unescoworldheritagesites.com

Popnas, Ajang Refleksi Mewujudkan Tekad: Ayo Bung Rebut Kembali - News

Foto: Istimewa.

Oleh: Taufik Yudi Mulyanto

Perhelatan Pekan Olahraga Pelajar Nasional (POPNAS) XV/2019 yang telah berlangsung sejak 17 November, pada Minggu (24/11/2019) ditutup secara resmi. Pelaksanaan POPNAS yang sedianya diselenggarakan di Jayapura, Papua, dengan pertimbangan yang dapat dipahami oleh semua pihak, akhirnya diselenggarakan di Jakarta dan Jawa Barat dengan mempertandingkan 13 cabang olahraga.

Bagi Kontingen DKI Jakarta, berakhirnya POPNAS tahun ini menambah tebal rasa penasaran karena belum berhasil meraih posisi tertinggi di antara semua kontingen dari provinsi lain. Klasemen akhir  perolehan medali pada POPNAS menjadi sebuah moment ironis, karena sehari sebelumnya kontingen DKI Jakarta meraih 35 emas, unggul 9 medali emas atas Kontingen Jawa Barat yang baru meraih 26 emas.

Pada hari terakhir POPNAS, 24 November yang notabene adalah  hari penutupan POPNAS, DKI Jakarta punya peluang dalam 14 nomor final, sehingga terbuka lebar peluang menjadi JUARA UMUM.

Namun harapan itu pupus, karena ternyata pada hari terakhir ini hanya 1 medali emas yang berhasil diraih oleh DKI Jakarta, melalui pejudo Irene di kelas-63 putri. Sementara kontingen Jawa Barat meraih 12 medali emas melalui Pencak Silat, Dayung, Judo dan Renang.

Dengan kondisi tersebut, urutan klasemen dua teratas menjadi berubah. Jawa Barat menempati urutan pertama sekaligus menjadi Juara Umum untuk ketiga kalinya pada tiga pelaksanaan POPNAS terakhir.

Sebaliknya, Kontingen DKI Jakarta yang sejak hari pertama memimpin klasemen peraihan medali harus rela menyerahkan tahta tertinggi kepada Jawa Barat. Kejadian ini mirip seperti pelaksanaan dua POPNAS sebelumnya, yaitu di Bandung dan Semarang. Dimana Kontingen Jawa Barat menjadi juara umum dengan menyalip kontingen DKI Jakarta di "tikungan terakhir".

Kejadian tersebut bisa menjadi pelajaran yang sangat berharga bagi Kontingen DKI Jakarta yang akan mengikuti PON XX tahun 2020. Sejak awal persiapan kontingen Ibukota sudah menyatakan tekad untuk menjadi JUARA UMUM dan mengembalikan supremasi pembinaan olahraga terbaik di negara tercinta ini.

Paling tidak, ada dua hal yang bisa dijadikan pelajaran. Pertama, tetap waspada dan cermat untuk senantiasa konsolidasi dan menggalang kebersamaan seluruh jajaran kontingen, baik atlet, pelatih, official, pengurus, orangtua, maupun supporter. Kedua, belajar dari keberhasilan Jawa Barat, yang para atletnya senantiasa gigih merebut medali emas satu persatu di setiap cabang olahraga bahkan di setiap nomor yang dipertandingkan. Artinya para atlet, pelatih, official dan pembina tetap terus gigih berjuang sampai peluit akhir berbunyi pertanda pertandingan usai.

Selama ini, diyakini bahwa penanganan Pemusatan Latihan Daerah (PELATDA) PON sebagian besar cabang olahraga sudah berada pada jalur yg baik. Namun secara objektif, patut diakui oleh kita semua, masih ada pembinaan yang belum optimal sehingga capaian yang diraih atlet pada babak kualifikasi PON masih jauh dari hasil yang diharapkan. Baik itu dari aspek pencapaian medali maupun aspek kuantitatif jumlah atlet yang lolos dalam babak kualifikasi.

Untuk itu, ungkapan yang tepat dalam memanfaatkan waktu yg tersisa dari sekarang sampai pelaksanaan PON XX adalah kerja keras, kerjasama, kerja cerdas, kerja tuntas dan kerja berkualitas.

Kiranya, sangat pantas motto Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang menyatakan Maju Kotanya, Bahagia Warganya, dalam lingkup olahraga ditambahkan menjadi Maju Kotanya, Bahagia Warganya, JUARA Olahraganya. ***

 

  • Cijantung, 24 November 2019

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat