unescoworldheritagesites.com

Meluruskan Pemahaman Cak Imin Tentang Wisata Halal Indonesia - News

Taufan Rahmadi (Ist)

 

Oleh: Taufan Rahmadi

:Dalam acara Haul Masyayikh Ke-21 dan Silaturrohim Nasional Alumni Pondok Pesantren Terpadu Al-Yasini di Pasuruan, Jawa Timur pada Minggu (14/1/2024), Muhaimin Iskandar (Cak Imin), berjanji akan mengembangkan wisata halal. Cawapres Paslon 1 ini juga menjanjikan tidak akan ada lagi "wisata haram" di Indonesia.

"Mboten wonten malih (tidak ada lagi) wisata haram, wisata yang berbagai hal yang menghambat kekuatan ekonomi umat Islam dunia. Insya Allah Amin memang, Indonesia akan menjadi pusat budaya Islam terbesar terbanyak di dunia," ungkap Cak Imin.

Menurut saya, jika tidak diluruskan, pernyataan Cak Imin di atas, sangat berpotensi meresahkan masyarakat utamanya para insan pariwisata Indonesia. Wisata halal bukanlah bentuk islamisasi destinasi. Konsep wisata halal itu berkaitan dengan gaya hidup dan extended services yang diberikan kepada wisatawan, baik muslim ataupun non muslim yang memang menghendaki layanan halal pada saat berlibur di destinasi.

Wisata halal sudah pasti tidak akan membunuh wisata konvensional yang sudah ada selama ini. Justru dengan konsep itu, pengelola destinasi dapat memberikan pilihan kepada wisatawan untuk memilih layanan berwisata sesuai kebutuhan. Misalnya jika wisatawan menghendaki layanan makanan-minuman halal ataupun non halal, mereka bisa memilih hotel dan restoran yang menyajikan jenis makanan tersebut.

Cak Imin seharusnya tidak terjebak pemahaman sempit dan menyampaikan hal-hal yang melenceng dari konsep wisata halal yang sebenarnya. Contoh layanan halal itu antara lain, penyediaan perlengkapan sholat, memberikan penunjuk arah kiblat di kamar hotel, restoran yang menyajikan makanan halal, maupun kemudahan mengakses tempat ibadah.

Sekali lagi, wisata Halal bukanlah islamisasi destinasi dan merupakan layanan pilihan. Penerapannya tidak bisa dan tidak boleh dipaksakan. Terlebih dalam konteks pariwisata Indonesia yang juga terbuka melayani aneka ragam kebutuhan wisatawan mancanegara, tentunya dalam batas-batas yang tidak melanggar hukum.

Dalam forum yang sama, Cak Imin juga menyebut bahwa wisata halal Indonesia kalah dari Malaysia. Pernyataan ini jelas tidak benar. Pada era pemerintahan Jokowi, sektor pariwisata Indonesia telah berhasil meraih prestasi dunia terkait wisata halal, dengan mengalahkan negara-negara besar yang selama ini dikenal sebagai legenda wisata halal. Termasuk Malaysia.

Setidaknya terdapat dua peristiwa penting terkait prestasi Wisata Halal Indonesia di kancah dunia. Pertama, pada tahun 2015 Indonesia yang diwakili oleh Lombok, berhasil meraih dua penghargaan dunia sekaligus yaitu: World Best Halal Tourism Destination dan World Best Halal Honeymoon Destination dari World Halal Travel Awards Abudhabi UAE.

Kedua, pada tahun 2023 Indonesia meraih peringkat pertama dalam Global Muslim Travel Index 2023 (GMTI) dari 138 negara destinasi pariwisata yang dinilai. Capaian ini bahkan lebih cepat dari target yang ditetapkan, yaitu pada 2025. Dalam GMTI 2023 itu, Indonesia dan Malaysia sama-sama meraih Skor 73, lalu dilanjutkan Arab Saudi 72, UAE 71 dan Turki 70 poin

Pengembangan wisata Halal di Indonesia harus diakui memang masih perlu terus ditingkatkan. Karena itu tantangan-tantangan terkait penataan destinasi, promosi dan sumber daya manusia menjadi salah satu fokus perhatian dari program Asta Cita yang tercantum dalam visi-misi Prabowo-Gibran bersama Koalisi Indonesia Maju.

Semoga tulisan singkat ini semoga bisa sedikit meluruskan pernyataan Cak Imin yang kurang tepat dan tidak sesuai fakta. Wisata Halal penting untuk diidentifikasi dan diimplementasikan secara tepat agar Indonesia dapat menyajikan layanan terbaik di seluruh destinasi. Sehingga dapat membawa manfaat lebih besar lagi, baik bagi wisatawan nusantara dan mancanegara yang datang maupun bagi kesejahteraan masyarakat.

Maju Terus Pariwisata Indonesia!

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat