unescoworldheritagesites.com

Pemimpin - News

 Dr Edy Purwo Saputro, SE, MSi: Dosen Pascasarjana di Universitas Muhammadiyah Surakarta (Ist)


Oleh: Dr Edy Purwo Saputro, SE, MSi 

: Iklim sospol menuju pilpres 2024 cenderung terus memanas dan karenanya beralasan ini berdampak terhadap daya tarik investasi. Bahkan, kasus penetapan tersangka Johny G Plate dalam kasus dugaan korupsi BTS senilai Rp.8 triliun juga berdampak sistemik bagi pencapresan Anies dan koalisi yang dibangun.

Selain itu, bukannya tidak mungkin target lain dari kasus ini adalah mengorek pendanaan yang dimiliki parpol pengusungnya. Oleh karena itu, situasinya cenderung semakin  memanas karena bukan tidak mungkin jika ini tidak berkaitan dengan kepentingan  pendanaan menuju pilpres 2024 yang pastinya butuh dana segar yang cukup besar untuk pembiayaan dan pendanaan demi kemenangannya.

Dinamika politik yang berkaitan dengan sosial – ekonomi ke depan nampaknya semakin pelik dengan beragam tuntutan - konsekuensi, terutama menuju 2024. Tidak dipungkiri dinamika demokrasi politik cenderung memanas dan ada banyak pihak berkepentingan terhadap sukses pelaksanaan pilpres 2024 mendatang. Hal lain yang juga perlu dicermati di era persaingan demokrasi - politik yaitu pentingnya popularitas dan elektabilitas. Oleh karena itu, semua kandidat yang bertarung pada pesta demokrasi baik pilkada, pileg atau pilpres harus berkomitmen membangun popularitas dan meningkatkan elektabilitasnya.

Baca Juga: Buku Jendela Dunia

Fakta menunjukan bahwa popularitas dan elektabilitas berpengaruh terhadap perolehan suara karena bertujuan untuk mendulang suara dalam pesta demokrasi. Di sisi lain, tahap untuk mencapai itu semua juga membutuhkan amunisi yaitu dana segar tidak sedikit dan pastinya sumber pendanaan itu tidak mungkin akan didapat dari perorangan. Oleh sebab
itu, kasus-kasus korupsi menjadi muara dari sumber pendanaan itu.

Terlepas dari peluang sejumlah kandidat yang akan bertarung di pilpres 2024, yang pasti parpol belum mengeluarkan amunisi untuk mencalonkan kandidat sehingga berdampak terhadap dua kemungkinan yaitu berkoalisi untuk mengusung salah satu kandidat atau mengusung kandidat lain dengan harus menggalang kekuatan parpol lain. Penggalangan menjadi penting karena kekuatan masing-masing parpol dalam pesta demokrasi kemarin sudah terpetakan sehingga ada berbagai kemungkinan yang bisa disatukan.

Hal lain yang juga menarik dicermati yaitu komitmen untuk siap menang dan juga tentunya siap kalah karena pesta demokrasi dan politik bukan sekedar menuntut harus menang saja. Nafsu menang dalam pesta demokrasi sangat rentan terhadap praktik politik uang dan  berbagai bentuk kecurangan, sementara di sisi lain komitmen pesta demokrasi adalah luber jurdil.

Baca Juga: Eksistensi Keraton

Pesta demokrasi 2024 pastinya penuh hiruk pikuk kampanye, baik tertutup atau terbuka dan iklim sospol di 2023 sudah mulai memanas meski di masa endemi. Pastinya semua calon petarung akan menyiapkan amunisi terbaiknya demi meningkatkan elektabilitas, popularitas dan menjaring kemenangan suara dalam pilpres 2024. Semua kandidat pasti akan all out berusaha menampilkan yang terbaik dan terbesar serta yang terbanyak dari simpatisannya, entah simpatisan beneran atau bayaran. Tidak ada yang peduli dengan itu semua sebab yang ingin ditunjukan kepada publik yaitu show of force kekuatan semua kandidat.

Meski tidak ada jaminan dari jumlah massa kampanye dapat mendulang suara terbanyak di hari H pencoblosan tetapi para petarung di hajatan pesta demokrasi pastilah merasa bangga dengan show of force pada semua kampanyenya. Oleh karenanya, semua kandidat harus mempersiapkan diri karena sisa waktu menuju 2024 sejatinya tidak lama. Kalkulasi dan komitmen membangun koalisi sepertinya bisa berubah mengingat realitas dinamika politik cenderung sangatlah fluktuatif dan kasus penetapan tersangka Johny G Plate dalam korupsi BTS senilai Rp.8 triliun tetap harus dicermati dampak sistemiknya.

Pilpres 2024 menjadi tantangan yang tidak mudah dan sangat kompleks karena terkait dengan kepemimpinan 5 tahun ke depan. Oleh karena itu, pencapresan Ganjar, Prabowo dan Anies tinggal mencari duet cawapresnya. Meski demikian, elektabilitas juga penting dihitung
karena bisa mereduksi kekuatan suara yang diharapkan. Artinya, tidak gampang  menetapkan siapa duet maut yang akan bertarung di pilpres 2024 mendatang. Terkait hal ini maka penetapan koalisi harus mantab demi kekuatan pemenangan dalam pilpres dan kasus penetapan tersangka Johny G Plate pasti berpengaruh terhadap kekuatan koalisi. ***

* Dr Edy Purwo Saputro, SE, MSi - Dosen Pascasarjana di Universitas Muhammadiyah Surakarta

 

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat