unescoworldheritagesites.com

Etika Ditabrak Elite Bangsa, Masih Berharap Gen Z Punya Etika? - News

Syamsudin walad (Dok Pribadi)

 

Oleh: Syamsudin Walad

: Dalam obrolan santai di warung kopi, di ruang-ruang kantor dan di berbagai tempat, kerap kita bicara soal etika dan prilaku anak-anak muda sekarang atau gen z.

Keluhan etika dan ketidaksopanan anak muda gen z sering kita dengar, bahkan kita lihat di sejumlah tayangan media sosial. Ada anak yang kurang ajar kepada gurunya, kepada orangtua nya dan sebagainya. Semua kesalahan itu kerap kita sasarkan pada gadget, tayangan medsos, yang menggerus sopan santun dan budi pekerti anak-anak kita. Kemajuan teknologi digital selalu menjadi kambing hitam pada prilaku buruk anak-anak kita.

Kenapa kemajuan teknologi yang jadi kambing hitam? Padahal itu hanya sekadar media. Tanpa kita sadari bahwa orang tua, tokoh bangsa dan elite politik memberi contoh buruk pada kehidupan anak-anak kita dan gen z pada umumnya.

Baca Juga: TPDI Laporkan Dugaan Nepotisme Presiden Jokowi dan Ketua MK Anwar Usman ke KPK

Prilaku menabrak etika kerap dipertontonkan oleh bangsa ini dari mulai masyarakatnya hingga tokoh bangsa dan elite politik kita. Khususnya para elite politik yang kerap menggaungkan kehidupan dan prilaku Pancasila. Betapa munafiknya kita saat berbicara kehidupan ber-Pancasila tapi prilaku kita menabrak-nabrak nilai-nilai Pancasila, kesopanan dan etika politik.

Kita sering disajikan tayangan di media sosial yang membuat kita mengelus dada. Betapa kita dipertontonkan oleh elite politik kita adegan ketidaksantunan dan ketidakpatutan.

Semisal sebuah video yang menampilkan Bapak Presiden kita tengah menghadap ketua partai, sementara tanpa unggah-ungguh anak ketua partai tersebut merekam dan berfoto selfie di dekat keduanya. Ketidaksopanan dipertontonkan di sini. Sebagai orang normal tentu kita mengelus dada saat Presiden kita diperlakukan seperti itu. Belum lagi adegan lainnya seperti merendahkan martabat seorang Presiden. Kalimat-kalimat yang terlontar begitu menohok dan merendahkan sang Presiden.

Baca Juga: LBH PISAU Audiensi dengan Wali Kota Jakarta Timur, Prioritaskan Bantu Anak Remaja dan Perempuan

Contoh diatas merupakan contoh etika secara visual, sementara etika politik juga kita bisa lihat dari sejumlah keputusan lembaga negara yang menabrak dan meruntuhkan etika kita dalam bernegara. Sebut saja yang terakhir putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang membuat Gibran Rakabuming Raka melenggang menjadi bacawapresnya Prabowo Subianto. Tanpa rasa malu, Ketua MK mempertontonkan etika berpolitik yang tercela. Norma-norma kepatutan dia tabrak demi kepentingan kekuasaan. Bagaimana mungkin orang yang harusnya menjaga marwah bangsa ini, menjaga ketatanegaraan bangsa ini malah menjadi pengrusak dan pembuat gaduh.

Anehnya dari elite politik bangsa ini, meski sudah jelas menabrak etika politik dan bernegara, tapi masih saja banyak yang membela. Sebuah keputusan tercela, meski sah-sah saja sebagai hukum positif. Bahkan banyak komentar-komentar dan tulisan-tulisan yang justru memuji keputusan tersebut. Sungguh sudah diluar nalar akal sehat.

Bila tokoh dan elite politik kita terus saja bermain-main dan terus saja menabrak rambu-rambu kepatutan dan etika, maka bagaiman kita bisa memberi contoh baik pada generasi muda kita, gen z kita. Semua akan menjadi role model mereka. Itulah yang seharusnya menjadi kegelisahan kita. Sudah hilangkah rasa malu di elite politik kita? Tokoh-tokoh bangsa kita saat ini? Kepada siapa gen z akan mencontoh?***

Penulis adalah wartawan senior

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat