ke Kab. Mahakam Ulu jangan diabaikan.

Rencananya, Jalan Tol Balikpapan-Samarinda akan dilanjutkan hingga Bontang dan Sangatta (Kab, Kutai Timur). Peningkatan bekas Pelabuhan Ferry Somber dapat digunakan untuk pelabuhan barang.

Wisata di Teluk Balikpapan dapat ditingkatkan memanfaatkan pulau-pulau kecil dan sejumlah dermaga untuk menarik pelancong ke IKN Baru melalui jalur perairan.

*Djoko Setijowarno, Akademisi Prodi Teknik Sipil Unika Soegijapranata dan Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan MTI Pusat
 

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat