unescoworldheritagesites.com

Buku Jendela Dunia - News

 Dr Edy Purwo Saputro, SE, MSi: Dosen Pascasarjana di Universitas Muhammadiyah Surakarta (Ist)


Oleh: Dr Edy Purwo Saputro, SE, MSi 

: Peringatan Hari Buku Nasional setiap 17 Mei memberikan gambaran  betapa pentingnya buku sebagai wawasan pembuka jendela dunia. Argumen yang mendasari tidak terlepas dari peran dan fungsi buku sebagai sumber informasi.

Meski demikian perkembangan di era kekinian memang secara perlahan mulai menggantikan keberadaan dan eksistensinya karena sumber informasi global sekarang tidak hanya ada di buku tapi juga bisa diakses secara online. Hal ini sangat dimungkinkan karena  perkembangan digitalisasi secara riil secara perlahan telah menggeser eksistensi buku meskipun belum bisa sepenuhnya untuk menggantikannya. Oleh karena itu, lembar per lembar buku kini mulai sirna, hilang dan nantinya akan punah karena digantikan tampilan online.

Ancaman dibalik punahnya buku tidak dapat terlepas dari matinya berbagai media cetak di berbagai negara. Hal ini tidak bisa mengabaikan terjadinya perubahan perilaku, baik secara langsung atau tidak langsung, baik itu di perkotaan maupun di pedesaan. Realitas ini secara perlahan menjadi cambuk untuk dapat membuka kembali lembaran buku yang dimiliki untuk sekedar mengenang kebiasaan membaca buku.

Baca Juga: Eksistensi Keraton

Argumen yang mendasari karena di era now jelas tampak didepan mata bahwa perilaku membaca buku justru saat ini semakin terpinggirkan dan pastinya tergantikan dengan membaca gadget. Tidak bisa dipungkiri bahwa keberadaan gadget saat ini dan di masa depan semakin variatif dan hal ini memberikan kenikmatan, kenyamanan dan kecintaan untuk terus membaca gadget.

Pergeseran perilaku membaca buku yang beralih ke gadget secara tidak langsung justru berpengaruh terhadap matinya keberadaan buku cetak dan juga berdampak sistemik bagi percetakan buku itu sendiri. Padahal peringatan hari buku nasional yang mulai dilakukan sejak 13 tahun lalu tepatnya 17 Mei 2002 diharapkan untuk mereduksi ancaman terkait
meredupnya minat baca buku.

Oleh karena itu, antisipasi harus dilakukan sedari dini dan pastinya ini harus melibatkan banyak pihak, bukan saja dari kalangan pendidik, tapi juga orang tua dan para cendekia. Selain itu, pasti juga harus dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan dengan melibatkan koordinasi baik sektoral dan lintas sektoral dari pusat sampai daerah. Jadi, tidak ada alasan untuk tidak kembali membangun minat baca buku.

Baca Juga: ASEAN dan Keamanan Siber

Pastinya tidak mudah untuk merealisasikan harapan itu semua, terutama dikaitkan fakta penetrasi gadget di kalangan generasi muda, milenial, generasi tik tok, youtuber karena memang situasi dan fenomenanya saat ini telah berubah. Meski demikian, tidak ada kata terlambat untuk tidak mengantisipasinya. Paling tidak, argumennya yaitu kasus matinya
koran edisi cetak.

Betapa tidak, kini keberadaan semua koran edisi cetak semakin punah dan perlahan digantikan oleh edisi epaper, termasuk juga edisi online. Fakta ini tidaklah sekedar akibat dari tuntutan kecepatan informasi tapi juga semakin variatifnya tampilan yang harus disajikan kepada konsumen. Padahal, edisi cetak tidak bisa memenuhi semua kebutuhan itu karena terbatas oleh ruang dan waktu.

Hebatnya dunia online adalah memberikan keleluasaan terhadap itu semua, sementara di era kekinian tidak ada lagi kendala ruang dan waktu karena semua tersaji secara real time online, 24 jam sehari dan 7 hari seminggu tanpa ada kendala akses. Hal ini juga semakin didukung keberadaan internet yang aksesnya semakin cepat, tarifnya semakin murah dan tanpa ada lagi kendala jaringan karena sudah masuk ke semua area, baik itu di perkotaan atau di pedesaan. Oleh karena itu,peringatan Hari Buku Nasional pada dasarnya terkait dengan kepentingan membangun dan mempertahankan minat baca, selain era persaingan dengan dunia digital, online dan paperless yang semakin jamak dilakukan di era now.

Baca Juga: Migrasi dan Otda

Di era now memang semuanya menuntut cepat, tepat, aman dan nyaman sehingga apa yang diharapkan dari keberadaan suatu buku tidak hanya sumber informasi tapi juga semakin berkepentingan menjadi jendela dunia, meski eksistensinya semakin tergerus oleh fakta
perkembangan zaman dan perubahan perilaku pembaca. ***

Dr Edy Purwo Saputro, SE, MSi - Dosen Pascasarjana di Universitas Muhammadiyah Surakarta

 

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat